Wednesday, April 21, 2010

Falsafah Jalan

Yang lumpuh : “Coba kakiku normal, ntar kan lebih enak..”

Yang berjalan :”Coba aku punya sepeda, ntar kan lebih enak..”

Yang bersepeda :”Coba aku punya motor, ntar kan lebih enak..”

Yang punya motor :”Coba aku punya mobil, ntar kan lebih enak..”

Yang punya mobil :”Kasian deh lo, ngga punya mobil”

Sungguh menyenangkan apabila kita bisa punya barang apapun yang kita inginkan. Inginnya semua kesampaian. Punya rumah mewah, mobil mewah, istri muda nan cantik, uang melimpah dan apa deh yang mewah-mewah. Meliki semuanya serasa hidup akan nyaman, dunia akhirat. Apalagi kalau hidup terus seperti itu sampai ntar mati. Wah enak banget tuh. Tapi, saya jamin, dua ribu persen, ngga mungkin! (Eh emang elo siapa, Syid? Ngatur-ngatur…)

Memang sah-sah saja punya keinginan, lha wong ngga ada yang ngelarang. Lalu mengapa saya membahasnya? Jawabannya adalah bukan karena keinginan itu harus dihapus, tetapi keinginan itu yang harus dikelola dengan baik. Keinginan jangan dibiarkan mengelabuhi pikiran kita sehingga akhirya menjadi beban pikiran.

Kalau kamu cermati percakapan di awal tulisan ini, maka dengan mudah kamu pasti tahu orang macam apa yang saya gambarkan itu. Mereka adalah orang-orang yang selalu menginginkan hal yang lebih. Sekali lagi sah saja punya keinginan, tetapi apa yang sering muncul adalah keinginan yang tinggi itu hanya angan-angan yang ngga realistis.

Inilah gejala orang-orang yang tidak bersyukur. Kita seringkali melihat kondisi orang lain yang (kelihatannya) setingkat lebih beruntung. Namun apakah sebenarnya seperti itu?

Jawabnya tidak. Mari sejenak menyimak sebuah falsafah orang yang berjalan.

Berjalan itu dengan merunduk bukan menengadah ke atas. Dengan merunduk, kita bisa tahu apa yang ada dihadapan kita. Berjalan pun akan selamat hingga tujuan.

Kalau menengadah ke atas, kita bisa tersandung apapun karena tidak tahu jalan. Bahkan, mungkin kita tidak akan tahu kalau didepan kita adalah jurang, sementara kita terus berjalan.


Kamu mau masuk jurang? Aku sih ogah.

Begitu juga kehidupan kita ini. Ketika dihadapkan pada sebuah kenyataan tidak sepatutnya kita terus melihat kondisi orang lain yang lebih baik lalu mengeluh pada kondisi sendiri. Seyogyanya kita senantiasa merunduk memandang kondisi orang lain yang kebetulan kurang beruntung daripada kita. Masih banyak orang yang belum menikmati kebahagiaan seperti kita. Ketika kita berjalan, selayaknya kita sampaikan terima kasih pada sang Khalik yang telah memberi kita kenormalan.

Bukan malah mencaci kondisi sendiri yang ujung-ujungnya menyalahkan sang Khalik . Kita akhirnya lupa bahwa dengan kondisi apapun kita tetap punya kesempatan untuk berkarya. Mari mengingat cerita Rabiah, suster apung yang mendedikasikan setengah umurnya unuk kesehatan penduduk di laut flores, atau Sugeng, seorang yang kakinya buntung.

Karena kegigihan dan kreativitasnya, ia bisa menciptakan kaki palsunya sendiri. Bahkan, belakangan ia menginspirasi sebuah event G 1000 KP, sebuah acara pendonasian seribu buah kaki palsu untuk orang yang senasib dengan Sugeng.

Kamu perlu tahu, mereka tidak punya mobil ataupun rumah mewah. Yang mereka punyai adalah tekad dan semangat untuk terus hidup dan dalam keterbatasan yang mereka miliki. Mereka tidak pernah mengeluh ataupun berharap yang tidak-tidak.

Mereka menjalani hidup dengan optimis, realistis dan penuh perjuangan. Mereka menciptakan cahaya harapan hidup mereka sendiri. Bahkan, mereka membagikan cahaya itu pada orang lain. Dalam keterbatasan seperti itu, bahkan menurut saya, mereka layak disebut pahlawan, sangat layak.

Sekarang, coba kita refleksikan hal itu pada diri kita. Apakah diri kita telah berjalan di muka bumi ini dengan merunduk? Semua itu tergantung persepsi masing-masing dalam memaknainya. Kalau kita optimis dan relistis, maka apapun bisa kita lakukan. Keterbatasan bukan berarti penghambat kita untuk beprestasi. Apakah sebenarnya keterbatasan itu adalah anugerah terindah dari-Nya?




*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya


13 comments:

  1. orang memang terkadang lupa kalau dengan segala keterbatasan yg dimiliki dan cukup bersyukur dari sana, hidup malah jauh lebih menyenangkan

    ReplyDelete
  2. yang jelas berjalan itu pake kakai y kang :p

    seneng d Quote yang "Keterbatasan bukan berarti penghambat kita untuk beprestasi" :)

    ReplyDelete
  3. keterbatasan bukan penghambat untuk berkarya sebagai mana seorang blogger yang juga mengisi musik dan bekerja di nintendo yang juga seorang blogger yang memang sejak kecil buta

    namun tiu bukan halangan bagi dia untuk tetap bisa berkarya

    ReplyDelete
  4. keterbatasan itu bukan pada keadaan tapi pada diri kita sendiri yang membatasi

    ReplyDelete
  5. biasanya memang kita selalu membandingkan dengan yang enak2 saja sementara kita ti dak melihat ada yang lebih kurang beruntung di banding kita

    ReplyDelete
  6. nice post..trima kasih untuk pencerahan dan share nya ^^
    semoga kita termasuk ke dalam golongan org2 yg tahu bersyukur ya....

    ReplyDelete
  7. Seringkali orang lupa mensyukuri nikmat yang Allah berikan, sekecil apapun. Bawaannya selalu nengok ke atas mulu, jarang ngeliat ke bawah. Padahal dengan bersyukur, segala sesuatunya akan lebih indah.

    Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang2 yang pandai bersyukur

    NB: Nengok ke atas mulu mah cape, bikin leher pegel pula! :-)

    ReplyDelete
  8. buat teh clara
    iay emang menyenangkan kalau g minta macem-macem

    buat naicana
    makasih ya...hehe itu quote aku bikin asal-asalan

    buat agung
    sip terus berkarya meski terbatas

    buat santet (namanya kok aneh ya..hehe)
    iya nih, kadang pkiran sendiri yang bikin hidup runyam

    buatkang richo
    ide bagus, selalu menginat orang yang tak lebih beruntung

    buat teh senja
    hehe, masa ada pencerahan sih..hehe sip2, makasih banyak teh

    buat teh susan
    aku juga pegel tuh kalau nengok ke atas terus, tapi katanya juga bikin cepert tua lho..

    ReplyDelete
  9. Sebenernya apa yang ada pada kita saat ini adalah yang terbaik untuk kita menurut Tuhan... tapi terkadang kita tidak menyadarinya...

    ReplyDelete
  10. yg pasti kita selalu sering merasa gak puas ya dg apa yg kita miliki

    ReplyDelete
  11. buat teh ieyas
    sip, harus sadar akan anugerah Tuhan

    buat teh Fanny
    harus puas dunkk, hehe

    ReplyDelete
  12. Saya pikir, mendingan kata "coba kalau" diganti dengan kata "besok aku mau". Jadi, kalo jalan kaki, kita bilang "besok aku mau beli mobil, biar nggak usah jalan kaki."

    Supaya bisa beli mobil ya harus cari uang. Supaya dapet uang harus kerja. Jadi supaya nggak jalan kaki ya harus berusaha kerja dulu.

    Kita memang mesti bersyukur. Dan syukur itu bukan cuman dalam bentuk ucapan, tapi juga dalam bentuk perbuatan berupa memanfaatkan rejeki yang kita punya, sebaik mungkin.

    ReplyDelete
  13. jan nyuentuh ati lo syid,,,,
    top markotop syid,,,
    lanjutkan aku akan terus siap membacanya,,,
    INSYAALLAH,,,
    hhe,,,,

    ReplyDelete