Elo tu emang orang ngga punya perasaan ya
Lo ngatain gue yang ngga-ngga di depan temen-temen
Lo tu punya pikiran ngga sih? Ngga punya otak lo? (maaf)
Apa gara-gara otak elo ada di dengkul?
Sebenarnya saya agak meriding mendengar pernyataan di atas yang saya tulis sendiri. Kalau saya seperti itu ya malu dan menyesal banget. Ya gimana ngga? Dikatain otak didengkul, ngga punya pikiran. Tapi ini memang salah sendiri berbuat yang ngga-ngga. Ups, tapi itu cuma ngebayangin. Saya hanya lihat itu di TV. Saya pun tidak mau sampai seperti itu.
Kasus diatas penyebabnya simple. Cuma ngata-ngatain, ngegunjing, atau ngegosipin orang lain yang tidak-tidak. Ya boleh-boleh saja bertindak seperti itu , tapi ya mbok mikir dulu akibatnya. Mungkin ngomong itu mudah, tapi lidah itu , kata para ahli, lebih tajam daripada pedang. Kalau udah ceplas-ceplos yang tertusuk itu bukan bagian tubuh manapun, tetapi hati orang lain. Sementara hati manusia kalau sudah sakit itu sembuhnya lama. Inilah awalnya permusuhan. Kalau udah punya musuh tuh, hidup ngga bakal tenang. Hayu percaya ngga?
Tadi saya sampaikan ‘ya mbok mikir dulu!’. Nah ini sebenarnya nti dari tuisan saya kali ini. Judul tulisan ini “Pikir Panjang”, maksudnya kalau kita mau melakukan segala sesuatu itu kita pikir dulu. Harus ada proses berpikir yang baik. Memang ini butuh waktu agak lama, tetapi dampak yang ditimbulkan atas tindakan yang melalui proses berkikir dengan yang tidak itu berbeda. Dengan proses berpikir, apapun tindakan yang kita lakukan akan membawa dampak positif daripada yang grusa-grusu.
Aa Gym menyatakan bahwa proses berpikir itu punya bebarapa tahapan. Pertama, keinginan muncul dari pikiran. Kedua, keinginan itu harus disampaikan pada hati nurani kita. Mengapa? Sebab hanya hati ini yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dengan adil. Yang baik ya baik, yang buruk ya buruk. Titik.
Ketiga, bila hati nurani mengatakan buruk, maka yang harus dilakukan hanya diam. Ya, diam. Ngga usah nambah-nambahin. Kalau hati berkata baik, ei..its mau melakukannya? tunggu dulu! Kita masih harus menimbang apakah ada unsur yang merugikan orang lain, mungkin ada unsur yang menyinggung SARA, atau ghibah (gosipin orang lain) dan lain-lain. Kalau semua itu memang tidak ada, ya, Ayo keinginan tadi dilakukan!
Ini memang terasa butuh waktu lama. Ya saya sih berpendapat, kan juga namanya proses. Memang ini butuh waktu, tetapi sekali lagi dampak tindakan kita akan jauh lebih baik daripada yang tidak melalui proses ini. Bahkan, mungkin malah mendapatkan apresiasi.
Ada sebuah cerita yang mngisahkan seorang Ita yang ditinggal kerja orang tuanya. Keluarga tersebut memiliki dua mobil. Mobil yang lama dipakai untuk berangkat kerja dan yang baru ditinggal dirumah. Suatu ketika, Ita tersebut ditinggal kerja oleh orang tuanya.
Ia dirumah bersama seorang pembantu. Saat itu Ita bermain mencoret-coret tanah lama kelamaan ketika mendekat garasi mobil, tak pelak, dengan insting kreatifnya, anak tersebut mulai mencoret-coret mobil orang tuanya yang masih baru dan mulus. Walhasil, mobil baru itu penuh baret-baret karya Ita.
Ketika orang tuanya pulang dan mengetahui hal tersebut, langsung saja si pembantu kena semprot dan sang ayah langsung memarahi Ita habis-habisan. Belum puas dengan memarahi, si ayah kemudian memukuli tangan Ita ya ia angap sebagai biang kerok. Tak pelak, tanagn si Ita pun memar memerah. Si ibu hanya diam saja, seolah-olah menyilahkan si ayah menyiksa anaknya. Berhari-hari luka di tangan bayi pun belum juga sembuh. Setiap kali si pembantu menyamapaikan hal tersebut pada orang tuanya, jawab mereka hanya “Oleskan obat saja!”
Akhirnya bukan masalah yang beres, tetapi bencana menghampiri keluarga tersebut. Hari berganti hari, suhu badan Ita mulai naik. Orang tua pun kembali acuh. Tangannya mulai terinfeksi. Alih-alih lukanya sembuh, tangan Ita tersebut semakin parah. Pada suatu malam, Ita pun mulai mengigau. Malam itu juga, orang tuanya langsung membawa ita ke dokter.
