Friday, December 28, 2012

Balada Si Air Bersih: Sebuah Cerita dari Asramaku

Krisis air bersih di Jakarts (Media Indonesia)
Dulu, beberapa kali aku lihat air di bak mandi asramaku tumpah-tumpah. Tak ada yang peduli, atau setidaknya jarang sekali yang mau bergerak mematikan keran meskipun percikan air tumpah sudah terdengar. “Cuma air, biarlah, masih banyak di sumur. Sumur kami tak akan kering!” pikir kami—pikirku juga.

Tapi suatu kali kawanku menegurku, “Mengapa dibiarin sih?!” Mulai dari itu, aku sejenk berpikir: Mengapa anak ini harus menegur? Hanya air, apa peduli. Tapi itu dulu, tak demikian adanya sekarang ini. Tapi bagaimana bisa demikian?

Melimpah tapi kekurangan
Baiklah, asramaku ada di salah satu bilangan di Jakarta. Sudahlah maklum, ketika musim hujan datang, sebagian daerah di Indonesia mengalami banjir, terutama daerah ibu kota. Berita-berita sampaikan kalau orang-orang mengungsi dan kekurangan air bersih! Bagaimana bisa? Bukannya airnya malah banyak kalau banjir?

Berangkat dari fakta itu, aku mulai menyadari bahwa ketersediaan air saja tak cukup untuk kehidupan. Air haruslah bersih untuk hidup manusia: mandi, mencuci, dan yang terpenting minum. Begitu banyaknya air yang akhirnya menggenangi pemukiman, hingga berujung banjir, ternyata tak menjamin bahwa orang-orang punya akses untuk mendapatkan air bersih terutama untuk minum.

Kalau kekurangan air, itu juga masalah. Ujung-ujungnya sama saja, terhambatnya akses terhadap air bersih pun mengancam kehidupan.

Saturday, December 22, 2012

The Version of My Success

With Mr. Trump. Thanks, sir!
There are so many successful people out there. They achieve something precious for their lives. Some become so popular and get so much praise from other people. We can recognize how Bill Gates successfully built his Microsoft, and how Steve Jobs created Apple Inc. Nobody will denies that those two men have succeeded on their path.

Their lives have become inspiration for lots of people around the world. Their persistence to get their success gives us many lessons to study and to follow. Now, the question is what does success mean? Are those who are as rich as those two not successful persons? To agree or do not agree is part of of those questions. You can keep your answer now. I have a version of my success.

I spent all of my childhood in a country called Indonesia. I was born there about twenty two years ago. Anyway, Indonesia is an archipelago containing more than 17,000 islands. We have so many different ethnic groups. I am from one of them called Java. I was born in a little town, Blitar, which is located at Java Island, on of five largest islands there.

My late father was a local entrepreneur in Blitar. He fixed broken sewing machines and we earned money from that. We did not make much money from that job, just enough to meet our daily needs. My mom was the manager, which mean actually she had no job, just helped my dad. Nevertheless, both are the best parents ever for me!

Thursday, December 20, 2012

Apa yang Tabu bagi Orang Amerika

(www.counter-currents.com)
Di Indonesia, soal menyoal tabu ada banyak jenisnya. Bagi yang tahu apa tabu itu, mudahnya ini adalah suatu hal yang bila dibahas atau dilakukan, atau mungkin dipikirkan saja akan menimbulkan perasaan tak enak atau timbul pelarangan, pamali dan tak boleh.

Banyak ha tabu di Indonesia ini: bicara soal orang yang sudah mati, bicara soal alat kelamin, bicara tentang tuhan, melangkahi kuburan, bicara soal sex, mendebat guru, duduk atau berdiri lebih tinggi dibanding orang lebih tua, duduk di depan pintu, tak boleh main lebih dari jam 6 malam, dan masih banyak lagi.

Hal itu semua dianggap tak baik untuk dilakukan karena ada analoginya masing-masing. Maksudnya, ada semacam kepanjangan penafsiran di sana.

Misal, kalau kita bicara soal sex, maka intinya adalah tak sopan dan ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang sudah menikah. Itu pun kalau perlu diam-diam. Soal tak boleh duduk di depan pintu, anggapannya nanti jodohnya susah. Dan masih banyak analogi dan penafsiran lainnya.

Berdiri ditempat kebih tinggi daripada orang yang lebih tua berarti bak menginjaknya. Makan sambil berdiri bagaikan hewan. Dan kiranya masih banyak lagi.

Hal yang sangat berbeda akan kau temukan bila kau melihat kehidupan orang Amerika. Hal-hal semacam di atas, bagi mereka tak punya analogi dan oke-oke saja dilakukan. Tak ada ceritanya duduk di depan pintu akan menghambat jodoh. Berdiri lebih tinggi dan mendebat orang yang lebih tua sah-sah saja. Sex pun adalah hal biasa.

Lalu apa tak ada yang tabu bagi orang amerika? Ada-ada saja.

Bukan saja hukuman sosial
Amerika adalah negara yang tumbuh bukan berawal dari kerajaan atau sebuah kedigdayaan suku tertentu. Ia benar-benar dibentuk oleh para imigran yang ingin mencari dunia baru.

Sunday, December 2, 2012

Orang Amerika yang Low Context

Rob Swiers and me and I just call him Rob
Ketika belajar di NDSU, aku sering naik bus untuk menuju kampus, ke pusat kota, atau juga ke tempat lain seperti tempat untuk volunteer. Aku kenal dengan salah satu supir-nya yang pensiunan Angkatan Laut Amerika atau the Navy.

Kelly Hostetter namanya. Seorang pria yang kukira sudahlah berumur dan ia pun sudah beruban. Aku biasa sapa dia dengan namanya saja, “Hi, Kelly!” begitu saja. Tunggu! Aku berkawan dengan orang tua beruban? Juga tak memanggilnya Pak?

