Friday, December 20, 2013

Hormatku dan Selamat Jalan pada Mandela

Nelson Mandela (the guardian)

Hari Kamis malam awal Desember lalu (5/12) dunia berduka. Dunia telah kehilangan Nelson Mandela yang telah menjadi tokoh penghapusan politik rasisme di dunia ini. Jasa-jasanya tentu tak banyak menyentuh bagian dunia lain kecuali Afrika dan spesifiknya Afrika Selatan.

Namun, keberaniannya kemudian menjadi inspirasi bagi sebagian besar manusia di muka bumi ini untuk terus menghargai persamaan dalam perbedaan. Mandela menghapuskan apharteid di Afsel, tapi sejatinya hisupnya telah menjadi inspirasi untuk upaya-upaya menghapuskan segala bentuk diskriminasi yang ada di muka bumi ini, dan Afsel adalah contohnya.

Mengenang Madiba, panggilan akrab Mandela, aku teringat sebuah film berjudul Invictus yang sudah dua kali aku tonton.

Film sebenarnya bukan fokus pada bagaimana Mandela berdemo lalu dipenjara dan kemudian menjadi presiden ‘anti-diskriminasi’ pertama di sana. Film ini focus pada bagaimana Mandela mempertahankan tim rugby Springbok yang bisa dikata dibenci 90 persen umat Afsel.

Pantas saja dibenci, isi Springbok adalah orang kulit putih yang berdekade-dekade menjadi ikon diskriminasi di sana. Namun Nelson Mandela, alih-alih membubarkannya, ia mempertahankannya hingga akhirnya Springbok mendapatkan tempat dihati masyarakat Afsel yang tentu sebagian besar adalah orang kulit hitam.

Pada akhirnya, Springbok memenangkan piala dunia rugby pada 1995. Dan momen tersebut benar-benar menjadi momentum penting persatuan negara tersebut.

Yang menjadi momen penting dan begitu membekas di kepalaku adalah ketika beberapa kelompok orang melakukan jajak pendapat untuk menghapus tim rugby ini. Dalam film tersebut, Mandela datang dan meminta jajak pendapat dihentikan. Ia inginkan Springbok bertahan menjadi ikon Afsel.

Ketika diprotes, jawaban mandela sangat, menurutku, berkelas, kuat, berwibawa dan menunjukkan kesantuanannya sebagai pemimpin bangsa. Kira-kira begini parafrasenya.

“Ini bukan waktunya membalas dendam. Mereka adalah teman-teman kita. Kalau kita membalas mereka, apa bedanya kita dengan mereka? Saya sudah anda pilih sebagai pemimpin. Biarkan dan berikan saya kesempatan untuk memimpin anda.”

Aih, Ya Allah, betapa luas dan lapang hati Nelson Mandela ini. Maka, tak berlebihan kala banyak pertandingan-pertandingan olahraga internasional pada hari-hari setelah Nelson wafat memberikan sejenak keheningan untuk mengenang keberanian sekaligus keluasan hati Sang Madiba.

Terakhir, aku ingin mengutip pernyataan seorang komentator NFL (liga Football Amerika) yang berceletuk:

“Saya sungguh menghormati tokoh ini. Bayangkan, dia dipenjara oleh rezim berkuasa selama hampir tiga decade lebih. Dan, kemudian keluar tanpa kebencian sedikitpun.”

Selamat jalan Nelson Mandela. Selamat jalan Madiba!

1 comment: