Berat rasanya kalau harus pulang sekarang. Aku sudah bisa tebak. Sebelum masuk bus, aku sudah harus menegakkan kakiku hampir satu jam. Aku harus relakan ototku ini bersitegang dengan pembuluh-pembuluh darah. Keringatku akan meluncur setetes-setetes. Sudah pasti menyebalkan. Tapi tak ada pilihan. Aku harus segera pulang. PR belum selesai. besok harus kumpul.
Ah, sudah kuduga. Antrean panjang sudah mengular. Halte busway itu sudah jadi kerumunan manusia yang menyemut. Sudah tak ada jarak antar kulit. Semua merangsek masuk demi mendapatkan giliran diangkut oleh busway.
“Aduh, pulang? Tidak. Pulang? Pulang!” aku bertarung dengan nurani sebelum ikut menyemut di halte. “Bak-buk, set-set, ciat-ciat, minggir-minggir!” Aku memakai badan ciutku merangsek nan seruduk sana-sini. Akhirnya aku ada di antrean paling depan. Ah, akhirnya busway datang.
“Bruk-bruk,….yap…” Akhirnya masuk bus juga. Tapi jangan kau kira aku bisa bergerak bebas. Yang kudapat adalah desakan dari segala penjuru. Aku baru saja berkunjung ke kantor organisasi eksternal yang aku ikuti di Jakarta Pusat. Petang itu aku harus pulang. Kau tahu kan? PR menanti.
Kawan, kalau maghrib, busway bisa berkorversi menjadi semacam tabung konsentrasi. Aku jamin, bila gas beracun dimasukkan, oh, persis penumpangnya mati semua. Betapa tidak, saking berdesakan, aku sulit sekali bernafas. Beberapa mililiter gas beracun bisa membunuhku. Tapi tidak. Itu cuma imajinasi. Sekedar meluapkan kejengkelanku selama ini.
“Permisi..” sebuah suara lembut berkata padaku. Suara itu memecah kegalauanku. Gerutuku sejenak berhenti. Aku tak segera menoleh. Itu isyarat kalau aku harus segera pindah. Aku sedikit bergeser.
Pemilik suara itu sedikit memaksa masuk. Aku masih tak peduli. Tapi aku sedikit memaksa menoleh.
“Ya, Tuhan!” Aku berteriak, dalam hati. Sebuah tangan bersih nan putih memegang gantungan pegangan. Sungguh membuatku agak terhenyak sejenak. Jari-jarinya begitu cantik dan lentik.
Sebuah cincin menambah apik gerak-gerik lengan itu. “Oh, siapa gerangan pemiliknya?” bisikku. Sejenak terlupakan kejengahanku di kerumunan penumpang yang mendesak-desak ini.
Aku mencoba mencari. Mengedarkan pandangan, “Siapa dia?” Mataku menelusuri arah lengan itu. “Yap,…. subhanallah!” Aku temui seorang gadis berwajah cerah berseri. Pancaran wajahnya kalem.
Dingin, seakan menetramkan hati. Ia mengenakan jilbab terurai indah. Sopan sekali pakainnya. Ia kenakan semacam baju terusan panjang berwarna putih berpadu biru. Sederhana, tapi menawan.
Sejenak, dia membuatku lupa bahwa aku sedang dalam suasana sesak dan gerah. Dia mengubahnya menjadi sejuk. Sungguh auranya menebarkan angin dingin menyejukkan jiwa.
Seonggok kacamata menggantung di kerudung birunya. Sedikit bertanda kalau ia anak terpelajar. Oh, menambah cantik mukanya yang bersinar.
Sejenak aku memandang, tapi wajahnya tak henti membuatku berkhayal. Tiba-tiba, ia melempar sebuah senyum sapa padaku. Sambil mengangguk ia menarik bibir tipisnya. Oh.. Matanya ikut menipis, sembari memancarkan keikhlasan senyum. Senyum itu membuat ia makin anggun dan sejuk.
Aku yang jadi salah tingkah. Hatiku berdebar-debar. Aku jawab senyumnya dengan senyum kelabakan. Oh, sungguh hatiku tenang. Sungguh busway jadi terasa lapang.
“Mau kemana a’?” dia sekonyong-konyong menanyaku. Suaranya menentramkan. Rendah dan agak mendayu. Selaras dengan mukanya yang kalem. Aku sendiri salah tingkah.
“E…e…e…ke asrama, em…mbak?”
“Abdi badhe pulang a’… “
Kami terlibat percakapan yang tak seimbang. Dia dengan lancar menghajarku dengan pertanyaan. Sementara aku tergagap-gagap menanggapi. Dari itu, aku tahu, ia gadis sunda.
“Pulang ke mana teh?” tanyaku agak sotoy (sok tahu) bahasa sunda.
“Masih jauh a’. Nah, aa’ sendiri?”
“Dua halte lagi, di halte duren tiga. Kuliah teh?”
“Emm..ya. Di Universitas Indonesia di salemba.”
Benar dugaanku. Sungguh sempurna. Gadis cantik dan cerdas pastinya. Aku tahu, yang di Salemba itu jurusan kedokteran, sebuah jurusan dari universitas terbaik dengan passing grade SNMPTN tetinggi nasional.
“Kuliah juga a’?” Dia kembali bertanya.
“Ya..ya…di Paramadina. Oya na…”
Belum sempat aku bertanya namanya, suara berdering, “next stop, duren tiga shelter…..” Suara otomatis dari speaker di dalam bus menandakan bahwa beberapa detik lagi aku sampai. Aku menelan kembali pertanyaanku.