Itulah orang Amerika. Kecuali ia bukan ayah kawanmu atau gurumu, kau tak akan panggil dengan Mister atau Sir. Kepada mertua saja, orang sana sering hanya memanggil nama saja. Mana mungkin itu dilakukan di Indonesia?

Situasi tersebut menunjukkan bagaimana orang barat memiliki budaya yang low context. Ini adalah sebuah budaya dimana masyarakatnya tak banyak analogi dalam bermasyarakat. Mereka tak banyak prasangka dan menjunjung tinggi rasionalitas.

Friday, November 23, 2012

Free-sex di Amerika

Young couples (cnn.com)
Akhir-akhir ini aku sering ditanya tentang sebenarnya apa benar free-sex itu dilakukan oleh remaja di Amerika. Aku sering ditanya hal ini ketika kami sedang menonton film Hollywood bersama-sama yang sebagian besar mempertunjukkan adegan ciuman, sex dan sebagainya.

Jawabanku adalah ya dan tidak. Sebagian besar masyarakat di US sebenarnya adalah masyarakat yang religious. Mereka punya banyak gereja dan di kampus banyak sekali kelompok-kelompok bible study. Aku juga yakin bahwa dalam Christianity tak ada aturan yang melegalkan free-sex.

Tapi pada kenyataannya, banyak pula yang tak religious. Amerika itu luas sekali, dan manusianya bermacam-macam. Banyak yang tak mengikuti agama manapun.

Nah, kembali ke soal free-sex, bagi kebanyakan orang US, sex adalah bagian dari hidup yang tak perlu dianggap tabu. Sex adalah bagian dari kebudayaan yang relax dan memang perlu. Oleh karena itu, sex dilakukan sebagai kebutuhan natural seseorang. Tak ada urusannya dengan sopan atau tak sopan, bermoral atau pun tidak.

Prinsip orang Amerika pada dasarnya adalah asal tak merugikan dan menggangu orang lain, segalanya sah-sah saja.

Sunday, November 18, 2012

People Have Dreams

I opened my Facebook one time. A notification popped up. My friend tagged me to a video: A short remarks from Nurcholish Madjid (1939 – 2005) about civil society. I opened it.

I found Madjid clearly said that civil society is a dream of Indonesia in the future. It struck me when he mentioned civil society is there when people obey the laws, so that the people are civilized! It struck me because when I reflected what he mentioned to what is going on around me, it even hurts!

Our media is full of news about endless corruption and stuff. The government, the ones who are meant to shine the people to get their bright future, just gets their people thrown away out of the windows. While they are proud of stuffing their mouths with full of fancy foods, people are starving to death.

People here are even lack of education. That means people are failing to see their bright futures. People fail to see what they are up against: poverty, hunger, unemployment, injustice, human right violation and so forth. These situations could even end up with some other painful situations: crimes and even murders. I bet life has driven people nuts. No times to think of the future.

But, Madjid’s idea about nur’any or our deepest heart finally tickles me when I am overwhelmed by all these problems. He came up with a small but very important thing: listening to and obeying what our nur’any says.

Tuesday, November 13, 2012

These All Are for My Nation

Explaining some stuff about Indonesia at CEC at NDSU
“In the same time, we are not only this nation citizen, but also a global one. In order that, we have to be able to express our idea in a global expression!” (Anies Baswedan)

Growing up in a little town Blitar, where Soekarno’s grave is located, I've learnt to dedicate my life to this nation. Bung Karno—Soekarno’s nickname—had stated that we must be an independent nation (bangsa yang berdikari). Also, my father, who is a local entrepreneur, always said that ever since I was a child, I have to have a strong willingness to be independent. Depending on others may be permitted at first, but at last, independency is the only way to stand firmly on my own feet. And, my mother said that do not ever forget to pray, because God never sleeps!

When I entered university, then I understood that I am now connected with global community. I am a citizen of the world. I also learn about how to strengthen my self in this world through three pillars: leadership, entrepreneurship, and ethics. Through these values, everybody can be more competitive to face many challenges of life.

Tuesday, October 16, 2012

Let It Snow and Rain

Go sledding!
A few days ago, I’ve heard that Fargo had its first snow. It was too early, everybody says. It was a fluke? Probably. But that’s not what I’m going to talk about.

If you ask me what is it worth if you let me see snow? I’d probably say that I’d buy you food for a whole year. I am kind of half serious and half joking, though.

Part of me is serious. Last year, when I was looking at this stuff at first, I could not help but admired it. It was so white that I could do nothing but staring at it like a child gets his birthday present. I hold it. I smiled at it. I balled it up. I fell on it. I was knee-deep in it. I even tested it to make sure that what was right in front of me was what people call snow.

The dream of us
Snow is like dream for everybody in Indonesia. We watch movies, shows, and news that show us snow a lot. But it is our TV screens that do it. We can’t feel it first hand. We just let our mouth half-open and keep wondering how it feels. We always dream to someday hold it. Firsthand.

Tuesday, September 25, 2012

Study-loads!!!

JAKARTA-JAZZMUHAMMAD - Sepulang dari US, aku sering ditanya, apa perbedaan kuliah di Indo dan di sana? Susah-susah gampang menjawabnya. Banyak sekali berbedanya. Mulai dari pakaian, lingkungan, kegiatan after-school, student government, absensi dan masih banyak lagi.

Tapi sebenarnya yang paling teringat adalah bahwa kuliah undergraduate di sana tak ada skripsi! Titik! Anda senang? Tunggu dulu.

Bahwa fakta ini sangat menggembirakan adalah benar adanya. Skripsi adalah, kalau tak berlebihan, tugas paling tak disukai. Setidaknya Sembilan dari sepuluh mahasiswa akan mengatakan demikian. Yang satu? Mungkin maniak menulis. Siapa tahu?

Ketika fakta bahwa kuliah di US tanpa skripsi itu menyenangkan aku sampaikan pada kawanku di US, ia langsung bilang, “That’s not true. Not true. We’ve capstones.”

Kuliah tanpa skripsi kalau dibayangkan adalah seperti surga dunia. Bayangkan kalau kita di Indonesia kuliah tanpa harus menulisnya, Oh my God! That’s gonna be a lot of fun!

Friday, September 21, 2012

Go Bison: All I know about NDSU

Global Ugraders of Indonesia
Well, I was there only for one year. I got a scholarship from the US Department of State under a program called Global Undergraduate Exchange Program. So, have I known NDSU pretty well?

If you count whether or not the president of NDSU and I are friends to see if I knew NDSU well, you might as well just jump on another blog and swing by a gun shop, grab any gun and point it at me and shout: this guy is making up something!

But, never mind, that is just an exaggeration. I have a whole bunch of friends over there, though. So I might have known NDSU well. I might have.

Okay, first off, this is the biggest university in North Dakota. It’s in Fargo, which is not the capital but the biggest city over there. The place is really cool and clean. You’ll see a lot of green areas where you can hang out with friends. Fresh air and nice atmosphere will lure you to stay there.

As typical big universities in the US, NDSU was founded way back then. When was it? It’s none of my business. An excuse? Yeah, but I have another answer: Wake up and smell the Internet, Buddy! Just kidding. It’s founded in 1891 and back then it wasn’t NDSU yet but North Dakota Agricultural Collage.

Thursday, September 20, 2012

Nama orang AS

Hanging out with Justin
(He was my roommate)
JAKARTA-JAZZMUHAMMAD - Di Indonesia, orang memberi nama anaknya tanpa ada aturan baku. Maksudnya, tak ada ketentuan berapa banyak kata dalam sebuah nama atau juga apakah harus mencatumkan nama keluarga atau tidak.

Di US, memang juga tak ada aturan atau undang-undang yang mengatur penamaan seseorang. Tetapi nama-nama orang di US seragam. Mereka punya susunan nama yang sama dan dengan jumlah kata yang seragam pula.

Di Indonesia, sesorang ada yang memiliki nama hanya satu kata saja, missal Susanto, Wijayanto, Ayub, Sujono. Tapi, ada juga yang namanya bisa lima kata lebih!

Sementara di US, nama orang tak akan lebih dari tiga kata. Nama di sana hanya berisi dua kata atau tiga. Kalaupun tiga, biasanya yang kedua jarang dimunculkan.

Nah nama depan adalah nama “that they will go by.” Itu nama yang akan mereka gunakan ketika berkenalan dan disapa. Sementara itu, nama belakang adalah nama keluarga yang diambil dari pihak ayah. Dan, nama tengah merupakan nama tambahan yang pada kenyataannya jarang sekali dipakai.

Beberapa contoh nama belakang adalah Clinton, Hamilton, Baker, McCoy, McDonald, Taylor, Arthur, dan masih banyak lagi. Nama depan bisa jadi juga nama-nama itu. Berikut beberapa nama depan John, William, Robert, Jake, Kimberly, Matthew dan banyak lagi.

Tuesday, August 7, 2012

Padamu Pribumi

front desk h. santika jogja (ilustrasi / baliwww.com)
JAKARTA-JAZZMUHAMMAD - Aku untuk sekarang ini bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta. Kantor perusahaan ini ada di sebuah sky scraper di Jakarta. Aku bekerja sebagai apa dan apa yang aku kerjakan? Itu bukan yang ingin aku bicarakan di sini.

Tapi, ada yang lebih menarik untuk menjadi bahan tulisan kali ini. Front desk. Ada yang tahu front desk? Literally, istilah itu berarti meja depan. dalam organisasi atau perusahaan, front desk digunakan untuk menamai area resepsionis atau meja apapun yang berada di “garis paling depan”.

Nah, di gedung tempat aku bekerja juga ada front desk. Ada beberapa orang yang bekerja di sana. Mereka mengecek identitas setiap pegawai atau pekerja yang akan masuk ke dalam gedung.

Mereka juga mengecek barang bawaan siapapun yang akan masuk ke gedung. Tas-tas akan diperiksa. Lalu apa spesialnya dengan front desk ini sehingga aku jadikan bahan bicaraan atau tulisan ini?

Bertugas beberapa orang di front desk di gedung ini. Mereka semua pribumi, kasarannya orang Indonesia asli, bukan keturunan apapun. Kalau aku bicara pribumi, Jawa, Madura, Batak, Minang, Sunda, Bugis, Papua, semua itu pribumi.

Saturday, July 14, 2012

Diskriminasi di US

Laura and Hannan, two of my best buddies
JAKARTA-JAZZMUHAMMAD - Setelah aku pulang dari US, banyak yang bertanya bagaimana orang-orang US menganggapku. Seperti orang Black-kah? Atau apa? Atau ada yang tahu tentang Indonesia? Tapi jelasnya, pertanyaan pertama adalah yang paling banyak ditanyakan. Kau apa dikira orang African-American?

Baiklah, aku memang orang dengan kulit yang gelap. Aku orang Indonesia ber-ras Jawa, sehingga kukira it just makes sense if I have kinda dark skin. Jadi make sense juga kalau ada yang bertanya apa aku dianggap sebagai Black American.

Nah, mungkin semua orang sudah familiar dengan istilah rasisme. Sederhananya, rasisme adalah salah satu bentuk diskriminasi yang didasarkan atas ras. Masih banyak lagi bentuk diskriminasi: kekayaan, ukuran tubuh, warna kulit, tinggi-rendah badan, cacat tak cacat, dan masih banyak lagi.

