Rosyid, apa yang menjadi cita-cita Kamu?
Saya ingin jadi pengusaha Pak! Karena bla…bla…bla…
Pertam kali saya kuliah, saya ditanyai oleh dosen saya. Kira-kira percakapannya seperti diatas. Kala itu saya memang ingin sekali menjadi pegusaha. Saya pun utarakan alasan saya. Ya, itu yang bla…ba…bla…(oh, terlalu panjang untuk diungkapkan). Saat itu apa yang saya ungkapkan adalah sebuah keinginan. Apa saat itu saya sudah jadi pengusaha? Ya belum. Tapi apa saya kan jadi pengsaha? Tunggu dulu…
Suatu hari saya menerima SMS dari teman saya. “Keinginan manusia adalah seperti koin-koin yang dibawa dalam sebuah kantong kecil, semakin banyak yang dibawa, akan semakin memberatkannya”. Saya tidak tahu darimana sumbernya, tetapi yang penting itu maksud dari SMS itu. Kamu ngerti ngga..?
Sehabis membacanya, saya mikir-mikir. Bener juga ya omongan tu SMS. Semakin seseorang itu berkeinginan, maka semakin berat pula beban pikiran yang muncul. Rasanya itu ingin ini ingin itu. Inginnya kabeh keturutan (semua tercapai). Namun, pertanyaannya, apakah dengan hanya punya keinginan yang seabreg itu kita bakal bisa menjadi apa yang kita inginkan? Saya dan Kamu pasti setuju kalau jawabannya adalah tidak. Nah, jalan logis satu-satunya agar bisa tercapai adalah mengeksekusi keinginan kita. Jadi, biarkan koin-koin yang disimpan itu keluar dan menjadi barang nyata. Maksudnya dibelikan sesuatu….
Faktanya, mengeksekusi sebuah keinginan kadang juga bermasalah. Masalah yang muncul adalah keragu-raguan diri kita sendiri atas hasil yang dicapai. Saya nulis ini ya karena saya sendiri mengalaminya. Sering kali kita takut kalau-kalau gagal. Ntar begini, kalau begini ntar begitu. Ini yang namanya pandangan pesimis—bahasa umumnya ngga yakin. Kita meragukan sendiri akan keberhasilan yang bisa dan sangat mungkin kita raih.
Kalau mau berhasil itu pasti ada resikonya. High risk high return. Kalau mau sukses ya resikonya besar. Resiko sudah mutlak tidak bisa dihilangkan, tetapi ini bisa diminimaliasai. Jadi, perlu kita perlu sadari bahwa kalau mau keinginan kita tercapai dengan gemilang, harus paham kalau risiko pasti besar. Sekarang, tergantung bagaimana usaha kita mengurangi resiko tersebut.
Seorang Katherina, direktur termuda di BUMN negeri ini, menyampaikan bahwa untuk sukses itu seseorang harus menghadapi challenge (tantangan) dan jangan merasa nyaman dengan kenyamanan yang ada. Nah, risiko itulah yang harus kita jadikan challenge dan harus kita hadapi. Mau sukses? Tackle the challenge!
Bahkan, Mahatma Gandhi mengibaratkan begitu pentingnya sebuah eksekusi keinginan (praktik) dengan perumpamaan bahwa satu ons praktik nilainya sama dengan satu ton ilmu pengetahuan. Jadi, keinginan yang diwujudkan memang jauh lebih bernilai dari pada dibiarkan saja menjadi sebatas keinginan yang ujung-ujungnya membebani pikiran.
Jadi, masih maukah kita menumpuk keinginan tanpa ada satupun yang dieksekusi? Just do it right now guys!
Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang memproduksi Djarum Black Menthol dan Djarum Black Slimz.
*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya
like this ...
ReplyDeletegak ada matinya lw pak nulis terusssss....
hohoho...thx2 don
ReplyDeleteterus nulis ya.......
mantabb kang!! keinginan baik harus diwujudkan
ReplyDeleteyoyo.....
ReplyDeletemakasih kang ferdixn
woalah, iki notes mu kae to syd? layak koyo tau moco.. hehe
ReplyDeleteiyo cok....
ReplyDeletecuma mau pindah di blog