Singkat cerita, hasil diagnosis dokter menyataan bahwa luka di tangan ita telah membusuk. Jalan terakhir satu-satunya adalah mengamputasi tangan ita. Bak disambar petir di siang bolong, air mata pun berurai dan mau tidak mau orang tua ita harus menandatangani surat persetujuan amputasi anak tercinta mereka. Kini yang ada hanya penyesalan yang mendalam. Hanya berawal respon yang spontan terhadap tindakan anak mereka, orang tua Ita harus rela selamanya melihat anak tercintanya hidup tanpa tangan. Astaghfirullah!
Cerita tersebut bisa menggambarkan bahwa dalam mengambil tindaan, sungguh sangat dianjurkan agar kita berpikir terlebih dahulu. Mengutamakan ego hanya membawa bencana. Grusa-grusu mengambil keputusan seringkali hanya membawa keburukan.
Ingat, kita sudah dianugerahi pikiran akal dan hati oleh-Nya. Ini bukan asesoris dalam hidup. Ini adalah anugerah yang paling agung dari-nya. Memanfaatkan semua itu sebaik-baiknya adalah tindakan paling bijaksana. Sayang kan kalau disia-siakan?
*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya
wahhh ceped banged kang uda post baru lagi... badewe... saiia bukan nya 'teh' kang... huehehehehe... salam kenal iia :)
ReplyDelete*mengamankan pertamaxxx...
setuju.......
ReplyDeletebuat kang Genial
ReplyDeleteoooo maap kang, abis tulisannya ada gambar cewe' sih
ok selamat jadi pertamaxx
buat kang tariq
setuju yang mana nih..? hehe
sip2
Bener sobat... saya setuju... Ngambil keputusan ga harus terburu buru tapi kalo udh deadline jangan kelamaan mutusinnya... fokus pada permasalahan itu saja biar cepat kelar..
ReplyDeletesalam kenal dan salam hangat dari blogger Bali
Izin Follow yaph...
fokus pada permaslahan..
ReplyDeletesiiip kang radit...
Mungkin aku akan berfikir ribuan kali untuk memilih namun aku hanya akan berfikir sekali untuk memutuskan...
ReplyDelete*nah lo...komenya nymabung g ya..??*
heheeeee...
memang kita harus bisa berpikir lebih panjang
ReplyDeletekalo ga, masalah bisa runyam
dg kata lain harus lebih bnyk sabar dan tidak grasa grusu ya
ReplyDeleteaku tahu mas Jazz..
ReplyDeletesi ita itu bahkan bilang gini ke ibu bapaknya..
"ma, papa...maafin aku..aku janji ga bakal corat coret mobil lagi, tapi tolong kembalikan tangan aku.,,,,"
dari buku, half full half empty..
:D
top,like this one, la!
buat teh ieyas...
ReplyDeletebener itu teh...
pastinya hanya satu keputusan....
buat teh clara
mungkin memang sejenak berpikir, tapi manfaatnya jauh lebih baik
buat teh fanny
hehe ini dia teteh chubby..
sip teh, jangan grusa grusu
buat teh rilex
ya, itu cerita dari bukunya pak parlindungan marpaung itu...
sip2
itulah kalau nafsu dan emosi didahulukan ya bro :) sehingga pikiran jadi nomor sebelas hehe, btw tq dah berbagi :)
ReplyDeleteya kang aulawi
ReplyDeletejangan sampai kemahan nafsu, bisa berbahaya
Yup bener, tindakan apapun yang diambil dalam keadaan tergesa2 dan emsmosi jiwa hasilnya tidak akan bagus.
ReplyDeleteBtw gw suka banget tuh potonya. Keren :-)
mampir sebentar ah...setelah posting dan komen pergi lagi...
ReplyDeleteKisah "Ita" pernah saya dapatkan ketika ikut spiritual parenting ESQ di Menara 165, bagus banget. Dikemas dengan sajian narasi plus entertainment yang menggugah hati...
Tulisan ini bagus buat recharging hati kita...jangan sampai melukai hati siapapun dengan cara "pikir panjang" dulu...
Have a nice weekend...
buat teteh Zul
ReplyDeletesip jangan esmosi.....
karena bikin runyam
buat kang Ugi
oh itu cerita memag sudah populer banget kang
meski sering diceritakan, tapi moral pesannya tak akan lekang..
oya ini aku in nice weekend
tapi ada hal2 tertentu yg gak boleh terlalu mikir lama2. terutama kalo sikon darurat
ReplyDeleteiya teh fanny, itu bener..memang tak semuanya harus ditimang2 dulu
ReplyDeleteada kalanya harus bertindak cepat
Perasaan aku udah baca cerita "Ita" tadi deh,,,
ReplyDeletedari "bumbu" permasalahan asrama di FB tu ya???
hahaha
Dengan sedikit sentuhan dari Rosyid menjadi lebih bermakna...
^-^
sip lah thur...
ReplyDelete