Sunday, February 28, 2010

Meneladani Reputasi Kenabian

Pada 1978, Michael Hart mempublikasikan bukunya yang berjudul 100 Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah dan menjadikan Nabi Muhammad Saw menjadi tokoh nomor wahid-nya.

Ini menjadikan Muhammad menjadi tokoh yang ia, Hart, sebut sebagai paling berpengaruh. Betapa tidak, dalam kepemimpinannya, sebuah agama “baru” bisa melakukan ekspansi besar-besaran. Nabi Muhammad Saw bukan saya menjadi pemimpin spiritual, tetapi karir di kancah politiknya tak bisa diragukan lagi.

Tampil sebagai anak yatim piatu di dunia, ia berhasil membawakan sebah ajaran penyempurna ajaran-ajaran sebelumnya dengan elegan. Dari sisi spiritual, beliau berhasil menyampaikan risalah rabbanyyah (pesan tuhan) kepada umat dengan cara proporsional. Tak terlalu rigid juga tak terlalu longgar. Beliau selalu mengedepankan ajaran yang persuasif-apresiatif. Tak pernah beliau memaksa sesorang untuk mengikutinya, karena memang inilah untunan Kitab Suci.

Sementara dari sisi politik, beliau berhasil menciptakan sebuah peradaban baru di Arab yang kemudian dikemas menjadi Kota Madinah, sebuah kota peradaban Islam. Sebuah kota yang bertata-administrasi dan sosial-politiknya, menurut Robert N Bellah, sangat modern dalam konteks saat itu.

Lahir di kalangan Badawi, Nabi Muhammad Saw tampil sebagai pemimpin militer yang disegani. Suku Badawi adalah suku yang memiliki darah prajurit yang tangguh, tetapi gemar berpecahan nan jumlah sedikit membuat suku itu tak bertaji. Adalah Muhammad yang berhasil mengubah suku tersebut menjadi suku yang paling disegani di Jazirah Arab. Terbukti kebesaran kekuasaan Persia di timur dan kedahsyatan Byzantium di barat bisa ditaklukkan oleh suku Badawi ini.

Ajaran Akhlak Tuhan
Dalam menyebarkan ajaran Tuhan, Nabi Muhammad Saw lalu berupaya menghadirkan kembali akhlak ketuhanan dalam diri manusia. Memang itu tugasnya sebagai rasul. Penyampai pesan-pesan Tuhan pada umat. Ia menyempurnakan kelanjutan agam-agama samawi sebelumnya.

Ia menmpilkan wajah sebuah agama samawi yang sangat toleran. Yang mengakui adanya uma-umat lain. Maka dari itulah umatnya disebut sebagai ummatan wasathon. Secara harfiah ungkapan itu berarti umat yang tengah. Terbukti memang hanyalah Islam yang mengakui hadirnya dua agama samawi sebelumnya, Yahudi dan Nasrani. Sementara antara Nasrani dan Yahudi berselisih paham. Islam datang dengan ajaran tentang kedamaian serta penghargaan pada setiap makhluk dan segala sistem dalam hidup.

Nurcholish Madjid menuturkan bahwa apa yang dilakukan nabi adalah menuntun umat untuk bersedia kembali pada kesadaran akan kehadiran Tuhan. Cak nur,panggilan akrab Nurcholish Madijd, menjelaskan bahwa kesadaran tersebut akan memberikan efek hidup dengan standar moral yang tinggi. Standar moal tinggi ini kemudian termanifestasi dengan apa yang disebut ‘amal shalih.

Inilah yang menjadi pedoman tingkah laku yang diajarkan oleh Nabi. Sebuah ajaran yang menganjurkan uma untuk terus memperbaiki diri dan selalu berbuat baik. Maka, inilah mengapa dalam Kitab Suci, Nabi Muhammad Saw disebut sebagai uswatun hasanah atau suri tauladan yang baik. Muhamad memang dihadirkan di dunia untuk hal tersebut.

Reputasi dan Akhirat
Pada kelanjutannya, ‘amal shalih ini akan menjadi reputasi. Kalau gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, maka manusia meninggalkan reputasi. Maka, Perbuatan yang baik (‘amal shalih) akan menciptakan reputasi yang tentunya berkorelasi positif juga, yakni mulia. Orang akan mengenang sesorang yang sudah meninggal berdasar reputasi tersebut. Baik-atau buruknya reputasi akan ditentukan oleh amalnya di dunia.

Sudah tidak diragukan lagi, merujuk tulisan Hart, maka Nabi Muhammad Saw bisa dikatakan sebagai orang paling memiliki reputasi mulia. Apa yang ia lakukan selama hidup adalah ‘amal shalih yang menjadi suri tauladan bagi umatnya. Muhammad berhasil menanamkan nilai-nilai ketuhanan yang luhur yang termanifestasi pada akhlak-akhlak mulia yang ia contohkan.

Cak Nur menuliskan, reputasi berumur jauh lebih panjang daripada umur nama individu yang menyandangnya. Maka menurut hemat saya, inilah yang membuat nama Muhammad tak lekang oleh zaman. Meski ia hanya hidup tak genap 70 tahun, namanya hidup setengah abad lebih. Kumpulan manusia berlomba-lomba mengingat namanya melalui apa yang dinamakan sholawat. Begitu kuat namanya tertanam di benak umat hingga kini.

Reputasi mungkin juga bisa diasosiasikan dengan apa yang dialami manusia di akhirat. Secara literal bisa didapati cerita-cerita tentang Muhammad selalu menggambarkan bahwa ia sudah pasti dijamin masuk surga. Maka, dengan konsep reputasi ini, maka logislah cerita-cerita itu. Reputasi menjadi semacam preseden bagi yang memilikinya. Maka ketika baik, keberuntungan pula yang didapat diakhirat, pun sebaliknya. Reputasi jugalah yang menyebabkan Isa As (Yesus) dan Ibrahim As (Abraham) sampai sekarang terus dikenang oleh umatnya. Bukan karena apa-apa, tapi karena memang ‘amal shalih yang dilakuakan oleh para nabi itu.

Tentu hal-hal semacam itu bisa menjadi bahan pelajaran untuk bangsa ini. Nabi-nabi telah memberikan sebuah tauadan yang baik. Mereka berupaya membuat umatnya terus merdeka dengan Allah Swt, Tuhan semesta alam. Keharusan berbuat baik (‘amal shalih) ini menjadi perlu. Perlu berarti memang butuh dilakukan. Reputasi nabi-nabi bisa setidaknya perlu diteladani, kemudian diamalkan.

Jazz Muhammad
Blogger dari Paramadina



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya.



Sebuah Penutup: Mendingan Nge-Blog

Ini adalah kompetisi blog yang pertama aku ikuti. Aku juga punya blog baru beberapa bulan. Bisa dihitung dengan jari. Tapi setidaknya, lomba ini membuat aku rajin untuk menulis. Inilah yang membuatku senang. Daripada aku membuang waktu untuk melakukan hal-hal yang negatif, nge-gosip, nge-drug atau yang lain, kan mendingan nge-blog.

Meski demikian, sebenarnya aku tak terlalu tertarik dengan penyelenggaranya. Maklum, aku ini bukan perokok. Karena ayahku bukan perokok dan tak ingin anaknya merokok. Kalau melanggar, bisa dihajar aku.

Tapi dalam agamaku, aku diajarkan untuk memahami bahwa kebenaran dan kebaikan itu dari mana saja. So it doesn’t matter aku ikut lomba ini, Black Blog Competition Vol. 2.

Aku ikukan dua jenis tulisan. Pertama tulisan yang berlabel refleksi. Inilah artikel yang memang “blogku banget”. Sesuai nama blogku, aku berupaya mereflekskan kejadian-kejadian sehari-hari yang aku lihat.

Kedua, adalah tulisan berlabel profilku. Inilah tulisantentang cerita masa lalu. Kebetulan aku ingat, jadi ya aku tulis saja. Ada cerita sedih ada yang biasa, ada yang konyol. Kalau menulis sedikit tidak berpikir, jadinya tak beraturan.

Tulisan refleksi aku tulis dengan menggunakan kata ganti "saya dan kamu", sementara "aku dan kau" kugunakan di profilku. Tak ada maksud apa-apa. Hanya biar enak didengar saja.
Ini dia tulisan-tulisanku.

Berikut tulisan yang berlabel profilku
Aku dan Kehidupanku, Aku dan Kehidupanku (2), dan Aku dan Kehidupanku (3)

Yang ini refleksi
Filosofi Berbagi ala B.A.B, Aji Mumpung Muda, Pemilik Sawit dan Contekan, Pemuda Srigala dan Narkoba, Tarekat Fesbukiyah, Bersyukur, Hidup Bermanfaat, Be a Good Listener (2), Be a Good Listener (1), Tugas Lagi…, Berani Ngga?, Jangan Ingin Doank, Ha..ha..ha.., Teman atau Sahabat, Terangisme, Being Well-Prepared, Kalau Bisa Sekarang Kenapa Besok?, Yuk Berdoa!, Spiritual Recharge, Berani Memimpin, Sedikit-Sedikit Akhirnya Jadi Jurang (Bukan Bukit), dan
Yang Penting Buang Sampah Pada Tempatnya.


Itu semua tulisan-tulisanku. Aku hanya berbiat berbagi, sungguh tak ada niat untuk menggurui. Semoga bermanfaat!


Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang familiar dengan program inovasinya Blackinovationawards dan Black Community.



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya.







Friday, February 26, 2010

Aji Mumpung Muda

Hehe..mumpung masih muda
Santai mas……santai…..
……
Mumpung masih muda
Harus semangat, masa depan menunggu!

Sehabis kecil, manusia memasuki usia remaja. mereka memasuki masa mudanya masing-masing. Bahasa kerennya puber. Ya , kata orang-orang inilah masa-masa terindah dalam hidup. Masa-masa indah di SMA atau juga saat kuliah. Setiap orang sangat mengagumi masa-masa ini. Mungkin memang tidak semua. Tapi pokoknya masa muda adalah yang paling T.O.P. B.G.T .(baca: te o pe be ge te).

Begitu bermaknanya masa muda, setiap orang pun punya apresiasi sendiri-sendiri tentang hal yang satu ini. Coba simak percakapan diatas. Sebagian orang mungkin mengira ini adalah masa santai-santai. Masa muda dianggap masa terbaik untuk me-malas-kan diri dari berbagai aktivitas yang intinya juga bermalas-malasan. Intinya sih ngga mau kerja keras. Hehe..nyantai mas..mumpung kita masih muda!

Mungkin kamu langsung berpikiran bahwa pikiran seperti ini hanya melanda muda-mudi yang, ya, agak beruntung (kaya maksudnya, tapi sebenanya yang kaya sih bokap nyokapnya). Mereka bisa menghabiskan banyak uang untuk senang-senang. Akan tetapi, "virus nyantai" sebenarnya menyerang semua pemuda, ngga pandang bulu.

Coba lihat aja, mau kaya mau miskin, semua pada sibuk SMS yang ngga penting, lalu nge-gosip yang ngga ada mutu sama sekali, lalu asyik tidur-tiduran sambil nonton TV semaleman. Wah, enak banget tuh! Ya mumpung masih muda! Kalau kamu setuju sama yang ini ya terserah. Ini yang namanya aji mumpung negatif.

Akan tetapi tentunya hal di atas tidaklah melanda semua muda-mudi. Masih ada yang baik ko’. Ada juga aji mumpung yang positif.