“Tu a’ sudah mau sampai..” Gadis itu memberi tahuku.
“I…iya…”
“Braaak”
Tiba-tiba pintu Busway terbuka. Aku sesegera mungkin keluar. Kalau tidak, bisa terlewat nanti. Set-set-set. Ah, keluar juga. Tapi, oh, aku belum tahu nama gadis itu. Astaga!
“Braak” pintu kembali tutup. Pintu itu telah tertutup dan sekaligus menutup momen indah petang itu. Busway itupun pergi, menelan keanggunan gadis yang baru saja aku kenal. Bus itu membawa sang gadis menjauh. Sementara aku hanya terdiam, dari kaca melihatnya hanyut pergi bersama menjauhnya busway petang itu.
Lampung, 10 Maret 2010
tulisan ini juga dimuat di kompasianaku
*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambarnya
wah mas jatuh cinta pada pandangan pertama yaaa sama tu cewe
ReplyDeletetrnyata yo iso tertarik arek wedok u sid...?????hehehehe
ReplyDeleteBuat agung:
ReplyDeletehehe itu mah imajinasi gung.....tapi juga harapan............
buat Irkam:
ReplyDeleteLOL, LOL, LOL, hahahahahaaa sumpah aku ngguyu abis baca komenmu
heh, emang aku ini apaan.....
LOL, LOL
but BTW suwun kang mampir.....
bacanya sambil ngebayangin neh..
ReplyDeletebenar2 bagaikan embun penyejuk di tanah gersang ya sob.. hehe..
buat Pohon:
ReplyDeleteces..ces...ces..
minta doanya saja ya seoa tercapai harapan ini.....
ciieeeee akhiirrnyaaaaaaa ada ceritaaa kisah kasih *didalm busway*
ReplyDeleteoooo so cuiiit...
busyeeet dah tu ukhti....sempurna banget ya penggambarannya...
gag gw banget...
yaaa semoga jodoh kalo yang terbaiik....amiin..
kenapa tuh ditulis dilampung???lagi dilampung kah??
iya teh, itu emang nulisnya pas aku dilampung, hehe kan juga ini tulisan cuma imajinasi
ReplyDeletegabungan dari beberap eristiwa aku ramu ya jadilah tulisan ini
ini masih mengharapkan teh...
jadi intinya itu ini aku desain seagai doa semoga nantinya bisa seperti itu..hehe
ini cerpen apa pengalaman pribadi beneran heheh
ReplyDeletehmm...
alhamdulillah atuh a' ditemukan ciptaan allah yang sempurna dimatamu :)
ReplyDeletebuat teh maya
ReplyDeleteini gabungan teh, antar cerpen, ya peristiwa yang similiar, juga harapan...hehe
buat naicana
ReplyDeletesemoga na.........
wah kayak di sinetron ,hehe
ReplyDeletesmoga ktemu lg ya sm dia
salam kenal
buat angga:
ReplyDeletehuwaaa, walah2 kok malah jadi sinetron
wokelah kalo begitu, makasih2 atas tanggapannya
walah2
ReplyDeletemakasih kang angga hehe..masa sih
tapi woelah kalao begitu..makasih2
salam blogger
ReplyDeletesaya baru membangun sebuah blog dan masih butuh dukungan juga persahabatan dengan tidak mengurangi rasa hormat berkenankah sobat mengunjungi blog saya
salam kenal sobat.....
ReplyDeletehehehehe,,ketauan suka ya..ayo ngaku??
buat Q-Think
ReplyDeleteOk sudah melucur ke sana ini
buat berita
ReplyDeletehehe tahu aja..eh ini tuh imajinasi lhooo
lanjutannya ada nggak nih?hehehe...
ReplyDeletehahha ayooo kejar sampe dapat semngattt
ReplyDeleteberkunjung dan ditunggu kunjungan baliknya makasih
o o siapa dia he
ReplyDeleteblogwalking
yah belum sempet tanya nama dong? T^T
ReplyDeletebuat kan tariq
ReplyDeletehehe ngga ada kang, namanya juga cerpen
buat kang darahbiroe
minta doanya kang....hehe
buat kang antok
aq kan ngga sempat tanya namanya...hehe
buat teh clara
hehe jangan bersedih dan gundah teh..........
subhanalloh, kaya kisahnya KCB ketika mas azam brtemu ana, he,,,,,tapi terbalik yang pergi itu mas azam bukan ana. tapi kalau dicerinya mas jazz malah masnya yang turun! waduh....gimana ini cinta gagal di hantam busway.....
ReplyDeletebuat sofwan:
ReplyDeletewaduh ngga ngira sama sekali kalau mirip
ehe....
minta doanya saja biar imajinasi ini bisa jadi kenyataan
wow, cinta pada pandang pertama nih
ReplyDeleteheheheh bisa aja teh
ReplyDeletewahhhh..... kenapa ga ikut turun di halte itu juga.. tokh masih banyak busway menuju ke rumah hehehehe... kalo ingin sesuatu itu harus sungguh-sungguh jgn setengah2... oke...
ReplyDeletekeep fighting...:P
tadinya kalo bukan anak UI kukira Teh Rina, skg anaknya mau 3. Teh Rina adalah akhwat di kantor yg hatinya ikhlas dan lebih lembut dari kapas... :)
ReplyDeleteyahhhh aku ngga enal itu teteh kang...
ReplyDeleteapalgi udah kerja..hehe kan aku masih kuliah..
OK kang ducky
aku akan keep fighting
blog ini ternyata ngomongin gadis juga ya akhirnya. baru baca tulisanmu yg ini kak :)
ReplyDelete