Nah, menjawab pertanyaan itu, aku pun jelaskan bahwa di US diskriminasi yang ada adalah rasisme. Orang melihat orang lain berdasarkan ras-nya, bukan yang lain seperti warna kulit dan lainnya.

Jadi ketika aku di US, There was absolutely nobody asked me whether I am Black. Tak ada yang menganggapku sebagai Black American. Kebanyakan dari mereka bingung aku ini orang mana. Nah, akhir tebakan mereka berakhir pada orang India atau orang China.

Saturday, July 7, 2012

Membuka business di US

JAKARTA-JAZZMUHAMMAD - Sebagai negara maju, Amerika memiliki standar untuk apapun. Mulai dari hukum hingga ukuran ember ada standarnya. Kalau di Indonesia mungkin ini semacam SNI.

Nah, standar ini juga berlaku dalam membuka business. Di Indonesia, orang membuka business atau usaha yang buka saja. Mau jualan nasi uduk atau nasi pecel, gelar saja meja di depan rumah lalu jual nasinya. Buka bengkel, siapkan saja alat-alatnya, pasang papan namanya, lalu buka-lah usaha bengkelnya.

Berbeda dengan di Indonesia, di US ada sebuah lisensi atau izin untuk membuka usaha. Setiap usaha yang menghasilkan uang akan didaftar oleh pemerintah federal. Pemerintah akan melakukan inspeksi mengenai banyak hal tentang kebersihan, kelayakan, dan masih banyak lagi.

Apabila seseorang membuka usaha yang dilakukan dalam kurung waktu tertentu namun tak berlisensi, negara berhak membubarkan usaha tersebut. Jadi jualan nasi ke tetangga tidak diperbolehkan tanpa ada lisensi.

Bagusnya dari system ini adalah setiap barang yang sampai ke konsumen di US pasti terjamin kualitasnya. Dalam hal alat-alat rumah tangga, alat-alat yang dijual ke warga US adalah barang yang tak mudah rusak.

Scheels, raksasa toko olahraga di US
Soal lain, soal fashion misalnya, tak ada barang palsu di sana. Kalau ada celana Levi’s, berarti itu asli Levi’s. kalau ada tas Guess, maka tasnya pasti asli.

Soal makanan, setiap makanan yang akan dimakan oleh warga US sangat terjamin kesehatan dan kebersihannya. Maksudnya, bukan berarti semua makanan bebas kalori dan lemak, tetapi setiap makanan pasti memiliki nutrition facts yang konsumen bisa melihat-lihatnya sebelum menetukan mau beli apa tidak.

Untuk semacam restoran, setiap rumah makan di US diharuskan memiliki standar kebersihan dan layanan yang ditentukan negara. Jadi, makanan yang disajikan tak boleh mengecewakan konsumen.

Friday, June 29, 2012

Language Determinism dalam Berbahasa

I just call him Dennis, not Pak Dennis
JAKARTA-JAZZMUHAMMAD - Di Spring semester kemarin aku ambil kelas Introduction to Psychology atau yang lebih dikenal dengan intro to psych. Kelas ini merupakan kelas besar yang berisikan mungkin hampir 300 lebih mahasiswa. Dosen yang mengajar adalah Jared Ladbury.

Nah, di dalam kelas itu, aku mendapatkan sebuah istilah language determinism. Dalam buku text yang kami mahasiswa pelajari, language determinism adalah a hypothesis saying that language determines the way we think. Jadi, bahasa dapat menentukan bagaimana cara kita berpikir.

Jauh lebih dari itu, aku mengartikannya bahwa imbas dari situasi itu adalah bahasa menentukan bagaimana pergaulan, budaya dan juga peradaban terbentuk dimana cara berpikir manusianya menjadi landasan paling mendasarnya.

Pada awalnya aku tak terlalu memikirkan istilah ini. Namun, ketika aku lihat perbedaan budaya yang ada antara Indonesia dan USA, aku sadar bahwa apa yang dikatakan oleh definisi istilah tersebut benar adanya.

Begini, dalam bahasa Inggris, tak ada tingkatan-tingkatan yang seperti terjadi di bahasa kita. Baiklah mungkin kita bisa katakan kalau bahasa Indonesia itu egaliter. Tapi pada kenyataannya, penggunaannya tetap terpengaruh oleh bahasa daerah yang bertingkat-tingkat.

Orang akan cenderung memakai “saya” daripada “aku” ketika bicara dengan orang yang lebih tua atau lebih dihormati. Ada juga kata beliau yang untuk orang seperti itu.

Tuesday, June 26, 2012

Membangun Rumah di US

In front of microwave, stove, and oven
JAKARTA-JAZZMUHAMMAD - Di Indonesia, dalam hal membangun rumah, tak ada aturan tertentu. Kalau memang punya petak tanah dan punya uang untuk membangunnya, maka, “Here we go!” Bangun rumahnya!

Maka yang terjadi adalah desain rumah di Indo yang terlihat sangat bervariasi. Dari yang kecil sekali hingga besar seperti istana. Di Blitar, kampung halamanku, ada sebuah rumah yang berdiri megah seperti istana. Besar sekali. Tapi kalau dilihat samping kanan-kirinya, rumah ini sepertinya dibangun bukan pada tempatnya.

Kanan kirinya adalah perkampungan biasa dengan rumah-rumah yang kecil dan juag banyak warung-warung. Nah, ketimpangan ekonomi pun sangat terlihat. Akhirnya, mungkin demi “keamanan”, sang istana pun dilengkapi tembok super tinggi dan tebal.

Di Indo, yang kulihat, orang membangun rumah tak ada aturan yang mengaturnya. Pemerintah kota juga tak memedulikan bagaimana desain rumah, sanitasinya, dan juga segala macam keperluan lainnya: jarah antar rumah, jenis bahan bangunan, dan juga jarah rumah dengan jalan.

Bangun rumah ya bangun rumah saja. Kok pake aturan segala.