Sebagian pemuda yang lain punya apresiasi lain pula terhadap masa muda mereka. Muda-mudi yang ini mengaggap kalau masa muda adalah masa emas untuk menabung pengalaman, menabung ilmu, membangun relasi untuk mencapai masa depan yang baik.

Mereka ini sangat menghargai waktu yang ada dengan bekeja keras dan belajar sungguh-sungguh demi masa depan mereka. Tiap hari hanya sibuk memperkaya diri dengan pengalaman-pegalaman berharga. Ayo semangat, mumpung masih muda, masa depan kita ada di tangan kita sendiri!

Hayu, kamu termasuk aji mumpung yang mana? Memang kita tidak bisa sama persis sama mumpung yag positif tadi. Saya pun mengakui, sulit banget. Rayuan "virus nyantai"  itu luar biasa menggoda. Akan tetapi, kita haus tetap memantapkan hati unuk sadar bahwa sukses di masa depan adalah apa yang kita usahakan hari ini.

Ya boleh lah kita aliran aji mumpung negatif, tapi ya kadang-kadang aja. Maka dari itu aliran aji mumpung positif harus menjadi prioritas dalam hidup kita. Do you agree?

Oleh karena itu, hari kemarin sudah terlambat untuk di ingat-ingat lagi, tetapi kita juga tidak bisa mengandalkan hari esok. Hari ini adalah yang terpenting. Memanfaatkan masa muda dengan sebaik-baiknya adalah hal yang paling bijak. Masa muda yang dipenuhi usaha will make our dreams come true, really true.

Dua golongan pemuda yang menganut aliran aji mumpung masing-masing tadi sama-sama punya 24 jam sehari. Yang satu 24 jam-nya penuh dengan kemalasan, yang satunya penuh usaha dan prestasi. Kamu pilih yang mana?


Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang familiar dengan program inovasinya Blackinovationawards dan Black Community.



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya.



Wednesday, February 24, 2010

Pemilik Sawit dan Contekan

Gw pinjem tugas lo dunk
buat apa?
Hehe..pinjem ah
ngga mau, usaha donk

Sebagai orang Indonesia, pasti kamu pernah tahu tentang contek menyontek. Ngga SD, SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi, ada aja yang nyontek. Sebuah cara jitu bin instan untuk mendapatkan penghargaan. Ya minimal nilai bagus lah.

Memang rasanya itu solusi terbaik agar muka masih bisa ditaruh ditempatnya. Maksudnya? Ya biar ngga malu lah. Kan semalem ngga belajar.

Kalau saya lihat fenomenanya, contek menyontek juga bikin pelakunya kecanduan. Sekali nyontek lalu tak ketahuan, ya nyontek lagi. Rasanya tak perlu usaha untuk mendapatkan nilai yang baik. Tinggal keluarkan rayuan maut bernada mengiba pada yang sudah belajar, dan aba kadabra! Contekan sudah didapatkan, lalu copy paste deh.

Tapi apa memang menyontek itu baik? Kalau mau tanya hati nurani, pastilah jawabannya ngga baik. Kalau udah ngga punya nurani, Mas? Ya jawabannya baik-baik aja. Tapi bagi saya, jawabannya, ngga baik. Syukur mas, masih punya nurani...

Suatu ketika dosen saya bercerita tentang pohon kelapa sawit. Beliau menerangkan kalau sebelum berbuah, pemilik harus menunggu waktu yang tak sebentar. Hampir 4 tahun lamanya tumbuh, baru berbuah. Jadi 4 tahun pemiliknya tak dapat apa-apa. Tapi...(ko' ada tapinya, Mas?) sawit itu akan berbuah selama 20 tahun. Terus...hubungannya dengan contekan?

Kalau kita sadar, maka ada pelajaran dari sawit itu. Ia butuh mengumpulkan energi selama beberapa tahun, baru berbuah. Selama 4 tahun pemiliknya tak punya hasil apa-apa. Tapi kamu tahu, kalau sudah berbuah, berbuahnya sampai 20 tahun. Selam itu juga pemiliknya mendapatkan keuntungan.

Begitu juga dengan belajar. Mungkin untuk beberapa saat kita akan mengalami kejenuhan, tapi jangan salah, keuntungannya jangka panjang. Menyediakan waktu beberapa saat untuk belajar akan memberikan kita bekal masa depan yang gemilang.

Kembali ke masalah contek, sebenarnya hanya memberi kesuksesan semu yang meyuramkan masa depan itu. Mungkin kamu akan dapat nilai baik setelah menyontek, tapi jangan kira nilai yang baik itu akan jamin masa depanmu. Karena sebenarnya memang kamu tak tahu apa-apa. Tak ada yang kita kuasai dengan jalan nyontek. Untuk jangka panjang sungguh tak akan berarti.

Kini sudah saatnya kita sadar bahwa kesuksesan itu tak instan, butuh proses perjuangan yang panjang laksana sawit. Mungkin diawal terasa berat, tapi kesuksesan yang nyata menanti kita. Contekan tak akan menyelesaikan masalah. Bahkan kadang malah jadi musibah, terutama pas ujian. Kalau ketahuan kan susah juga.

Saya kira menyempatkan diri untuk belajar sejenak tak akan merugikan. Buat apa nilai yang baik tapi menipu. Saya teringat pepatah jawa becik ketitik ala ketara. Artinya baik atau buruk itu pasti ketahuan meski sedikit. Kalau memang mampu pasti kelihatan, juga kalau memang tak mampu pun nanti juga ketahuan.


Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang familiar dengan program inovasinya Blackinovationawards dan Black Community.



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya (antarsumut.com).


Tuesday, February 23, 2010

Pemuda, Serigala dan Narkoba

Pemuda, penerus bangsa
Pemuda, asset bangsa
Tapi..
Bisa jadi juga perusak bangsa

Tentu kamu semua sudah akrab dengan yang namanya narkoba. Siapa sih yang ngga kenal barang satu ini. Lihat saja acara kiminal di TV, ya yang PATROLI, SERGAP atau BUSER, pasti ada saja kasus narkoba.

Kalau yang melakukan sudah tua sih ngga apa-apa, sekalian biar mati saja (eh…). Maksudnya ya dia kan udah tua, jadi sisa hidup pun juga udah tinggal dikit. Tapi kalau yang melakukannya itu pemuda, hmm.. ini yang perlu dibahas.

Dalam buku Setengah Kosong Setengah Isi, Parlindungan Marpaung membuat tulisan yang cukup menarik berjudul “Kenikmatan yang Mematikan”. Tulisan itu berkisah tentang cara seorang Eskimo berburu serigala.

Mereka (orang Eskimo) melumuri sebuah belati tajam dengan darah hewan buruan (rusa atau semacamnya).Kemudian darah itu dibekukan. Belati itu lalu ditanam di dataran tinggi tempat serigala bermain. Posisi penanaman belati adalah bagian bagian tajam mencuat keatas. Dengan cara itu, seringkali srigala mengendus bau darah yang ada pada belati. Sesuai dengan kebiasaanya, serigala mulai menjilati belati berlumur darah tersebut. Karena udara yang dingin, serigala tidak sadar telah menyayat lidahnya sendiri serta menelan darahnya sendiri.

Akhirnya bisa kamu tebak. Serigala pun mati lemas dan orang Eskimo dengan mudah membawa mereka untuk jadi santapan.

Cerita ini tentu bisa menjadi perumpamaan orang yang jadi penyalahguna narkoba. Jadi, narkoba itu bak belati yang berlumur darah beku dan serigala yang mati lemas adalah pelau penyalah gunanya.

Dari cerita diatas tentu kamu mengerti bahwa ya begitulah narkoba. Kelihatannya enak, eehh…ternyata obat kematian. Parahnya, yang minum obat ngga nyadar kalau itu obat bikin mati. Hal ini tentu tidak lepas dari kenyataan bahwa sifat labil yang dimiliki oleh jiwa pemuda. Psikolog menyampaikan bahwa indikator yang mudah dari sifat labil adalah besarnya rasa ingin mencoba. Ya mencoba segala hal.

Kalau yang dicoba adalah sebuah aktivitas penelitian ya OK-OK aja, tapi kalau yang dicoba itu narkoba, ya janganlah. Kan udah dikasih tahu tadi.. Lalu, mengapa hal ini menjadi penting bagi pemuda?

Dalam sebuah seminar, Anies Baswedan menyampaikan bahwa bedanya orang tua dan pemuda adalah apa yang ditawarkannya. Orang tua menawarkan apa-apa yang telah ia lakukan di masa lalu. Ia menyajikan bagaimana track record-nya selama hidup. Namun, pemuda menawarkan masa depan. Pemuda memberika gambaran visi ke depan. Pemuda akan menawarkan sebuah impian di masa depan.

Melihat fakta ini, tentu sebagai pemuda kita harus sadar bahwa nasib bangsa ini ke depan ditentukan oleh apa yang kita perbuat saat ini. Masa depan adalah milik pemuda (hehe..ngomongnya kayak anggota DPR aja, antara yang diomongin dengan yang dilakuin “beda dikit”). Bersinggungan dengan narkoba tentu bukan jalan baik untuk dipilih.

Hidup dengan narkoba laksana bunuh diri perlahan-lahan. Ya kalau memang mau mati sih terserah, tapi tentu bagi yang masih punya akal sehat dan tahu kalau 1+1=2, ya pasti ngga mau donk terjerumus ke dalam dunia narkoba.

Yang penting sekarang semua sudah tahu kalau narkoba itu sama dengan obat kematian, ya jangan ikut-ikutan sama narkoba. Kalau sudah sadar tapi tetep ngeyel ya terserah, pokoknya jangan ngajak temen. Mau mati kok cari jamaah. Ya kalau mati syahid, kalau matinya sangit?


Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang familiar dengan program inovasinya Blackinovationawards dan Black Community.



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya.


Monday, February 22, 2010

Tarekat Fesbukiyah

Bentar-bentar, ganti satus dulu
Ganti photo profile ah…
Tunggu, aku kasih comment dulu
Wah, siapa aja ya yang online?

Yang suka jejaring di dunia maya, pasti tahu apa yang namanya fesbuk, eh facebook. Yang tua yang muda, yang kaya yang miskin, yang sekolah yang ngga sekolah, atau yang sadar atau yang masih ngantuk, semuanya suka sama makhluk satu ini. Facebook namanya.

Hari ini, dunia maya seakan menjadi dunia nyata kedua. Media ini menjadi media penyalur ekspresi yang mungkin susah diungkapkan dalam kehidupan nyata. Tak terkecuali facebook. Dengan fasilitas updating status, sesorang bisa mengekspresikan mood-nya dalam rangkaian kata-kata. Seketika ia mengalami seuatu kejadian, langsung online dan update status. Hmm..ini memang menyenangkan.

Dengan meng-update status, para facebook-ers merasa telah berbagi rasa dengan teman-teman maya-nya. Update status-nya pun aneh-aneh dan kadang penting (berarti sering ngga penting dunk?). Statusnya jelas macam-macam. Ada yang nulis doa “ALLAHUMMA INNAKA 'AFUWWUN KARIMUN TUHIBBU AL-'AFWA FA' FU 'ANNI”. Ada juga yang curhat “sayang ayah, sayang ibuk, sayang Bima, sayang Laras, sayang rumah, sayang Akid, sayang kamar, sayang semuwanya..” entah apa yang dimaui mereka.

