Bikinin gue contekan donk!
Eh ntar lo duduk deket gue ya, biar gue bisa nyontek!
Ayo donk kerjain tugas gue?
Ntar gue traktir sepuas lo! Mau ngga?
Memiliki teman dalam hidup ini adalah keniscayaan. Karena, kamu semua pasti tahu bahwa manusia memang makhluk sosial, yang tak bisa hidup sendirian. Manusia tidak akan bisa bertahan hidup bila hanya hidup sebatang kara. Lagipula kenyataannya, hidup sendirian memang tidak nyaman. Sepi banget….
Muhammad pernah megatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfat bagi yang lain. Tentu saja bermanfaat yang dimaksudnya adalah dalam hal positif. Kehadiran seorang teman memberikan kita tempat untuk saling bertukar pikiran.
Ketika kita menghadapi masalah, maka teman pun bisa menjadi tempat kita mencari solusi. Begitupun sebaliknya. Ketika teman kita dihadapkan pada sebuah masalah, maka alangkah bijak bila kita mau menolongnya dengan senang hati. Sungguh hidup akan nyaman untuk dijalani bila keadaan seperti ini. Tiap orang akan menghargai satu sama lain.
Ketika kita menghadapi kesulitan dalam belajar, maka teman pun bisa diandalkan. Saling berdiskusi mencari jawaban adalah hal yang sangat mulia. Harus kita sadari bahwa ilmu itu bukan kita saja yang punya. Maka, sharing ilmu pun bisa dilakukan dalam pertemanan. Ilmu kita nambah, ilmu teman kita juga nambah. Inilah hidup yang saling bermanfaat. Pertemanan pun menjadi ladang belajar bagi kita.
Namun, coba kamu lihat perckapan diatas. Percakapan itu menunjukkan bahwa itu adalah wujud kesalahpahaman pemuda dalam menghayati pertemanan mereka. Mereka menjadikan pertemanan menjadi ladang kecurangan. Sudah salah kaprah. Masa teman suruh buatin contekan?
Nah, sebenarnya di sini masalahnya. Kalau sudah menjadi teman, terus ada yang seperti itu, sebagian besar pasti bingung. Mau jawab iya, ntar dosa…Mau jawab ngga ntar dikirain ngga setia…ya ngga? ‘Kan sebaiknya kita bermanfaat bagi yang lain? Akan tetapi pertanyaannya apakah hal itu bisa disebut manfaat.
Menghadapi masalah seperti ini tentu saja bukan hal yang mudah. Kita akan merasa sungkan untuk meolaknya. Nah, di sinilah seharusnya kita bersikap asertif. Maksudnya, sungkan kita harus ada batasnya. Kita juga harus sadar bahwa kegiatan-kegiatan seperti ngebuatin contekan, ngerjain tugas temen itu sekali-kali bukan manfaat. Mungkin ya dia dapat nilai baik, tapi kan otak dia tetep ngga jalan.
Bersikap asertif itu, menurut Parlindungan Marpaung, pertama mempertahankan hak sendiri dengan tidak mengorbankan hak orang lain. Teman kita juga punya hak untuk pintar masa kita mau membiarkannya bodoh dengan membiarkan dia malas-malasan?
Kedua, mengekspresikan keinginan, pendapat, dan keyakinan secara langsung. Kalau setuju ya setuju kalau ngga ya ngga. Jadi orang itu punya prinsip dan bukannya jadi “yes men” yang tiap kali dimintai tolong apapun hanya bisa bilang “ya”dan “ya”. Ya kalau dimintai tolong untuk membantu penanganan bencana ya tidak apa-apa, tapi kalau dimintai tolong buatin tugas, atau ngerjain tugas orang, ya jangan lah.
Yang harus kita lakukan adalah membimbingya, ajak mereka belajar bareng. Kalaupun dia tetap mendapat hasil yang kurang baik, ya masa kesuksesan hanya dinilai dari situ? Kan ngga… Kita harus bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang putih dan mana yang hitam.
Akhirnya kita hrus bisa menjadikan diri kita bermanfaat bagi yang lain. Siapapun akan nyaman berada di samping kita. Namun arti bermanfaat jangan disalah-artikan. Bermanfaat itu ya dalam hal positif. Saya pikir alangkah damaianya hidup ini bila kita menjadikan hidup hanya untuk menebar manfaat bagi yang lain.
Baca juga tulisan ini di Kompasiana-ku
Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang familiar dengan program inovasinya Blackinovationawards dan Black Community.
*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya (www.kapanlagi.com)
settuju...itu tolong menolong dalam keburukan....hukumnya dah jelas gak boleh...
ReplyDeletekalo denger kata contek, tugas dikerjain orang lain, pasti ada yang keliru dengan proses dan pola pendidikan yang dialaminya...
ReplyDeletememang harus mulai dari diri kita sendiri kali ya untuk mengubahnya..
saya agak sedikit protes neh kalau yg dimaksud Muhammad itu nabi Muhammad tolong dong jangan tulis Muhammad tapi nabi Muhammad atau Rasulullah
ReplyDeleteok salam kenal dulu yaaaa
susah ngejelasin ke teman kalo nyontek itu ga baik apalagi nyontek udah jadi budaya dinegara ini bahkanmorang yang pengen jadi pns aja banyak yang nyontek padahal kan sebagian dari pns banyak juga yang guru artinya gurunya aja ada yang contek-contekkan apalagi muridnya
ok sorry ya kalo saya agak sedikit lancang
buat kang tariq, ok kang
ReplyDeletehukumnya HARAM...
buat kang Ugi,
ReplyDeleteini aku mencobanya hehe membenahi pendidikan
salah satunya lewat tulisan
buat kang agung..
ReplyDeletewah makasih diingatkan..
oya giman ya, kalau yang jadi guru juga nyonytek.?*&^%$
ya semoga kita ini yang mengawali perubahan untuk masa depan bangsa
hahahaha.... udah gak lazim ya ternyata seorang teman yang minta dibikinin contekan. Mau jadi apa ya pnereus bangsa ini kalo contekan aja masih minta dibuatkan???
ReplyDeletepenglaman pribadi ni om ...???
ReplyDeletebuat naicana,
ReplyDeletehehe, gimana ya..kalau gitu?
ayo pemuda terus tebar semangat!!!
buat doni
ReplyDeletehehe, semua yang aku tulsi di sini iu pengalaman pribadi dhon....