Nah, di US, pembangunan rumah benar-benar agak rumit. Pemerintah kota sangat pengatur setiap keluarga yang akan membangun rumah. Tak bisa orang asal bangun rumah yang “pokoknya bisa berteduh”.

Rumah-rumah di US tak semuanya punya halaman depan atau front yard. Cuma sebagian besar memilikinya. Seperti di Fargo, semua rumah memiliki front yard yang akan memberi jarak tertentu antara rumah dengan jalan. Di antara rumah dan jalan raya juga pasti ada tempat jalan kaki atau sidewalk. Tapi, untuk sidewalk ini, ada tidaknya tergantung daerahnya.

Kalau di daerah kota besar, maka biasanya sidewalk sudah menempel di badan jalan. Tapi kalau di luar kota, atau disebut country, maka antara keduanya masih ada space untuk rerumputan.

Monday, June 18, 2012

Demokrasi di US dan Indonesia

(www.typography.com)
JAKARTA-JAZZMUHAMMAD - Sudah menjadi kesepahaman umum kalau Amerika adalah negara demokrasi. Negara yang berdiri di abad 17 ini sepertinya menjadi kiblat demokrasi dunia yang pada akhir-akhir ini.

Aku mungkin tak pintar mengartikan apa itu demokrasi, tetapi pada dasarnya dalam demokrasi, rakyat lah yang memegang kekuasaan. Kira-kira begitulah teorinya. Lalu ada hukum yang mengatur tata-cara atau protocol atas segala aktivitas penyelenggaraan Negara.

Lalu, bagaimana prakteknya? Sepanjang hidup ini, tentu ada pemahaman umum kalau teori sering kali, atau hampir tiap kali, tak sama dengan apa yang dipraktekkan. Baiklah, setelah satu tahun tinggal di sana, tentu aku punya pandangan sendiri bagaimana US menyelenggarakan kehidupan bernegaranya berdasarnya demokrasi.

Suap berujung rampas
Layaknya di US, hampir semua pejabat dipilih langsung oleh rakyat US. Mereka juga akan kampanye dan melakukan promosi layaknya apa yang terjadi di Indonesia.

Di Indonesia, kampanye politik sudah sepertinya identik dengan pasang-pasang poster sembarangan dengan muka-muka “senyum” calon. Di Indonesia, calon pejabat suka “narsis” dengan pasang-pasang muka di buku tulis sekolah, papan pengumuman, dan segala macam spanduk.

Wednesday, May 30, 2012

Kehidupan Asrama di US

Niskanen Hall!
JAKARTA-JAZZMUHAMMAD - Rasanya hampir semua kampus di US memiliki asrama atau residence hall. Kebanyakan, asrama diperuntukkan untuk mahasiswa tahun pertama atau yang disebut freshmen.

Pada umumnya, asrama berupa gedung besar yang berisi kamar-kamar. Di dalamnya ada sebuah hall desk atau kantor dari asrama tersebut dan tentunya kamar-kamar mahasiswa. Biasanya berisi dua tempat tidur dan dua meja belajar. Jenis ini adalah yang paling umum. Mandinya juga bisa ditebak. Mandi di communal shower atau tempat mandi “umum”.

Nah, ada juga yang modelnya seperti apartment. Jenis memiliki, selain bedrooms, juga living room, kitchen dan juga shower room sendiri. Aku dulu sendiri tinggal di jenis yang kedua ini. Jenis umumnya di isi oleh mahasiswa tingkat II (sophomore) dan seterusnya (junior dan senior).

Asramaku bernama Niskanen atau yang biasa disebut Niskanen Hall. Aku tinggal bersama tiga roommates. Dua Americans satu English. Baiklah, apakah hidup di asrama di amerika sama dengan hidup di asrama Indonesia?

Bagiku sangat berbeda.

Thursday, May 24, 2012

Me: A list of things I’ll miss about NDSU and Fargo

the unforgettable city
On one of The Forum edition (5/4), I found an article titled “Morast: A list of the things I’ll miss about Fargo-Moorhead.” The writer has taken a decision to take another job so he has to say goodbye to the town.

He mentions some stuff about Fargo-Moorhead that might be “unforgettable” for him. I enjoyed reading this article but it makes me sad as well. Finally I left NDSU and Fargo after about 9 months of living here. That means that I left my campus North Dakota State University (NDSU).

When I got to NDSU, everything was alien. Everybody spoke in English and I wasn’t good at it at first—it doesn’t mean that I am good at it now, but I’m better. It freaked me out a lot. No kidding.

However, now I feel like I found my life here. I found many things have become parts of my life. Thus, it’s going to be difficult for me to leave after all I have done here. So, here is a list of things I’ll miss about NDSU and Fargo.

snow!
Winter
This year was my first time experiencing winter. The first time seeing snow as well. I still remember that it was like a dream to see snow. Then I saw and I couldn’t say anything but “Oh my God, it’s gorgeous!”

I don’t know why some friends of mine hate it. “I have to shovel,” that is their reason. No way! Look at the flakes! It’s just a blessing for me seeing those flakes.

My friend showed me that Fargo is the fourth coldest city in the US. I didn’t believe that until I found that my nose stuffed up. It was -16 F. It was freaking cold for me. But, my friend told me, “You’re lucky. This winter is mild. It’s not real winter this year.”

Wednesday, May 2, 2012

Olahraga di US

The last Superbowl (www.phandroid.com)
FARGO-JAZZMUHAMMAD - Olahraga di Amerika, seperti aku tuliskan dalam artikel sebelumnya, merupakan sesuatu yang penting bagi hidup masyarakatnya. Sepertinya hampir seluruh masyarakat amerika adalah fan dari sebuah tim olahraga. Namun, sebenarnya bagaimana system pengelolaan olahraga di US?