Sepertinya facebook telah menjadi ladang empuk untuk menyampaikan uneg-uneg. Ada juga yang nulis sekedar “sedang mengerjakan tugas.,.,.” aduh, ngga penting banget sih. Ya bagi saya ngga penting, bagi kamu ngga tahu….

Mau doa, mau curhat, mau marah, mau sedih, pokokna semua diungkapin.
Kadang beberapa orang beralasan bahwa status itu adalah ungkapan pribadi dan yang ngerti juga diri mereka sendiri. Ya sah-sah aja sih. Kan presiden ngga ngelarang? He..he..

Sebagaian menganggap update status itu penting. Katanya sih untuk membuktikan eksistensi mereka di dunia kedua, maksudnya dunia maya. Ya entahlah itu urusan mereka. Akan tetapi bagi saya ya itu semua kadang penting, tapi sering saya anggap itu ngga penting. Ngga setuju? Ya ini terserah saya donk!

Ngomong-ngomong masalah facebook, meminjam istilah Gunawan Muhamad, jejaring ini telah berhasil menciptakan aliran baru dalam dunia peradaban manusia saat ini. Yup, inilah Tarekat Fesbukiyah. Sebuah aliran yang berada di dunia maya dan telah memiliki pengikut ratusan juta umat.

Menurut saya, ajaran utama tarekat ini adalah update status tadi. Namanya juga ajaran utama, pengikutnya akan merasa gelisah bila tuntunan ini belum dilaksanakan. Bahkan jumlah waktu ibadahnya melebihi umat Islam yang punya 5 waktu dalam sehari. Update status bisa dilakukan kapan saja dengan tingkat fleksibilitas supertinggi. Mau bangun tidur, atau mau ke kamar mandi, ketemu teman, habis dimarahin, dapet hadiah dan lain sebagainya, update status seakan menjadi sebuah hal yang dilakukan untuk sarana ekspresi.

Tentunya tarekat ini masih punya banyak tuntunan, seperti meng-add-confirm teman, chatting dan lain-lain. Akan tetapi, semua itu akan terasa kurang bila belum update status.

Namun, sekarang ini, Banyak pengikut tarekat yang telah memanfaatkan facebook dengan lebih variatif. Ada yang berbisnis lewat facebook, ada yang sebar-sebar undangan lewat facebook dan lain-lain. ya tergantung kreatifitas masing-masing umat.

Ada efek sampingnya ikut tarekat ini? Ya ada donk. Kamu-kamu yang sering fesbukan sering kali merasa bahwa ada yang kurang dalam hidup bila belum online minimal sekali dalam sehari. Kayaknya makan itu belum kenyang bila belum online dan update status. Sepertinya empat sehat lima sempurna harus ditambah porsinya menjadi “empat sehat lima kurang sempurna, enam makin sempurna”. Ya yang ke-enam facebook itu. Wah jadinya seperti orang autis.

Kiranya cukup di sini aja saya bahas yang namanya facebook. Panjang kalau diterusin. Kamu pasti juga bosen membacanya. Selamat mengikuti Tarekat Fesbukiyah dengan taat!


Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang familiar dengan program inovasinya Blackinovationawards dan Black Community.



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya.



Bersyukur

Ma, ade pengin punya mobil-mobilan baru
Trus, pistol mainan baru
Trus, sepatu baru
Trus…….trus….trus…..
Ade, kan mainan kamu yang kemarin masih ada…..

Dalam kehidupan ini memang banyak hal yang ingin dilakukan oleh seorang manusia, begitu juga Kamu dan saya. Terlalu banyak hal yang memukau keinginan kita untuk memilikinya. Uang, kekayaan, motor, mobil, bahkan kadang juga pacar. Jujur saja, diri ini serasa ingin memiliki segalanya. Itu mah sah-sah saja. Namun, apa memang demikian adanya? Apakah sepatutnya kita terus bersikap seperti itu di kondisi kedewasaan kita ini?

Kalau jawabnya “Ya”, maka kita tak ubahnya anak kecil yang tak tahu apa-apa kecuali hanya senang-senang. Minta ini itu tanpa ada proses berpikir yang tertata. Ya kalau kamu mau sih, juga ngga ada yang nglarang, tapi kan kalau ada opsi lain yang lebih baik mengapa tidak?

Inti dari yang ingin saya sampaikan kali ini adalah bersyukur. Seiring dengan bertambahnya kedewasaan seseorang, maka rasa syukur adalah suatu hal yang sudah tentu juga terus bertambah. Agaknya saya meragukan seseorang yang telah mengaku dewasa tetapi tidak bisa memilah mana hal yang menjadi keinginan (want) dengan yang menjadi kebutuhan (need).

Dalam hal ini, adalah rasa syukur yang membuat sesorang bisa mengesampingkan bahkan menghilangkan keinginan atas hal-hal yang hanya berdasar keinginan. Hal ini memang sangat sulit untuk dilsaksanakan. Bagaimana tidak? lha wong masa punya jam tangan baru ngga boleh, punya mobil mercy baru ngga boleh.

Masalahnya bukan boleh atau tidak boleh. Masalahnya apakah barang-barang itu memang memberi manfaat dan nilai tambah dalam hidup kita. Itu yang menjadi pertimbangan. Mungkin uang yang bisa dibelikan mobil bisa dimanfaatkan untuk membangun sekolah, menyantuni fakir miskin. Intinya pemberian dari Sang Khalik itu bisa dimanfaatkan. Namun, sekali lagi, setuju ngga setuju terserah.

Pembaca yang terhormat, itulah yang saya maksud dengan bersyukur, yakni memanfaatkan apa yang kita punya. Komarudin Hidayat menyebutnya sebagai ‘pendayagunaan pemberian’.

Dengan sibuk mendayagunakan atau memanfaatkan apa yang kita punyai, maka kita pun akan lupa dengan keinginan-keinginan tidak jelas tadi. Kita akan sibuk bagaimana membuat orang lain agar juga mendapatkan keahagiaan seperti kita daripada menghias diri dengan hal-hal yang tidak jelas nilai manfaatnya.

Bukankah hidup ini akan sangat indah bila semua orang bisa bahagia. Kehidupan akan terasa nyaman. Tidak akan ada kekhawatiran mengenai apapun.

Syukur, sekali lagi, memang bukan hal yang mudah dilakukan. Terlalu banyak hal yang bisa menutupi pandangan hati kita untuk mau membantu yang lain. Namun, ini bukan berarti tida bisa dilakukan. Ya ngga?


Baca juga tulisan ini di Kompasiana-ku

Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang familiar dengan program inovasinya Blackinovationawards dan Black Community.



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya.




Aku dan Kehidupanku (3)

Sekedar Kisah SMA

Layaknya anak pada umumnya, tentunya aku juga ingin mendapatkan pendidikan yang layak. Bahkan, kalau bisa yang terbaik. Maka dari itu, aku memilih SMA 1 Blitar. Sebuah sekolah yang punya reputasi terbaik di kotaku, Blitar. Sebuah sekolah yang paling digemari oleh setiap anak SMP yang baru lulus. Kalau bisa masuk di sana, prestigious sekali. Syukur, aku bisa masuk.

Awalnya aku mengira bangunan SMA ini berkorelasi positif reputasinya. Tapi kenyataannya ironi yang kudapatkan. Sekolah ini dipenuhi bangunan tua. Atap kelas-kelasnya tinggi sekali, persis bangunan peninggalan penjajah. Tak ada kesan sebuah sekolah modern seperti yang aku bayangkan selama ini. Aku kira semua areanya dibalut oleh rumput dan paving untuk tempat berjalan atau taman-taman indah tertata rapi. Tapi bukan itu nyatanya.

Area Horor
Masih banyak area yang hampa tak berhias sama sekali. Tanahnya kusam. Berpasir. Kalau hujan maka bersiaplah melihat sepatumu basah kuyub plus lumpur gratis yang tanpa diperintah menyasar sepatumu. Dan bila kau masuk dengan sepatu habis disemir, maka jangan harap bisa keluar dengan selamat. Kau akan melihat sepatumu dikerumuni oleh debu sialan yang merusak nan menjengkelkan.

Bahkan, satu hal yang tak pernah masuk dalam rangkaian dugaan di otakku, sekolah ini dilengkapi dengan area paling horor. Sebuah lapangan basket tua dan kotor dan dikelilingi pohon-pohon tua nan tinggi. “Teksas” nama daerah itu. Katanya itu singkatan dari “tempat eksis anak smasa (SMA 1)”, tapi bagiku, "Eksis engga, menakutkan iya." Ada 3 kelas dan 1 laboratorium di sana. Horor juga ruang-ruang itu.

Sungguh di luar dugaan. Selama ini ternyata hanya reputasinya yang baik, gedungnya sedikit menyedihkan. masih bagus bagunannya SMA 3. Tapi ya sudahlah, terlanjur masuk.





Sequence Pertama: Karma
Aku mulai sequence hidup di sekolah ini dengan biasa saja. Tak ada yang spesial. Tapi yang sedikit aku sayangkan, ternyata aku memulainya dengan menjadi penghuni Teksas. Sungguh aku tak menyangka. Kalau aku sebut teksas itu sedikit menyedihkan, maka orang-orang yang “terjebak” didalamnya juga sdikit menyedihkan. Aku ini adalah bagian dari orang-orang sedikit menyedihkan itu. Kesannya sedikit termarjinalkan. Aku dimasukan di salah satu kelas di dalam teksas. Kelasnya X-7.

Sebuah pelajaran secara sederhana aku simpulkan. Jangan pernah mencibir atau mengumpat sesuatu hal, karena bisa saja kau nanti jadi bagian hal yang kau cibir itu. Inikah karma? Entahlah.
Aku lewati masaku pada tahun pertama dengan sungguh tak berima. Datar saja. bahkan sedikit menyebalkan. Aku tak bertaji. Tak ada kontribusi. Padahal usia muda itu kesempatannya banyak.

Meski demikian, bagaimanapun gedungnya, SMA-ku ini tetap yang terbaik. Aku berhutang budi pada SMA ini begitu banyak. Aku diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan menengah atas terbaik di kotaku. Aku dihadapkan dengan guru-guru berkualitas meski pembawaannya sedikit menjengkelkan, kadang malah bikin bosan. Dan tentunya, aku dapatkan teman-teman yang sungguh luar biasa. Teman-teman yang menjadi keluarga keduaku.

Sequence Kedua: Bunderan HI
Setelah menyelesaikan tahun pertamaku dengan begitu membosankan, aku akhirnya juga bisa melarikan diri dari cengkeraman teksas yang selalu membuatku tak nyaman. Akhirnya aku hengkang dari rumah hantu sialan itu. Aku akhirnya naik kelas dua.

Aku dapatkan kelas yang jauh lebih lumayan. Kelas XI-IA 6. Tempatnya terang. Di depannya ada taman tua yang dibatasi kolam melingkar. Tak ada airnya nan terkesan kotor. Itu adalah area yang sering disebut bunderan HI (Hotel Indonesia). Aku tak yakin setiap anak di SMA itu pernah melihat bunderan HI yang sebenarnya. Tapi mengapa mereka sebut bunderan HI? Misteri.

Berharap mendapatkan suasana kelas yang lebih baik, ternyata aku dimasukkan dalam kelas yang anak-anaknya super-individual. Tak mau tahu urusan orang lain. Ini bencana keduaku. Setelah lama aku menghuni “rumah hantu”, kini aku menghadapi anak-anak yang menyebalkan. Sampai-sampai beberapa guru bilang kalau kami ini meski sekelas, tapi punya gab. Kelas yang berlagak akur tapi menyimpan keretakan yang sangat potensial di dalam. Semu nan membahayakan.

