A: Eh Bai, besok ada seminar tentang ini lho…
B: Ah, gue udah tahu, lho ngga usah ngasih tahu..
…….
A: Wah seminar tadi menarik bener, dapat uang transport lagi..
B: Eh lo tadi dimana, aku kok ngga dapet gituan?
A: Ya, lha wong tempat yang kamu maksud tadi itu beda, makanya jangan sok tahu
Mengerti segala hal sepertinya menyenangkan. Ketika orang baru mempelajari sesuatu, kita sudah tahu duluan. Kita akhirnya merasa paling tahu dan paling benar. Tapi, saya jamin, ini tu ngga mungkin. Informasi di muka bumi ini sangat banyak. Masih banyak informasi yang orang ketahui tapi kita tidak. Itu kenyataan. Percaya?
Rasanya enak sekali bisa lebih dulu tahu sesuatu dari pada orang lain. Ini sah-sah saja. Saya pun juga ingin seperti itu. Terus akhirnya belagak menggurui yang lain, wuih , rasanya sudah jadi orang paling pinter aja. Disanjung, wah kamu hebat ya!
Akan tetapi, perlu disadari, hal ini bila keterusan, sikap ini akan membuat kita mengada-ngada pas kita sebenarnya ngga tahu apa-apa. Istilahnya sok tahu ye (bahasa keren-nya “sotoy”). Ya kalau tahu ngga apa-apa, kalau ngga tahu itu lho. Ujung-ujungnya, yang muncul adalah sikap tidak mau mendengarkan orang lain. Menganggap orang lain salah dan ngga tahu apa-apa.Ya ngga sih? Hehe pis2
Kita sudah harus sadar bahwa kita itu sebenarnya masih sangat jauh untuk bisa disebut pintar. Ya kasarannya tahu segala hal. Terlalu banyak jenis informasi yang ada. Menutup diri dengan belagak sok tahu jelas bukan solusi yang baik. Malah bisa beraibat yang buruk. Contoh kecil akibatnya bisa seperti yang saya tuliskan pada percakapan di awal tulisan ini.
Dalam hal seperti ini kita harus bersikap terbuka. Istilahnya jadilah gelas kosong. Sebab dengan menjadi gelas kosong, kita akan terus siap untuk menerima apa yang datang. Dan begitu sudah mulai penuh, gelas kita harus lebih besar lagi untuk terus menampung (YW Junardy, 2008). Kita harus terus membuka diri untuk semua informasi yang datang. Dan kita terus membukanya lebar-lebar.
Cak Nur, pernah menyampaikan bahwa kebenaran bisa datang dari mana saja. Kita tidak bisa membatasi diri. Mingkin di awal ya bisalah kita menggurui yang lain karena memang kita lebih tahu. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, informasi terus berkembang. Kita akan tertinggal bila terus menjadi “gelas yang tertutup” yang membiarkan segala informasi tumpah begitu saja. Inilah yang disebut Cak Nur sebagai sifat inklusif.
Saya pribadi menganggap, tanpa perspektif inklusif dan gelas kosong, kita akan terus menelan ketertinggalan. Mau ketinggalan jaman?
Ngomong-ngomong soal menggurui, sebenarnya tulisan saya ini pun bisa dianggap menggurui. Tapi ya mohon kelapangan hati kamu. Yang baik aja diambil, yang buruk ngga usah. Yang penting, bila kita terus membuka diri seluas luasnya, kita pun akan memunculkan sikap saling menghormati yang lain, entah dari golongan, agama, atau etnis manapun.
Kita akan terus memupuk persaudaraan dengan yang lain, bukan bikin masalah mulu. Saya pikir ko’ ini mudah ya, tapi ngelakuinnya tergantung pribadi masing-masing. Yuk, jadi gelas kosong!
*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya
enggak kok gak menggurui. justru bagus utk mengingatkan kita. btw, kalo mo ikut lomba review bisa milih blog yg mana aja.
ReplyDeletesetuju sm postingan mu ini sob,dan tidak menggurui kok...apa salahnya berbagi dan saling mengingtkan...
ReplyDeletebuat teh fanny
ReplyDeletesip, aku akan upayakan kerjakan itu..hehe kalau maslah menggurui..aku terserah deh..
buat teh senja
ReplyDeletemakasih banyak, semoga sama2 dapat pelajaran walau dari gelas
yuk mari yuk jadi gelas kosong....
ReplyDeleteblognya ga menggurui kok men doseni malah wkwkwwkk
bercanda dink...
blog ini bagus bermanfaat kok, gak kaya blog saya jazz..
#merenung dipojokan..hahahha
wah,,,
ReplyDeleteluar biasa,,,
xoxo
YULIA RAHMAWATI
Get Up,Survive, Go Back To The Bed
buat teh maiank
ReplyDeletehahahaha, doseni? I like this
buat teh ladyulia
wah dapat temen baru..
sip2 makasih aku mampir nih ya ..
aku mau jadi gelas kosong yang selalu terisi tapi ga pernah luber XD
ReplyDeleteyah bener teh, jangan sampai penuh
ReplyDeleteSepakat Syid. Mari kita jadi gelas kosong, tapi jangan melompong. kalopun diisi yah jangan ampe luber.
ReplyDeletekosong tp mengndung sjuta makna
ReplyDeletesip mal....
ReplyDelete