Olahraga di US bisa dibilang unik dan tak seperti di belahan bumi lainnya. Dari segi jenisnya, US memiliki banyak cabang olahraga yang ditonton oleh warganya. Maksudnya, sangatlah bervariasi olahraga yang ditayangkan di TV yang berarti juga banyak yang menonton di lapangan atau stadiumnya secara langsung.

Ada American football, basketball, baseball, ice hokey, softball, volleyball, soccer (yang biasanya disebut sepak bola di Negara lain) dan masih banyak lagi. Kalau di ranking, maka American football menjadi jawaranya. Lalu basketball dan baseball mengikuti.

Dari segi waktu pelaksanaannya, olahraga di US dilaksanakan tidak dalam waktu satu tahun penuh, tetapi mengikuti arus perubahan musim.

Tuesday, April 17, 2012

Greek Life on Campus

Anggota Sigma Chi sedang mempromosikan event
FARGO-JAZZMUHAMMAD - Di Indonesia kampus-kampus penuh dengan organisasi-organisasi luar kampus seperti HMI, PMII, PMKRI dan masih banyak lagi. Semuanya punya “sekre” sendiri-sendiri sebagai tempat berkumpulnya para anggota. Di luar kampus, organisasi ini menggabung menjadi satu dalam tingkat nasional.

Pengurus organisasi-organisasi itu juga bertahap-tahap mulai dari tingkat kampus, provinsi, sampai nasional. Bagi yang gila organisasi, pasti sudah paham dengan semua ini. Dan, seringkali organisasi itu punya agenda politik yang macam-macam. Ada yang bagus ada yang kurang bagus. Untuk bagian ini, aku tak bahas banyak-bahas, karena aku tak terlalu tahu juga.

Nah, bagaimana dengan kampus-kampus di US?

Di US, seperti yang aku lihat di North Dakota State University (NDSU), kampus juga punya organisasi eksternal. Mereka juga punya system kepengurusan yang bertahap mulai dari tingkat kampus, state (di US taka da provinsi), hingga nasional. Organisasi-organisasi ini biasanya disebut fraternity (untuk laki-laki) dan sorority (untuk perempuan) atau juga disebut Greek Life.

Thursday, April 12, 2012

Kebanggaan sebuah Kampus di US

Bison Game! 
FARGO-JAZZMUHAMMAD - Kebanggaan pada sebuah kampus mungkin bukan hal yang luar biasa. Di US, mahasiswa juga punya hal itu. Tetapi, ada satu hal yang menarik yang bisa dibicarakan dari hal ini: Olahraga.

Hampir semua kampus di US punya departemen olahraga atau yang biasa disebut athletics. Nah, department inilah yang mengatur dan mengelola semua cabang olahraga yang dimiliki kampus tersebut.

Di antara semua cabang olahraga yang ada, ada tiga olahraga yang paling populer: Baseball, Basketball, dan yang pasti American Football.

Ketika ada pertandingan olahraga, Football utamanya, mahasiswa berbondong menuju stadium untuk menyaksikan tim kampusnya berlaga. Lagi, yang paling banyak penontonnya adalah Football. Di NDSU, tempat aku belajar sekarang ini, tim Football-nya, juga semua cabang olahraganya, punya julukan Bison.

Pada Football season di Fall semester kemarin (2011), aku hampir tak pernah melewatkan Bison game. hal ini bukan lain karena ketika menonton Bison, rasa kebersamaan sesama pendukung bison sangat terasa. Hampir tidak ada yang tidak memakai pakaian dengan atribut NDSU atau Bison.

Ketika Bison mencetak angka, dalam Football disebut touchdown, kami menteriak sekencang-kencangnya. Beberapa saling tos atau disebut high-five, yang lain berpelukan.

Saturday, March 10, 2012

Kuliah Bayar Berapa?

NDSU Bison!
FARGO-JAZZMUHAMMAD - Biaya kuliah. Apa yang kau pikirkan tentang biaya kuliah? Bagi yang kuliah di negeri, maka bisalah bilang murah, terjangkau, atau mungkin juga bebas biaya. Yang kuliah di swasta , maka satu kata yang paling banyak muncul adalah mahal, ya meski ada yang murah sekali. Baiklah, intinya sama saja: kuliah harus bayar.

Cara pembayaran kuliah pun ternyata bermacam-macam. Ada yang memang bayar sepenuh-penuhnya, khususnya bagi mereka yang berada. Ada yang bayar setengahnya, ada yang seperempatnya, dan masih banyak lagi. Ada juga yang tak bayar sama sekali. Salah satu caranya adalah dengan beasiswa.

Cara inilah yang dilakukan oleh orang-orang yang belum mampu. Aku mungkin salah satunya. Di Paramadina, alhamdulillah, aku tak harus membayar biaya kuliah karena beasiswa, Paramadina Fellowship namanya.

Sementara, Di US, biaya kuliah ternyata tidak mahal. Tapi, sangat-sangat-sangat mahal! Bagi orang Indo, seperti aku ini, biaya kuliahnya benar-benar “sundul” melangit.

Sebagai contoh adalah NDSU, tempat aku sekarang sedang menimba ilmu. Untuk undergraduate, biaya kuliahnya mencapai lebih dari $3000. Itu hanya untuk satu semester. Kalau di rupiahkan, jumlah itu bisa mencapai lebih dari 25 juta. Nah, biaya itu adalah untuk residents alias anak asli Amerika atau mereka yang lulus SMA dari Amerika.

Friday, March 2, 2012

Siapa Orang Amerika?

with Koreans at Mt. Rushmore
FARGO-JAZZMUHAMMAD - Kalau ketemu orang Amerika, maka yang ada dipikiran kita adalah orang white alias orang kulit putih. Rambut blonde alias pirang, hidung mancung, kulit putih, dan mata biru, coklat terang, atau hijau.