Memang beberapa teman telah bisa menyatu, tapi tetap berkelompok-kelompok. Tak ada sinkronisasi dan harmonisasi. Aku sendiri tak paham apa yang jadi sebabnya. Terasa saja. Kau pasti pernah merasa di mana suatu suasana yang tak ada kosa kata untuk menjelaskannya. Kelas yang membosankan. Bagaimana tidak? Hampir satu tahun tak ada kesamaan visi dan persepsi.

Sequence Ketiga: Integrasi Rolasipasiji
Ketika naik kelas tiga, aku dikejutkan oleh keputusan dewan guru yang tak mengacak kelas layaknya tahun sebelumnya. Kau tahu kan maksudnya? Aku akan melanjutkan masa terakhirku, di kelas yang paling membosankan itu. memang namanya berubah. Menjadi XII-IA 1. Tapi tetap saja isinya. Aku tak bisa apa-apa. Ya sudahlah, jalani saja. Sambil aku berdoa agar kelas ini berubah.

Dan ternyata tuhan menjawab doaku. Aku tak paham kenapa Ia mengabulkannya. Maklum, aku ini bukan anak yang relijius-relijius amat. Perlahan ternyata keraguanku terkonfirmasi. Salah ternyata keraguanku. Dengan komposisi yang sama, ternyata kelas ini mulai berintegrasi. Mulai muncul keharmonisan antar anggota kelasnya. Mungkin juga karena kami mendapatkan wali kelas yang cukup tegas tapi sedikit membuat kami sekelas mencekam. Apa mungkin karena kesamaan rasa tercekam itu kelas kami jadi harmonis? Entahlah.

Kami mulai familiar dengan jalan-jalan bersama. Kami sekelas sempat bersepeda bersama ke candi terkenal di kotaku. Kami semakin akur saja. Semuanya jadi kompak. Ketika bulan ramadhan, kami sekelas mengadakan buka puasa bersma, meski tak semua muslim. Ketua kelas kami pun bukan muslim.

Kami kemudian mndeklarasikan diri menjadi sebuah kelompok massa yang sedikit konyol. Kami menyebut diri “Rolasipasiji”. Itu gabungan dari Rolas Ipa Siji. Bahasa jawa dari dua belas ipa satu (XII-IA 1).

Main Kartu
Tapi jangan dikira kekompakan itu selalu positif. Kekompakan kelasku juga punya sisi negatif. Inilah dunia, segalanya seimbang. Ada yang positif dan negatif. Yang baik dan yang buruk.
Kami sekelas sering berkomplot untuk menciptakan cara-cara jitu ngrepek alias menyontek. Jangan salah. Solidaritas kelas kami sangat kuat, tapi mungkin sedikit kebablasan. Puncak kegilaan kelas kami adalah saat UAN.

Saat pra UAN, kami sekelas malah menghabiskan waktu dengan main kartu. Kami main dua kartu. Poker dan UNO. Kami sering membuat forum kecil-kecilan. Bukan berdiskusi, tapi main kartu.

Dan puncak solidaritas gila ini adalah terciptanya sistem kerjasama bersama sukses UAN. Namanya bagus, tapi hakikatnya adalah sistem contekan masal. Anak yang pintar bertugas menyebarkan jawaban pada yang lain. Ketika satu siswa telah mendapat jawaban, maka ia bertugas menyebarkan ke yang lain. Apa medianya? SMS. Karena soalnya multiple choice, maka sangat mudah untuk eksekusi program underground ini. Hanya cukup satu sms buat seluruh jawaban tiap pelajaran.

Memang ini tak baik, tapi kami tak punya pilihan lain. UAN yang hanya 3 hari itu menentukan proses belajar kami selama 3 tahun. Pilihannya cuma dua saat itu. Lulus atau tidak. Tak ada kompromi macam-macam. Kalau lulus ya jalan terus, kalau tidak ya kalau tetep ingin lulus terhormat berarti mengulang satu tahun atau ambil paket C. Dilematis bukan?





Tuhan Bersabar
Kami dihadapkan oleh pilihan sulit. Maka, kami bertekad, kalau lulus, ya harus semuanya. Tak boleh ada yang tertinggal. Memang kami akui itu tak baik dan sungguh tak pantas dicontoh. Itu idealnya. Tapi kami terbentur keadaan. Kalau Kau bilang kami ini tak tahu aturan, maka kami akan jawab terima kasih mengingatkan.

Kali itu mungkin Tuhan masih bersabar. Dia menitipkan sedikit nikmatnnya pada kami. Dua tahun silam, 2008, kami sekelas lulus semua. Juga seluruh siswa SMA, sekolahku lulus 100%.
Aku kini telah hengkang dari SMA-ku itu. Aku juga tak lagi di kotaku itu. Aku merantau ke sebuah tempat di mana bunderan HI berada. Akhirnya aku melihat sendiri bunderan HI itu seperti apa. Tapi aku tak akan pernah lupa akan masaku yang kulalui di sana, di SMA itu. Karena masa itulah, aku jadi seperti saat ini.

Beberapa hari lalu aku menilik sekolahku itu. Mumpung lagi libur kuliah. Aku tak dapati lagi gedung itu seperti dulu. Ia sekarang lebih baik. Tanah-tanahnya mulai tertata. Beberapa bagian telah dipaving. Taman-taman juga tertata rapi. Sudah nampak modern.

Kelas-kelas tua yang dulu, kini sudah berubah. Sekolah itu membuka program enris (enrichment) dan aksel (acceleration) yang membatasi jumlah siswa perkelasnya. Jumlahnya lebih sedikit dari yang reguler. Kelas itu dilengkapi AC dan proyektor. Yang jelas mahal tentu biayanya. Aku dikasih tahu kalau biayanya lima kali lipat dari yang aku dulu bayar.

Bagiku program ini sedikit mendikotomi, antara reguler dan program khusus. Hanya anak orang mampu yang bisa masuk. Pada kenyataannya memang demikian. Prestasi anak-anak "kelas khusus" itu, aku dengar, juga tak bagus-bagus amat. Tapi entahlah, aku tak terlalu mempedulikannya. Toh itu juga yang membuat sekolahku itu jadi lebih baik.

Sementara bunderan HI tetap kering. Taman tuanya tetap tua. Bagaimana dengan teksas?
Sudah lebih baik. Tanah daerah itu sudah di-paving. Tak ada lagi debu-debu sialan itu lagi. Sepatuku yang bersemir terbukti selamat. Lapangan basket telah dicat kembali, begitu juga ruang-ruang kelasnya. Sudah agak terang sekarang. Tapi aku tak tahu, masih ada aroma horor. Tak mau aku berlama-lama di sana.

Ah, sekolahku, sudah lebih baik. Apa jadinya tahun-tahun selanjutnya ya?


Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang familiar komunitas-komunitas inovatif-nya seperti Black Car Community, Black Motor Community, dan Black Community.





Sunday, February 21, 2010

Hidup Bermanfaat

Bikinin gue contekan donk!
Eh ntar lo duduk deket gue ya, biar gue bisa nyontek!
Ayo donk kerjain tugas gue?
Ntar gue traktir sepuas lo! Mau ngga?

Memiliki teman dalam hidup ini adalah keniscayaan. Karena, kamu semua pasti tahu bahwa manusia memang makhluk sosial, yang tak bisa hidup sendirian. Manusia tidak akan bisa bertahan hidup bila hanya hidup sebatang kara. Lagipula kenyataannya, hidup sendirian memang tidak nyaman. Sepi banget….

Muhammad pernah megatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfat bagi yang lain. Tentu saja bermanfaat yang dimaksudnya adalah dalam hal positif. Kehadiran seorang teman memberikan kita tempat untuk saling bertukar pikiran.

Ketika kita menghadapi masalah, maka teman pun bisa menjadi tempat kita mencari solusi. Begitupun sebaliknya. Ketika teman kita dihadapkan pada sebuah masalah, maka alangkah bijak bila kita mau menolongnya dengan senang hati. Sungguh hidup akan nyaman untuk dijalani bila keadaan seperti ini. Tiap orang akan menghargai satu sama lain.

Ketika kita menghadapi kesulitan dalam belajar, maka teman pun bisa diandalkan. Saling berdiskusi mencari jawaban adalah hal yang sangat mulia. Harus kita sadari bahwa ilmu itu bukan kita saja yang punya. Maka, sharing ilmu pun bisa dilakukan dalam pertemanan. Ilmu kita nambah, ilmu teman kita juga nambah. Inilah hidup yang saling bermanfaat. Pertemanan pun menjadi ladang belajar bagi kita.

Namun, coba kamu lihat perckapan diatas. Percakapan itu menunjukkan bahwa itu adalah wujud kesalahpahaman pemuda dalam menghayati pertemanan mereka. Mereka menjadikan pertemanan menjadi ladang kecurangan. Sudah salah kaprah. Masa teman suruh buatin contekan?
Nah, sebenarnya di sini masalahnya. Kalau sudah menjadi teman, terus ada yang seperti itu, sebagian besar pasti bingung. Mau jawab iya, ntar dosa…Mau jawab ngga ntar dikirain ngga setia…ya ngga? ‘Kan sebaiknya kita bermanfaat bagi yang lain? Akan tetapi pertanyaannya apakah hal itu bisa disebut manfaat.

Menghadapi masalah seperti ini tentu saja bukan hal yang mudah. Kita akan merasa sungkan untuk meolaknya. Nah, di sinilah seharusnya kita bersikap asertif. Maksudnya, sungkan kita harus ada batasnya. Kita juga harus sadar bahwa kegiatan-kegiatan seperti ngebuatin contekan, ngerjain tugas temen itu sekali-kali bukan manfaat. Mungkin ya dia dapat nilai baik, tapi kan otak dia tetep ngga jalan.

Bersikap asertif itu, menurut Parlindungan Marpaung, pertama mempertahankan hak sendiri dengan tidak mengorbankan hak orang lain. Teman kita juga punya hak untuk pintar masa kita mau membiarkannya bodoh dengan membiarkan dia malas-malasan?

Kedua, mengekspresikan keinginan, pendapat, dan keyakinan secara langsung. Kalau setuju ya setuju kalau ngga ya ngga. Jadi orang itu punya prinsip dan bukannya jadi “yes men” yang tiap kali dimintai tolong apapun hanya bisa bilang “ya”dan “ya”. Ya kalau dimintai tolong untuk membantu penanganan bencana ya tidak apa-apa, tapi kalau dimintai tolong buatin tugas, atau ngerjain tugas orang, ya jangan lah.

Yang harus kita lakukan adalah membimbingya, ajak mereka belajar bareng. Kalaupun dia tetap mendapat hasil yang kurang baik, ya masa kesuksesan hanya dinilai dari situ? Kan ngga… Kita harus bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang putih dan mana yang hitam.

Akhirnya kita hrus bisa menjadikan diri kita bermanfaat bagi yang lain. Siapapun akan nyaman berada di samping kita. Namun arti bermanfaat jangan disalah-artikan. Bermanfaat itu ya dalam hal positif. Saya pikir alangkah damaianya hidup ini bila kita menjadikan hidup hanya untuk menebar manfaat bagi yang lain.


Baca juga tulisan ini di Kompasiana-ku

Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang familiar dengan program inovasinya Blackinovationawards dan Black Community.



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya (www.kapanlagi.com)

Be a Good Listener! (2)

Dalam bab sebelumnya saya menulis tentang bagaimana menjadi pendengar yang baik. Nah, kali ini judulnya ngga beda. Jadi, apa lagi?

Eh gue tu seneng banget kalau ngomong sama kamu..
Gue tu ngerasa apapun yang gue ceritain tu solusinya ada di elu….

Percakapan semacam tentu pernah kita temui, meski kadang-kadang. Percakapan tersebut muncul ketika kita telah memandang sesorang adalah teman bicara yang memang produktif. Artinya ketika masalah yang kita ceritakan, maka feedback yang muncul darinya adalah solusi. Ketika prestasi yang kita sampaikan, maka ucapan selamat yang tulus adalah responnya.

Nah, menjadi lawan bicara seperti ini memang sulit. Sulit banget! Saya dan Kamu pun belum tentu masuk kategori seperti itu. Kalau begitu mari belajar bersama-sama mengenai hal ini.

Membuat orang lain merasa nyaman adalah hal yang sangat mulia. Setuju ngga? Salah satu caranya adalah denagn bersikap sangat respect ketika mendengaran orang lain berbicara. ini saya sayai sulit untuk dilakukan. Talking is very easy but listening is really hard. Susahnya bukan bagaimana kita memberi feedback atas apa yang diucapkan lawan bicara, tetapi bagaimana menjaga agar feedback itu punya nilai apresiasi (penghargaan) ataupn solusi (pemecahan).

Masalah utama adalah sifat dasar manusia yang egois. Maunya menang sendiri, pokonya ‘dunia ini harus jadi milik gue’. Diakui atau tidak, mengakui keberhasilan orang lain itu susahnya minta ampun. Seringkali yang muncul adalah terangisme seperti yang saya utarakan pada bab sebelumnya. Intinya egois itu susah lihat orang senang senang lihat orang susah.

Begitu juga saat kita menjadi pendengar. Kalau kita mengikuti sifat egois tadi maka feedback yang muncul hanyalah menambah masalah baik diri kita sendiri maupun lawan biara. Teman menyampaikan keberhasilannya menjuari lomba, boro-boro, ngasih apresiai, yang muncul dari kita malah terangisme. “Terang aja elu kan main belakng, terang aja elu kan anak kesayangan dosen…” Terus, teman bersedih karena kehilangan uang, kita malah ngakak ngga jelas, “Ha..ha..ha tau rasa lo….!” Sekan merasa puas atas kesusahan teman.

Inilah yang disebut YW Junardy bahwa "talk is the activity of the mouth, listening is the activity of the heart". Mendengarkan bukanlah hanya pekerjaan telinga. Akan tetapi, hati kitalah yang seharusnya bekerja. Ini berarti kalau feedback yang kita berikan buruk, ya berarti hati kita yang ngga jelas, alias ada yang ngga beres. Akan tetapi bila feedback yang kita berikan apresiatif dan solutif, maka inilah wujud dari hati kita yang bersih. Tak ada rasa iri dengki yang menyelimutinya.

Aa Gym sering megilustrasikan manusia sebagai teko. Kalau teko isinya kopi ya yang keluar kopi, kalau dalamnya es jus ya keluar es jus. Manusia dan hatinya bak teko dengan isinya. Apa yang keluar dari mulutnya, itulah yang ada dalam hatinya. Hati cerah, kata-kata pun cerah, hati lembut, kata-kata pun ikut lembut.

Maka dari itu, menjaga hati adalah hal yang patut untuk kita prioritaskan. Hati bersih, kata-kata pun bersih. Lawan bicara tak akan risih.

Kita akan nyaman dengan kehidupan kita sendiri , orang lain pun akan senang ketika kita berada disampingnya. Bahkan, mungkin akan mencari kita ketika kita telah tidak ada disampingnya lagi.


Baca juga tulisan ini di Kompasiana-ku

Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang familiar dengan program inovasinya Blackinovationawards dan Black Community.



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya (www.getentrepreneurial.com)


Saturday, February 20, 2010

Be a Good Listener!

Eh kamu tu denger ngga sih yang aku omongin?
Kamu ngerti ngga sih? Aku ini bla..bla..bla….

Ucapan di atas sering saya alami. Bentuknya sih ngga persis-persis amat, tapi ya genre-nya seperti itu. Kadang saya sendiri yang mengucapkan, tetapi sering kali teman saya yang mengucapkannya kepada saya. Kamu sudah mengerti kan maksudnya……saya bukan pendengar yang baik. Yup, kali ini saya ingin sharing masalah bagaimana menjadi ‘Pendengar yang Baik’. Ini umumnya untuk para pembaca tetapi khususon bin specially untuk saya sendiri.

Saat berkomunikasi, baik itu sedang ngobrol, bercengkrama, atau berdiskusi (perasaan semua sama aja deh) terjadi interaksi interpersonal antara dua pihak. Interaksi ini jelas membutuhkan stimulus maupun feedback cepat dari masing-masing pihak. Kasarannya itu nyambung. Stimulus adalah pembuka interaksi tersebut.

Sebelum feedback muncul, ada proses yang dinamakan listening atau mendengarkan, bahasa jawanya ngerungokke. Menjadi pendengar yang baik akan mejaga kelangsungan interaksi yang terjadi. Nah, biar ungkapan diujung awal tulisan ini ngga ujug-ujug keluar, maka menjadi pendengar yang baik itu sangat sangat diperlukan, bukan hanya dari satu pihak, tetapi kedua-duanya.

Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saya itu bukan pendengar yang baik. Saya tidak tahu Kamu bagaimana. Apapun saya maupun Kamu, menjadi pendengar yang baik dalam berkomunikasi adalah harga mati.

Menjadi pendengar memang susah. Pinginnya kita itu talk talk talk doang. Tapi memang harus disadari, talk alias ngomong doang tidak akan memberi solusi. Kita butuh saran dan kritik dari lawan bicara kita. Nah, satu-satunya cara terbaik adalah menjadi good listener (pendengar yang baik).

Menjadi good listener itu ada ilmunya. Pertama, menunjukkan empati. Pembaca yang terhormat, empati itu berbeda dengan simpati. Kalau simpati itu hanya sebatas mengerti (ikut serta merasakan) perasaan orang lain, tetapi empati itu lebih. Di samping mengerti, empati juga berisi respon verbal yang riil. Jadi kalau pas ngobrol, teman Kamu itu sedih, selain Kamu bisa mengerti perasaannya, Kamu juga harus bisa menunjukkan mimik yang sedih, bukan malah tertawa dan ikut-ikutan slogan di sebuah iklan rokok, Susah liat orang senang, senang liat orang susah.

Kedua, menunjukkan ketertarikan. Lawan bicara akan BT kalau Kamu tidak tertarik. Jadi, sambutlah apa yang lawan bicara sampaikan dengan antusias. Tetapi, kalau memang omongannya udah ngalor ngidul,ya mohon undur diri saja.

Terakhir, menunjukkan pengertian. Feedback yang Kamu berikan itu haruslah sesuai dengan topik pembicaraan. Sekali lagi, kasarannya nyambung. Dengan begitu, si lawan bicara akan merasa dihargai. Kalau memang tidak mengerti, ya bilang saja kalau belum mengerti , toh pasti lawan bicara mau mengulangi. Kan ini bukan radio.

Sepertinya dari tadi tulisan ini seperti memojokkan kita ya…? Seakan-akan kita saja yang harus mengerti. Namun, menurut hemat saya, menunjukkan pengertian lebih dahulu itu lebih mulia dan lebih bijak. Mengertilah diri sendiri sebelum mengerti orang lain.


Baca juga tulisan ini di Kompasiana-ku

Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang familiar dengan program inovasinya Blackinovationawards dan Black Community.



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya (freespirit.com)

Friday, February 19, 2010

Berbagi Manfaat Meraih Beasiswa

Aku memang tak punya pengalaman berharga yang bisa dibagi-bagi. Tapi aku usahakan untuk membagikan apa yang aku alami, meski klise tapi aku harap bermanfaat.

Saat itu aku tak menyangka ada seorang teman yang meng-add Fb-ku. Tak ada mutual friend, artinya ia meng-add aku tanpa referensi. Bagiku ini agak aneh. Maka, aku tanya ia, setelah aku confirm, perihal asal usulnya.

Ternyata ia adalah anak dari pulau yang berbeda. Ia katakan kalau ia ingin sekali mendapatkan beasiswa. Ia meminta tips-tips dariku. Akupun berbesar hati memberinya tips. Kebetulan aku berhasil mendapatkan Paramadina Fellowship. Ini dia email yang aku kirim kepadanya. semoga juga memberi manfaat bagi yang lain.

ini suratku padanya.....

"it's my pleasure to recognize u guys, u'r welcome


oya kalau masalah beasiswa, memang masalah klasiknya adalah informasi. ya, informasi yang kita dapatkan minim. jadi tak punya referensi buat langkah kita. (hehe, serius mode: ON)

tapi ini aku share pengalamanku, moga ngga buat kamu kira aku sombong.

aku dulu ya cari2 info beasiswa gt, karena PMDK aku di UI ditolak. kecewa berat dunk. TT

lalu akhirnya alternatif harus kuambil. ya cari beasiswa. lalu aku dapat dua info, paramadina fellowship n sampoerna foundation.

nah, ya aku download form-nya. terus aku isi sesuai apa yang diperintahkan.

nah, alhamdulilah aku diterima di kedua beasiswa itu, dan seharusnya kl aku dulu ngambil yang sampoerna, aku sekarang kul di Unpad. hehe, tapi kata hatiku ngga usah ke sana, ke paramadina aja.

nah, kal masalah tipsnya, aku dapat dari guruku.
beliau sealu bilang, untuk surat rekomendasi, minta dari guru atau tokoh masyarakat yang memang dekat dan kenal baik dengan kita. penilaiannyakan ananti tentu jauh lebih obyektif daripada yang lain.

jangan kita minta ke kepala sekolah, tapi kita ketemu ama beliau aja cuma sekali dalam satu semester.

terus untuk esainya, kita buat sesuai tema. tapi, apa yang kita tulis itu bukan pengalaman semata, lalu dibumbui dengan keluh kesah. tapi kita harus sajikan juga data, fakta, dan mimpi2 kita.

kita harus yakinkan pemberi beasiswa kalo kita punya mimpi dan dengan kita akan sampai ke mimpi2 kita itu, salah satunya lewat program beasiswa itu.

yang paling penting di awal itu, buat dokumen aplikasi yang akan kita kirim meyakinkan tim panel. isi dengan sebaik-baiknya. tentunya tetap obyektif. ini akan menjamin kelulusan kita untuk tahap pertama.

tahap kedua adalah wawancara. ketangkasan dalam menjawab adalah kuncinya. itu saja. not more or less. tapi yang perlu diperhatikan, pertanyaan pertama itu kiranya, sesuai pengalamnku, adalah "ceritakan tentang dirimu?". itu kunci awal gerbang kesusesa. gagal menjawab pertanyaan itu, aku kira, kemungkinan lolos juga lebih kecil.

siapa sih yang tahu tentang diri kita kalau bukan diri kita sendiri? kita sebenarnya tahu, tapi karena tak terbiasa mengungkapkannya,jadinya ya "kagok". kayak ada kayu yang nyangkut ditenggorokan.

bebas saja mengungkapkannya. ceritakan apa adanya. punya prestasi ya diceritakan, pernah gagal ya diceritakan. feel free saja.

mungkin itu saja Win. oya aku hanya punya dua informasi beasiswa, Paramadina fellowship (http://www.paramadina.ac.id/) dan sampoerna foundation (www.sampoernaeducation.ac.id). coba saya apply di dua program itu. Sistem pendaftaran hampir sama.

semoga sukses win. maaf, hehe, ngmengnya kayak sok pinter. semoga bermanfaat tulisan ini. salam"




Thursday, February 18, 2010

Tugas Lagi......