Anggapan itu memang benar sih. Cuma pada kenyataannya, Amerika adalah bangsa yang terdiri dari berbagai macam orang dari berbagai belahan bumi. Ada orang Black America, Asian American, Hispanic American, Native American, dan masih ada beberapa lagi yang aku kurang tahu.

Namun demikian, orang white tetaplah yang paling banyak. Mereka masih mendominasi jumlah populasi. Tapi jangan salah, mayoritas white bukan berarti itu merata di semua daerah.

Di daerah selatan, orang black American mendominasi. Ini karena sejarahnya dulu orang black adalah slave alias budak dan kebanyakan perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan mereka ada di sana.

Di bagian timur, macam-macam orang besatu padu. Sejarahnya, amerika adalah negara yang menerima imigran, dan hingga sekarang pun masih demikian. Mereka dulu masuk lewat Ellis Island di mana kantor imigrasi US berpusat di sana dulunya. Anyway, Ellis Island adalah sebuah pulau buatan yang dibangun di daerah New York City, tepatnya di dekat pulaunya Patung Liberty.

Thursday, February 23, 2012

Soal Absensi Kuliah

Let's Go Bison! 
FARGO-JAZZMUHAMMAD - Yang cukup menghantui mahasiswa di Indo adalah absensi. Kebanyakan mahasiswa di Indo masuk karena tak mau failed. Satu hal yang menentukannya, lagi-lagi: absensi.

Kalau di Paramadina, absensi disediakan melalui selembar kertas yang berisi nama-nama mahasiswa yang mendaftar pada kelas itu. Di awal, atau seringkali di akhir kelas, mereka menandatanganinya sebagai bukti kehadiran.

Umumnya, syarat agar tidak failed di Indo adalah kehadiran yang harus mencapai 75%-80%. Di Paramadina, biasanya kalau sudah tak masuk lebih dari 4 kali, maka you get kicked out!

Di US, sistem pendidikan tingginya memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Baiklah, beberapa telah aku tuliskan sebelumnya, tapi kali ini khusus untuk absensi.

Di US, mahasiswa tak diharuskan mengisi lembar absensi. Mau masuk silakan, mau tak masuk silakan juga. Tapi yang, bagiku, aneh adalah masih banyak saja yang masuk kuliah. Apalagi hampir tak ada yang datang terlambat.

Saturday, February 18, 2012

What Am I Doing Here? (Part 2)

crazy Bison fan!
(inforum.com)
How they live their lives
Then the second purpose I am studying in the US is I want to know how people live their lives. No matter what, the US is not Indonesia, China, or India. Not even Europe. The US is the US. Since it has been a few months since I’ve been studying in this country, I’ve seen a lot of differences. It’s a lot different from what we have in Indonesia.

In general, people are so nice here. Their way of lives could be defined as individualism or specific culture. It doesn’t mean that they do not care about others. They like helping others, though.

What I’ve seen here, individualism means that their appreciation to individual work is really high. Generally they don’t want to intervene others’ lives or choices no matter what. As long as it is not bothering them, it’s fine. Here, I very seldom hear about people say something bad to somebody else’s ways to do something.

“Just do what you want. Don’t bother me, or you can otherwise get in trouble.”

Sunday, February 12, 2012

What Am I Doing Here? (Part 1)

Manhattan Broadway! 
If somebody asks me, what are your goals studying here in the US? I just have a couple answers for this past Fall and Spring semester. First, I really want to learn the language more, which is English. Second, I want to know how people live outside my country.

It’s about English
The first reason might be seen as a simple thing. If you guys think so, it is just fine. But, I think it’s a lot more than that.

Well, people know what others want through a language. See what people are doing when they work at, say, fast food restaurants. They carry out what the customers say to order. There is such a mutual understanding between both so they would feel satisfied each other.

Further than that, see what our teachers are doing in our class. See, they are talking and talking. It is the way people send their knowledge to others. They educate us through their languages and that’s why students can become more and more knowledgeable.

When our teachers are talking about something, you think it is usually fun, right? Not! It is boring very often. Well, but suck it up bud! All right, this part is joke. Don’t really mind about it.

Thursday, February 9, 2012

Antara Nama, Jurusan, dan Angkatan

My Professor and I
(Dakota Tribal History Class)
FARGO-JAZZ MUHAMMAD - Kalau kuliah di Indo, ketika ada orientasi, para orientator atau senior yang mengorientasi pasti akan berkenalan satu per satu. Nah, ketika mereka mengenalkan dirinya, tiga hal yang mereka katakan adalah nama, jurusan, dan angkatan.

Hal ini semacam norma yang tak terlulis yang harus dipatuhi. Nama akan menunjukkan bagaimana ia ingin dipanggil, disapa, dan dikenali. Kebanyakan memakai nama asli, tapi tak sedikit juga yang menggunakan nama samaran yang sangat berbeda dengan nama aslinya. Katanya biar keren.

Hal kedua adalah jurusan. Itu yang akan menunjukkan apa yang ia pelajari di kampus. Di beberapa kampus, jurusan menunjukkan kasta. Orang kelas macam apa dia itu.

Khususnya di kampus-kampus negeri, kasta ini nampak terlihat. Kalau ada yang bilang, “Kedokteran”, para junior langsung diam, sedikit berbisik, “Anak ini pintar.” Kalau ada yang bilang, “Teknik Elektro”, maka mereka berbisik, “Oh, ia jenius!” Demikian juga untuk jurusan-jurusan yang dianggap keren: Hukum atau Kedokteran Gigi.

Tapi kalau ada yang bilang “Penyakit Tanaman” atau “Agrikultur”, yang mendengar berbisik-bisik, “Ngapain kuliah itu?”

Aku tak bermaksud membanding-bandingkan. Tetapi itulah kenyataan yang terjadi di Indonesia. Satu jurusan didewakan, satu lainnya dianggap barang rongsokan. Satu diburu banyak orang, yang lain kekurangan mahasiswa. Sah-sah saja sih. Aku hanya merasa aneh saja.

Sunday, January 29, 2012

I Went Broke Afterward

New York at night
The rest of my holiday I spent visiting the Big Apple, New York. I was going to be there for 10 days. To be honest, at that time I was kind of totally blind about what to do. But that would never prevent me from going to a new place.

I met my friend Tyas over there. We rented an apartment with some other friends so the cost could be split up. We stayed in Brooklyn.

When I was in Indonesia, I watched some movies, which showed me many things about New York. I saw the Statue of Liberty, Manhattan, the Empire State Building, and the Wall Street Bull, all through my TV! But then, finally, Oh God, I was there! I bought the city pass to make the costs cheaper. If I didn’t buy that, I would have spent twice as much as I did.

To get around the city, I used the subway. That was also my first experience riding an underground train. I’m actually already familiar with the train, but for the way it runs, I mean the underground track, that was surprising for me. I wondered how they came up with that idea. It’s supposed to be really expensive to build it, but then, the advantages exceed all the costs.

Thursday, January 26, 2012

I was Rocketing!

I conquered the frozen lake!
In the past Winter break, I got about two weeks off. My friend told me that she wanted to do something for the break even though the Fall Semester did not conclude. I was kind of curious about what she was going to plan for it. Then she ended up with an idea: Go to New York!

I didn’t know if I wanted to go for it or not. It’s far away from Fargo, and it would cost me too much. Then I thought that this could be the only one chance I got in my life to see the popular city. Whether I would like it or not, I should see it. I finally bought the ticket then arranged where I would stay. On December 27th, in the second week, I decided I would be flying there.

But why did I decide to fly in a week after the holiday got started? Christmas! That’s the only reason for it. I wanted to know how people here in Fargo celebrate their Christmas.

I did not want to miss this chance since I’m here in the US. Well, I don’t want to talk more about religious stuff here, but I see that every religious celebration among different people has a cultural side that welcomes diverse people to join in the fun the celebrations.

Finally, I went to Dennis’ house in Hawley, Minnesota. His family is the family I joined during Thanksgiving Day. They invited me to their Christmas party. I was so excited. I went there with Susilo’s family, an Indonesian family in Fargo I’ve been getting along with. They gave me a ride.

Sunday, January 22, 2012

Satu Setengah Juta Kami untuk Pak Polisi

Pak Polisi (tribunnews.com)
Sedari kecil, di sekolah, aku seringkali diberitahu kalau menjadi Polisi itu tugas mulia. Menangkap pencuri, menertibkan lalulintas, dan yang paling aku suka adalah menyeberangkan orang tua dan anak-anak. Mulia bukan? Mulia sekali!

Beberapa kawanku ada yang ketika ditanya: Apa cita-citamu? Jawabnya: Polisi. Dengan tegas ia jawabnya dan ketika ada karnaval peringatan HUT RI, ibunya rela pergi penyewaan kostum anak-anak dan membayar harga tinggi hanya untuk mendandani anaknya menjadi Polisi.

Ketika masuk SMA, beberapa kawanku telah bersiap-siap masuk Akademi Kepolisian. Masuk akal-kah? Masuk akal sekali. Polisi itu tugas mulia, dan juga keren. Aku katakan itu keren! Hingga akhirnya lulus, aku lihat beberapa yang akhirnya benar-benar jadi Polisi. Selamat kawan! Kau mengemban tugas mulia!

Tapi kau tahu, itu semua, bahwa Polisi adalah tugas mulia, bahwa mereka adalah penyelamat bangsa, penertib lalu-lintas, penyeberang orang tua dan anak-anak, tak berarti sama sekali bagiku. Aku dulu berpikiran demikian, tapi sekarang tidak sama sekali.

Thursday, January 5, 2012

Jalan-Jalan di US

this is it!
FARGO-JAZZ MUHAMMAD - Hal ini sangat simple, tapi kalau tak tahu, bisa buat orang tersesat. Tersesat? Wah ada aliran sesat ini! Gundhulmu aliran sesat! Dasar orang, sukanya bikin masalah. Kalau orang alirannya sesat, terus mau apa? Kau gatal-gatal? Kulitmu ada yang luka? Atau tanganmu putus? Bisulan?

Ya sudahlah biarin aja. Ngapain ngurusin orang, hidup saja yang damai. Buka-buka usaha atau apa gitu. Nulis-nulis juga boleh. Atau bikin blog juga boleh. Sini temenan sama aku. Lagipula, masih banyak hal yang bisa dibicarakan.

Tapi soal sesat-sesatan orang di US tak gampang tersesat. Bukan karena minimnya aliran sesat, tetapi karena jalan-jalan di sini memiliki sistem penamaan yang cukup sederhana. Jalan yang mana? Ya jalan yang pakai aspal itu.

Di bagian yang melintang ke arah barat-timur, nama jalannya cuma satu yakni Avenue atau biasa disingkat Ave. Nah, untuk membedakan Avenue satu dengan yang lainnya, jalan diurutkan dengan angka mulai dari Main Avenue, 1st Avenue, dst.

Begitu juga dengan jalan yang membujur ke arah utara-selatan. Namun, namanya bukan Avenue, tetapi Street atau disingkat St. seperti sebelumnya, pengurutan jalan juga dengan angka: Main Street, 1st St, dst. Kalau nanti ada tambahan N atau S, itu berarti north atau south.

Akan tetapi, tak semua juga jalan seperti itu. Untuk jalan-jalan tertentu, ada nama-nama khusus seperti Broadway, Park, University Drive, dan masih banyak lagi. Namun demikian, jumlah jalan yang dengan nama khusus itu tak seberapa bila dibanding jalan yang hanya bernama Avenue atau Street.