Enak... ni hari gue ga ada tugas! ….Lo ada kan? Rasain! Ye…yeyeye..ye

Wah gue besok ujian bla bla bla ni! Aduh! … Enak ya lo ngga ujian…..

Kita semua pasti sering mendengar percakapan semacam itu. Pernyataan bahwa tidak ada tugas itu menguntungkan mungkin disetuji banyak orang. Ketika sekolah, kuliah, atau bekerja tidak ada tugas yang harus diselesaikan, rasanya hidup itu nyaman sekali. Sepertinya semuanya akan berjalan baik. It seems that the show will go on well. Akan tetapi, apa kenyataannya seperti itu?

Kalau kita mau berpikir lebih dalam, adanya sebuh tugas, quiz, atau ujian adalah sebuah alat ukur apakah kita telah menguasai bidang atau hal tertentu mengenai tugas atau ujian tersebut. Misal kamu dapat tugas menulis makalah tentang politik, maka sebenarnya hasil makalah itu yang menunjukkan apakah kamu benar-benar mengerti prihal politik itu sendiri. Selain itu, apabila tugas itu berhasil kita kerjakan, berarti kita berhak meninggalkan (maksudnya tidak mempelajari lagi) materi tersebut untuk selanjutnya mempelajari hal lain.

Melihat fakta tersebut, bila kita memperluas pandangan kita, tugas ini bisa diilustrasikan sebagai ujian akhir kenaikan kelas di sekolah . Kalau mau masuk kelas yang lebih tinggi, maka ujian akhir, mau tak mau harus diikuti. Kalau lolos ya naik kelas, kalau tidak ya maaf, kamu harus tinggal kelas. Semua sekolah pasti melakukan hal tersebut.

Nah, sekarang apabila kamu menghindar dari tugas ataupun semacamnya, apa kamu mau tinggal kelas? Tidak apa-apa kalau ada yang ngga setuju dengan ilustrasi saya ini, tetapi saya tekankan lagi, saya tidak tahu sekolah macam apa yang membiarkan muridnya naik kelas tanpa ikut ujian. Ya kalau ada mah, itu humor yang sangat tidak lucu. Bayangkan saja kita itu jadi kepala sekolah tersebut, kamu mau?
Ini berarti, apa kita mau membiarkan diri kita terus mengelak terus dari tugas? Mau lebih baik, ya kerjain tugas dengan baik.

Untuk membuat kita sedikit, atau sepenuhnya senang ada tugas, kita harus menganggap tugas sebagai tantangan. Kita juga harus sadar bahwa tugas ini akan membawa diri kita lebih baik dari sebelumnya, yup seperti kita naik kelas tadi. Sementara itu, tugas yang kita anggap sebagai tantangan akan membuat kita untuk bersemangat untuk men-tackel-nya. Parlindungan Marpaung menyatakan kalau adanya tantangan dalam hidup itu menunjukkan kalau kita itu ada (baca: hidup).

Seperti yang saya sampaikan dalam tulisan sebelumnya, seorang direktur termuda BUMN menyatakan bahwa kunci kesuksesannya adalah kita harus terus menghadapi tantangan dan jangan sampai terbuai oleh kenyamanan. Ilustrasi yang bagus disampaikan oleh Komarudin Hidayat mengenai hal ini.

Air mengalir walaupun keruh itu sehat
Akan tetapi air yang jernih yang diam itu sumber penyakit


Jadi, walaupun hidup kita itu penuh tugas, quiz atau ujian yang seakan-akan membuat kita itu tidak tenang, sesungguhnya kita itu sedang memaksimalkan potensi diri kita. Namun, bila kita puas begitu saja oleh keadaan dan diam, maka sesungguhnya kita sedang mengubur potensi diri ini sedikit demi sedikit.

Kalau begitu, Ayo, semangat dan sungguh-sungguh mengerjakan tugas apapun yang kita dapatkan. Biarkan orang lain mencibir kita, lha wong dia ngga tahu apa-apa


Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang memproduksi Djarum Black Menthol dan Djarum Black Slimz.



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya




Wednesday, February 17, 2010

Berani Ngga?

Gak mau ah, banyak resiko! Ah gak jadi, ntar salah! Gak mau nyoba ah, ntar dimarahi! Pokoknya biar yang lain dulu!

Sebagian besar dari kita sering merasa takut untuk memulai melakukan sesuatu. Ada rasa berat hati yang tertancap kuat dalam diri kita. Ketakutan akan apa yang akan terjadi membayangi diri kita sendiri. Padahal sebenarnya kita sendiri belum tahu apa yang akan terjadi. Hanya menerka-nerka. Hayu, benar ngga?

Ada sebuah cerita mengenai dua pegawai yang kedua-duanya akan dimutasi ke Papua. Anda pasti tahu seperti apa Papua itu (agak underestimate, tapi mohon khusnu dzan aja..). Nah, setelah kedua pegawai itu diberi wewenang untuk jadi kepala cabang di dua kota terpisah, munculah reaksi masing-masing. Pegawai pertama langsung mengajukan keberatan. Dia langsung nyerocos menentang keputusan si bos. Dia memandang kalau ia tak akan berhasil di sana kelak. Papua kan ..bal…bla…bla…

Pegawai kedua menanggapi dengan sikap berbeda. Awalnya, memang harus diakui ada perasaan kaget. Namun ia memandang lain keputusan si bos. Seketika itu juga ia langsung menyusun strategi pemasaran yang diestimasi akan membuahkan keuntungan. Dia terlihat begitu semangat untuk segera melaksanakan tugas baru tersebut.

Akhir cerita, ternyata si bos hanya menguji kedua pegawai tersebut. Ternyata si bos mencari pegawai yang akan ia posisikan sebgai manajer umum yang baru. Tanpa meneruskan cerita, Nah, sekarang siapa yang untung?

Dari cerita diatas, dapat diambil pelajaran bahwa opitmis dalam hidup ini adalah penting, sangat penting. Hidup dengan optimisme akan membimbing hati kita untuk selalu yakin akan masa depan. Anies Baswedan mengatakan bahwa Kamu saat ini adalah akumulasi keputusan-keputusanmu di masa lalu, dan masa depan adalah hasil akumulasi keputusan-keputusanmu di masa sekarang ini. Jadi jangan ragu sama yang namanya masa depan.

Berani mencoba adalah kunci pembuka optimisme dalam diri manusia. Menghilangkan perasangka-perasangka buruk mengenai masa depan adalah penting. Seringkali kita masih terlena dengan kenangan masa lalu. kita sering dibuat hanyut oleh kejadian masa lalu. sibuk aja ngurusin masa lalu, sementara meragukan masa depan. Ujung-ujungnya ya menghayal doang! Kasarannya ngasal aja kalau mikir…....

Dalam buku ‘Setengah Isi Setengah Kosong’ Parlindungan Marpaung menjelaskan bahwa nostalgia masa lalu yang demikian indah dan tidak terkontrolakan menggiring kearah ketenangan batin yang berlebihan dan membuat sulit untuk berubah. Nah, apa Kamu mau berubah?

Sekarang sudah saatnya kita mencoba. Mencoba hal-hal baru. Jangan biarkan kenangan masa lalu merayu kita untuk kembali mengurungkan niat. Jack Hoyford pernah mengatakan “masa lalu adalah persoalan yang sudah mati dan kita tidak mungkin meraih momentum untuk menuju hari esok kalau kita menyeret-nyeret masa lalu di belakang kita.”

Selamat mencoba, dan silahkan membuat keputusan untuk masa depanmu, juga masa depanku!

Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang memproduksi Djarum Black Menthol dan Djarum Black Slimz.



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya

Memandang Positif Pernyataan Presiden

”Keadilan tidak selalu sejalan dengan hukum meskipun penegakan hukum itu sendiri harus sedekat mungkin dengan keadilan. Manakala ada jarak antara hukum dan keadilan, mari kita tata kembali agar keadilan itu betul-betul tegak,”

Pernyataan itu aku dapatkan dari Kompas (17/2). Pertama kali aku tak tertarik membaca artikel berjudul “Presiden: Jangan Sama Ratakan Perbuatan Kriminal”. Di tengah pesismisme publik atas kinerja pemerintah, pernyataan itu sungguh terdengar hampa. Preseden buruk terhadap pemerintah, sepertinya membuatku engggan untuk membacanya. Paling juga “omdo” alias omong doank.

Persepsi Optimis
Tapi aku berusaha untuk objektif. Aku paksa mataku untuk mengarah pada artikel itu. Akhirnya kata demi kata aku lahap. Sampai aku temukan pernyataan presiden tersebut. Sebenarnya aku juga tak yakin, apa benar seperti itu kalimatnya? Tapi lupakan saja.

Namun, aku terus berupaya melihat sejenak hal itu dengan pandangan positif. Pandangan yang menempatkan persepsiku pada sisi optimisme.

Aku lihat presidenku ini memang manusia. Ya, manusia seutuhnya. Manusia yang tentunya tak lepas dari kesalahan. Namun, tentunya tetap punya sisi kebenaran. Cak nur, pendiri Paramadina, pernah mengungkapkan bahwa falsafah dasar manusia itu adalah sifat hanif. Artinya manusia itu memiliki kecenderungan untuk berbuat baik. Maka aku simpulkan, presidenku ini tentu juga berkecenderungan baik.

Aku sangat tersentak ketika membaca kalimat pertama pernyataan orang nomer satu di negeri itu. Beliau melihat secara jelas kenyataan hidup itu memang tak mudah dihadapi. Banyak hal ideal yang sampaikan orang, tapi pelaksaanananya memang tak mungkin seideal celotehannya. mungkin malah berkebalikan.

Perihal Bualan
Beliau menyampaikan perihal keadilan dengan begitu elegan. Aku akui, kalimat itu tak akan bisa di ucapkan politisi-politisi macam hari ini yang suka membual. Lihat saja saat acara debat di salah satu TV swasta. Mereka begitu gethol bin ngeyel atas pendapat mereka, yang tentu disesuaikan kesepakatan kolektif partainya. Padahal masalah di depan mereka begitu banyak dan jelas mana yang salah dan benar. Mana yang harus diprioritaskan mana yang tidak.

Aku dapati mereka berdebat begitu panjang soal reshuffle kabinet. Aku sendiri tak paham kenapa harus di reshuffle. Kalau alasannya gara-gara kinerja menteri yang tak beres, maka reshuffle itu masuk akal. Tapi kalau karena gerak geriknya pansus century yang dianggap membahayakan, inilah yang membuat reshuffle benar-benar tak masuk logikaku.

Partai pemenang pemilu merasa telah dikhianati. Tapi yang kalah pemilu bilang kalau mau objektif. Mereka, kedua-duanya, sibuk berwacana tapi miskin aksi. Hanya bualan-bualan berbumbu kata-kata akadmis yang mereka tawarkan. Sementara bulan mereka itu tentu dan sudah pasti tak akan membuat angka kemiskinan yang 14% segera beranjak.

Memandang Positif
Tapi jangan-jangan kata-kata presiden tadi juga hanya bualan? Sekali lagi, aku kali ini mau berpikir positif. Aku akui keadilan saat ini sudah tak karuan lagi. Hukum sebagai batas keadilan itu telah bersikap mendua. Hukum saat ini tegas pada yang kecil, tapi tak tegas pada yang gedhe. Kau pasti tahu maksudnya.

Presiden menutup pernyataannya dengan pernyataan bernada upaya. Beliau menunjukkan itikad baik untuk membenahi keadilan. “….mari kita tata kembali agar keadilan itu betul-betul tegak,…”
Sebuah penutup yang juga persuasif. Berisi ajakan untuk berbenah. Sebuah ajakan untuk beranjak dari ketidakseimbangan penyelenggaraan hukum di negeri ini. Apa kau masih menganggap presiden itu membual? Terserah. Tapi yang penting tetaplah berpandangan optimistis-positif.

*kunjungi juga kompasianaku untuk membaca tulisan ini



*sumber gambar bisa diklik langsung gambarnya


Tuesday, February 16, 2010

Jangan Ingin Doank

Rosyid, apa yang menjadi cita-cita Kamu?
Saya ingin jadi pengusaha Pak! Karena bla…bla…bla…

Pertam kali saya kuliah, saya ditanyai oleh dosen saya. Kira-kira percakapannya seperti diatas. Kala itu saya memang ingin sekali menjadi pegusaha. Saya pun utarakan alasan saya. Ya, itu yang bla…ba…bla…(oh, terlalu panjang untuk diungkapkan). Saat itu apa yang saya ungkapkan adalah sebuah keinginan. Apa saat itu saya sudah jadi pengusaha? Ya belum. Tapi apa saya kan jadi pengsaha? Tunggu dulu…

Suatu hari saya menerima SMS dari teman saya. “Keinginan manusia adalah seperti koin-koin yang dibawa dalam sebuah kantong kecil, semakin banyak yang dibawa, akan semakin memberatkannya”. Saya tidak tahu darimana sumbernya, tetapi yang penting itu maksud dari SMS itu. Kamu ngerti ngga..?

Sehabis membacanya, saya mikir-mikir. Bener juga ya omongan tu SMS. Semakin seseorang itu berkeinginan, maka semakin berat pula beban pikiran yang muncul. Rasanya itu ingin ini ingin itu. Inginnya kabeh keturutan (semua tercapai). Namun, pertanyaannya, apakah dengan hanya punya keinginan yang seabreg itu kita bakal bisa menjadi apa yang kita inginkan? Saya dan Kamu pasti setuju kalau jawabannya adalah tidak. Nah, jalan logis satu-satunya agar bisa tercapai adalah mengeksekusi keinginan kita. Jadi, biarkan koin-koin yang disimpan itu keluar dan menjadi barang nyata. Maksudnya dibelikan sesuatu….

Faktanya, mengeksekusi sebuah keinginan kadang juga bermasalah. Masalah yang muncul adalah keragu-raguan diri kita sendiri atas hasil yang dicapai. Saya nulis ini ya karena saya sendiri mengalaminya. Sering kali kita takut kalau-kalau gagal. Ntar begini, kalau begini ntar begitu. Ini yang namanya pandangan pesimis—bahasa umumnya ngga yakin. Kita meragukan sendiri akan keberhasilan yang bisa dan sangat mungkin kita raih.

Kalau mau berhasil itu pasti ada resikonya. High risk high return. Kalau mau sukses ya resikonya besar. Resiko sudah mutlak tidak bisa dihilangkan, tetapi ini bisa diminimaliasai. Jadi, perlu kita perlu sadari bahwa kalau mau keinginan kita tercapai dengan gemilang, harus paham kalau risiko pasti besar. Sekarang, tergantung bagaimana usaha kita mengurangi resiko tersebut.

Seorang Katherina, direktur termuda di BUMN negeri ini, menyampaikan bahwa untuk sukses itu seseorang harus menghadapi challenge (tantangan) dan jangan merasa nyaman dengan kenyamanan yang ada. Nah, risiko itulah yang harus kita jadikan challenge dan harus kita hadapi. Mau sukses? Tackle the challenge!
Bahkan, Mahatma Gandhi mengibaratkan begitu pentingnya sebuah eksekusi keinginan (praktik) dengan perumpamaan bahwa satu ons praktik nilainya sama dengan satu ton ilmu pengetahuan. Jadi, keinginan yang diwujudkan memang jauh lebih bernilai dari pada dibiarkan saja menjadi sebatas keinginan yang ujung-ujungnya membebani pikiran.

Jadi, masih maukah kita menumpuk keinginan tanpa ada satupun yang dieksekusi? Just do it right now guys!

Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang memproduksi Djarum Black Menthol dan Djarum Black Slimz.



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya


Ha..ha..ha

Sebuah aktivitas ringan yang enak dilakukan adalah tertawa. Saat kita mengindera sesuatu yang lucu, gerak refleks kita yang normal adalah tertawa. Kamu normal..? Saya dan Kamu pasti pernah mendengar suatu guyonan atau humor . Mungkin Kamu cuma senyum atau bahkan terpingkal-pingkal. Tidak usah bingung, itu lumrah dan normal. Jadi ketika ada yang lucu silahkan tertawa, lha wong ngga mbayar.

Kehadiran humor dalam hidup ini memang sangat diperlukan. Ketika suasana jiwa manusia sedang susah, ya bahasa gaulnya ‘BT’, maka humor itu bak obat sakti yang sangat manjur. Saraf-saraf yang kencang dan hampir putus bisa normal kembali karena humor. Dalam hal ini, novelis jerman Wilhelm Roube menyampaikan bahwa rasa humor adalah sabuk pengaman mengarungi arus kehiduan. Apa kamu sudah pakai sabuk pengaman diatas? Kamu sudah siap tertawa? Eiits tunggu dulu, baca selanjutnya.

Saat tertawa, kita harus tulus. Tertawa harus diawali dengan hati yang gembira dan tulus. Tertawa ini tidak dibuat-buat. Tertawa yang tulus akan membuat hidup menjadi lebih ringan. Hal ini akan membuat seseorang lebih mudah dalam bergaul. Nah, ketika proses pergaulan terasa lancar, maka hidup pun terasa ringan tanpa beban. Orang lain akan merasa senang berkomunikasi dan berada di dekat kita.

Tertawa berbeda dengan menertawakan. Kalau menertawakan, berarti ada sesuatu yang tidak lucu dan sama sekali bukan humor, tetapi Kamu malah tertawa. Nah, yang ini itu, bahasa ekstrimnya pelecehan. Jadi, hindari perilaku suka menertawakan sesuatu, baik itu tingkah orang lain maupun hasil karya seseorang. Karena, dampak yang timbul adalah seratus persen berlawanan dengan tertawa yang tulus. Ngga percaya, silahkan coba sendiri….

Sebuah media menyebutkan bahwa humor adalah obat keseriusan yang brutal. Bahkan, sumber yang sama menyebutkan bahwa dalam masyarakat, humor adalah pupuk toleransi. Kalau begini faktanya, kehadiran humor yang direspon dengan tertawa adalah sesuatu yang penting dalam hidup ini.

Tertawa juga bisa mengurangi ketegangan pikiran. Biasanya orang yang pikirannya tegang, pikirannya diliputi rasa khawatir. Sementara, dalam buku The True Power of Water, Dr Masaru Emoto telah meneliti bahwa rasa cemas itu menimbulkan sakit perut. Ya saya sih antara percaya ngga percaya, tapi itu faktanya. Jadi kalau kamu percaya ya OK, ngga percaya no problem. Tapi mau Kamu sakit perut tanpa alasan yang jelas?

Kalau begitu, Yuk, tertawa yang tulus sambil bersykur kita masih diberi limpahan nikmat oleh Sang Khalik!

Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang memproduksi Djarum Black Menthol dan Djarum Black Slimz.



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya



Teman atau Sahabat

Eh, aku kemaren aku diaudit anak buah kamu, gede banget pajaknya….
Tapi bisa diatur kan…? (kamu kan temanku..)sambil menyodorkan satu amplop yang tentunya berisi uang segebeg

Saya mendapati percakapan tersebut dalam iklan Dirjen Pajak dan semoga anda juga melihatnya. Dari percakapan tersebut tersirat pesan bahwa seorang meminta bantuan yang negatif (minta diringankan pajaknya) atas dasar pertemanan. Dia (yang mminta keringanan pajak) menganggap karena pertemanan, semua bisa diatur, bisa dikendalikan. Tapi untungnya si pegawai pajaknya tidak setuju dan akhir cerita, foto pertemanan mereka sewaktu kecil jatuh dari cantolannya dan pecah.

Dalam hidup ini memang seseorang perlu memiliki teman. Sesuai dengan konsep bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang memerlukan manusia lain dalam mengarungi kehidupan, maka sudah lumrah kalau kehadiran teman memang sangat diperlukan.

Teman merupakan tempat kita berbagi. Berbagi ide, berbagi pendapat, berbagi informasi, sampai berbagi makanan. Dengan teman kita bisa bekerja sama dalam menghdapi ujian hidup ini. Dalam sebuah pelatihan, saya mendapat sebuah ilmu bahwa ketika dua orang bekerja sama dalam melakukan sesuatu, dan masing-masing menyumbangkan satu energi, maka energi yang muncul bukan dua tetapi tiga. Percaya atau ngga sih terserah…tetapi, karena begitu besarnya arti sebuah teman, yuk cari teman!

Kesetiaan atau loyalitas perlu hadir dalam sebuah pertemanan untuk menjaga keberlangsungan pertemanan itu sendiri. Dengan loyalitas, timbul rasa saling mempercayai sehingga apapun yang dihadapi, tidak ada rasa ragu atau curiga atas kemampuan seorang teman dalam membantu kita. Teman pun juga bersikap seperti itu terhadap kita. Namun, sebuah pertemanan belum tentu bisa menjamin arahnya ada hal yang positif. Karena, tukang copet dalam beraksi juga bekerja sama dengan teman, perampok pun tidak merampok sendirian.Nah, kalau begitu ..?

Pertemanan harus berlanjut ada sebuah persahabatan. Kegiatan-kegiatan positif adalah tujuan sebuah persahabatan. Seorang yang telah menjadi sahabat tidak akan membiarkan sahabatnya kelaparan sementara ia menikmati kekenyangan, tidak akan membiarkan sahabatnya terjun ke jurang kegagalan sementara ia merangkak naik tangga kesuksesan. Ketika sahabatnya tersakiti, ia pun merasa sakit, ketika sahabatnya sukses, ia pun ikut tertawa merayakannya.

Richard Exley pernah menyampaikan bahwa sahabat sejati itu merayakan keberhasilan sahabatnya seolah-olah keberhasilannya sendiri. Teman memag bisa banyak, tetapi masih sedikit yang bisa jadi sahabat.

Sekarang, sudah berapakah teman Anda? Berapapun jumlahnya, yang penting mari mulai sebuah pertemanan yang sehat dan positif untuk menuju sebuah persahabatan yang sejati.

Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang memproduksi Djarum Black Menthol dan Djarum Black Slimz.



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya

Terangisme

Semua orang berhak untuk mendapat kesuksesan, tanpa terkcuali saya ataupun Kamu. Dimana ada kesempatan, bila itu diambil dan dijalani dengan sungguh-sungguh, Insyaallah, sang Khalik akan memberi kelonggaran jalan bagi kita untuk berhasil. Nah, ketika berhasil, seringkali kita pun ingin memberi tahu keberhasilan kita pada orang lain.

Alasannya umumnya ada dua. Pertama mau gembar-gembor menyombongkan diri . Sementara itu, kedua, dengan tulus berniat membagi pengalaman tanpa ada rasa sombong. Hayu, biasanya kamu yang mana? Saya jujur, seringkali alasan yang pertama yang saya lakukan. Namun, saya tetap terus berusaha untuk mengalihkannya ke alasan yang kedua. Dan, saya sangat menyarankan Kamu untuk melakukannya juga. Ngga ada untungnya sombong tu….

Nah, sekarang kita beralih pada bagaimana respon dari gembar-gembor keberhasilan tadi. Coba simak percakapan ini.

Eh dia kemaren dapat juara menulis lho….
Ya terang aja, lha wong dia bla…bla…bla (ngga usah disebut, terlalu banyak kata negatif, ngga bisa diungkapkan)

Eh, gue tadi masuk final abang-none Jakarta…..
Ah, terang aja elu kan bla…bla…bla…

Inilah gejala terangisme. Ketika seseorang mendapat keberhasilan, seringkali kita langsung nyerocos “terang aja…dia bla..bla, terang aja lha wong dia itu pake ilmu bla..bla..bla, dan terang-terang yang lain”. (BTW, saya ini mendapat kata terangisme ini dari Pak Mario Teguh, tepatnya saat ada iklan acara beliau di TV)

Memang sulit bagi kita untuk mengakui keunggulan teman atau siapapun. Jujur saja, dasar manusia, inginnya tu dia sendiri yang berhasil. Ya ngga..? ketika ada teman yang sukses, sering kita langsung mencari sisi negatif dari kesuksesan tersebut. Kadang kita malah meragukan akan kesuksesan tersebut. Inilah saat kita itu ‘dibutakan’ oleh pikiran negatif (negative thinking). Padahal, belum tetnu kita bisa melakukannya. Orang-orang seperti ini tu adalah orang yang sibuk mengoreksi orang lain sementara dirinya sendiri tak diurusi. Kuman diujung monas kelihatan, sementara dinosaurus di depan mata ngga tahu.

Apa ini buruk? Jawabnya, buruk sekali. Banyak pakar motivasi yang menyatakan bahwa sekali kita ber-positive thinking, maka pikiran positif-pikiran positif lain akan mengikuti. Namun, buruknya, ini juga beraku kebalikannya. Sekali berpikir negatif, maka yang ada dalam otak kita itu negative thingking melulu. Kalau begitu, apapun yang ada dihadapan kita itu semua kita pandang negatif. Teman sukses dipikir curang, teman dapat nilai bagus dikira nyontek, ada teman ngelihat, dikira nantangin…

Gejala-gejala terangisme ini harus kita buang jauh-jauh. Jangan sampai dalam pikiran kita terbesit negative thinking. Kita harus memandang apa yang dicapai sesorang tu sebagai motivasi bagi diri kita untuk menyamai bahkan melebihinya, bukan malah meragukan dan berpikir yang tidak-tidak.

Oleh karena itu, Yuk, ngilangin negative thinking dari otak kita! Hilangkan gejala-gejala terangisme yang muncul. Biarkan pikiran ini dipenuhi oleh pikiran positif –pikiran positif yang akan membuat kita menjalani hidup dengan mudah.


Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang memproduksi Djarum Black Menthol dan Djarum Black Slimz.



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya

Being Well-Prepared

Heh ngapain lo baca buku?
Ya mempersiapkan masa depan
Mau jadi apa lo dengan baca buku?
Aku mau jadi presiden
Ha..ha..ha.. sok yes lo….

Tujuan saya menulis tulisan ini tidak lain dan tidak bukan hanya berupaya untuk saling mengingatkan bahwa masa depan kita adalah ditentukan oleh kita sendiri. Kita dimasa depan adalah akumulasi keputusan-keputusan kita saat ini. Maka dari itu ngga ada salahnya kalau kita mulai be well-prepared for our bright future. Hal ini senada dengan hadits nabi yang menyataan bahwa nasib sebuah kaum tidak akan berubah kecuali kaum tersebut berusaha mengubahnya sendiri. Mau ngga berubah? Masa tetep mau gini-gini aja?

Masa depan adalah hal yang abstrak. Semua orang hanya bisa menerka-nerka bagaiman masa depan mereka masing-masing. Masa depan masih menjadi angan-angan bagi setiap orang. Ada yang berangan jadi pilot, jadi artis, menjadi presiden dan entah apa lagi. Hayu, kamu mau jadi apa di masa depan? Pikir aja. Sah-sah saja kok. Tapi…….baca selanjutnya.

Memang masa depan sesorang tiada yang tahu. Baik itu Mbah Dukun ataupun Mama Loren ngga jamin deh. Tapi itu bukan itu yang menjadi masalahnya. Masalahnya adalah bagaimana kita, yang tidak tahu mau jadi apa di masa depan ini, mempersiapkannya dengan baik. Bagaimana kita merancang masa depan dan mempersiapkan bekal untuk mencapai dalam kesuksesan adalah hal utama yang harus diutamakan.

Di awal tulisan ini saya menyajikan sebuah percapakan. Percakapan tersebut secara singkat menggambarkan dua orang yang berbeda pandangan dalam menghadapi masa depan. Satunya mempersiapkan diri (untuk jadi presiden) dengan membaca buku dan yang satunya acuh tak acuh. Malah ngatain ‘sok yes’. Malah kadang-kadang, ada saja yang sok tahu dan menasehati ini, itu. Samuel Mulia menyatakan kalau kamu mengetahui kalau sebenarnya ia hanya ingin kelihatan baik, diam saja, senyum saja, tak usah mencibir. Saya pikir ini cukup bijak.

Memang mempersiapkan masa depan tidak hanya dengan membaca buku. Masih banyak hal yang bisa dilakukan untuk hal tersebut. Kamu cari sendiri, ya! tergantung mau jadi apa Kamu di masa depan.

Mempersiapkan diri dalam menghadapi masa depan memang bukan hal yang mudah. Selain kita harus sadar bahwa kita punya masa depan itu sendiri, kita juga harus sadar bahwa tanpa ada usaha maka masa depan kita juga tanpa perubahan. Tiap orang punya keinginan sendiri tentang masa depan mereka, begitupun Kamu dan saya.

Persiapan-persiapan tersebut adalah langkah nyata kita bahwa kita ingin menjadi sebuah individu yang berhasil di masa depan. Dalam hal ini Parlindungan Marpaung menyebutnya sebagai One step Ahead atau menurut Anies Baswedan sebagai Be ahead of the Game. Biarkan saja orang berkata apapun. Toh, sebenarnya merekalah yang sebenarnya tidah tahu masalahnya. Ibaratnya ketika yang lain masih tidur, Kamu bangun, saat yang lain bangun, Kamu berjalan, saat yang lain berjalan Kamu berlari , saat yang lain berlari Kamu terbang dan seterusnya.

Yuk, meraih masa depan yang gemilang dengan mempersiapkannya matang-matang!

Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang memproduksi Djarum Black Menthol dan Djarum Black Slimz.



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya

Kalau Bisa Sekarang Kenapa Besok?

Kalau bisa nanti kenapa sekarang,
kalau bisa lima menit lagi kenapa sekarang,
pokoknya, ntar dulu deh!

Ungkapan diatas kiranya sudah menjadi ungkapan sehari-hari yang sering teman-teman saya ucapkan. Saya sendiri pun juga sesekali pernah. Ketika menghadapi tugas dari dosen atau dari guru, sering kali muncul ungkapan ”aaaagh tugas lagi-tugas lagi, besok aja deh” sehabis tugas diumumkan. Bahkan, ketika orang tua kita meminta tolong (biar sopan, daripada menyuruh) Kamu, sering juga muncul perasaan, tugas lagi…..betar lagi, Bu! Kadang kita melakukan hal-hal tersebut merasa benar. Mungkin karena memang kita terus yang disuruh-suruh. Namun, apa memang benar tugas itu mempersulit kita?Apakah ada dampak negatif dari tugas tersebut? Apa hanya kita saja yang malas?

Menunda-nunda pekerjaan memang rasanya enak. Sepertinya tugas—yang kita anggap beban—bisa menyingkir, walau sejenak. Pokoknya jauh-jauh de lo tugas, besok kan masih ada hari (ya kalau lo masih idup besok, kalau ngga). Akan tetapi apakah kita sadar bahwa hakikatnya kita sedang menumpuk tanggung jawab yang sebenarnya akan menjadi perusak rencana-rencana kita dimasa depan.

Suatu waktu, salah seorang teman saya mendapat tugas untuk mata kuliah Dasar-dasar Manajemen. Saya mengingatkannya dia agar tugas tersebut segera dikerjakan, ntar nyesel lho! Tiga hari berselang tugas tidak segera ia kerjakan. Pada hari keempat, malam hari, saya melihatnya berdandan necis.

“Lo mau kemana?” Tanya saya.
“Mau tau aja sih lo!” jawabnya ketus.
“ya, sorry, tapi gue mo nanya doang, tugas udah lo kerjain belon? Besok dikumpulin lho”
“oh God, ada tugas ya… aduuuuh gue lupa! Kenapa lo ngga ngasih tahu sih!”

Nah, kemana aja, Mas? Kataku dalam hati. Ngga mau ngungkapin, ntar dia tambah marah.

Memang sih, enak rasanaya diawal, tapi 'you will regret in the end'. Kalau sudah menyesal mau bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Contoh tadi mungkin skalanya kecil, hanya tingkat individu. Kalau mau mendramatisasi, kalau saja orang-orang sudah menjadikan budaya tunda-menunda sejak remaja, terus kelak mereka menjadi pemimpin-pemimpin negeri ini...Apa kata dunia? Ya kalau yang diurusi hanya diri sendiri tak apa, urusannya kan menyangkut hajat hidup orang banyak. Masa' rakyat kelaperan mau nunda ngasih bantuan, rakyat kena tsunami, ntar dulu bantuannya. Nah, kalau begitu apa layak orang-orang tersebut jadi pemimpin?

Time is money, begitu seorang filusuf berkata. Memang kalau direnungkan, waktu itu adalah salah satu faktor yang membuat orang bisa berpenghasilan. Tuhan telah menganugerahkan waktu pada makhluknya 24 jam sehari. Anda punya 24 jam sehari, pemulung punya 24 sehari, pengusaha punya 24 jam sehari, dan presiden pun punya 24 sehari. Akan tetapi mengapa ada yang sukses ada yang tidak? Ya, akar masalahnya ada pada pemanfaatan waktu itu sendiri.

Mereka yang sukses, tidak mau waktu mereka sia-sia sedikitpun. Tidak ada waktu untuk hal-hal yang muspro. Kiranya memang perlu diingat bahwa dalam dunia fana ini ada satu makhluk Tuhan yang tidak akan berjalan mundur sedikitpun, bahkan menoleh pun tidak, Yup, Kamu benar, makhluk yang satu ini adalah waktu.

Jadi mulailah hidupmu dengan menghargai waktu.

Tulisan ini, selain sebagai tulisan lepas, juga diikutsertakan Djarum Black Blog competition Vol. 2. Event ini diadakan oleh PT Djarum yang memproduksi Djarum Black Menthol dan Djarum Black Slimz.



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya