Tuesday, November 4, 2014

Guru Bukan Dewa: Jaga Media Sosial (2)

ilustrasi (mochadad.com)

Selain dari segi akademik, ada juga masalah dari segi afektif yang harus dipenuhi oleh guru dengan target yang tinggi. Sikap kita haruslah menggambarkan arti profesi kita. Tantangan di abad ini adalah sosial media. Facebook, Twitter, Path, Instagram dan lainnya. Sosial media tersebut sangat menggambarkan sisi afektif kita. Dari situ orang dapat menilai kepribadian kita.

Memang pada dasar nya yang namanya murid itu punya rasa keingintahuan yang besar, ada murid saya yang menemukan Instagram saya yang lupa belum diset ke privacy mode. Mereka pun dapat melihat foto-foto yang saya pasang beserta dengan perbincangan saya di konten komentar dengan teman-teman sejawat.

Walaupun tidak ada foto yang aneh-aneh, tapi murid saya menemukan foto PS3 saya, beserta perbincangan saya dengan teman-teman di bagian komen. Otomatis murid tersebut langsung tahu bahwa saya adalah gamer dan lebih parahnya, perbincangan saya dengan teman-teman saya di akun tersebut tidak menggunakan bahasa formal.

Pada esok harinya, tersebarlah berita bahwa saya suka bermain PS3 dan mereka tahu bahwa saya orang yang konyol dan humoris. Hal ini disinggung-singgung oleh murid-murid berminggu-minggu. Apakah ada dampak dari kejadian itu? Tentu saja ada. Di mata murid, saya menjadi tidak berwibawa seperti ketika pertama mereka mengenal saya.

Tapi utungnya, lambat laun mereka lupa masalah tersebut. Jadi sebagi guru, saya harus benar-benar menjaga diri di dunia maya karena itulah salah satu akses orang lain untuk mengetahui siapa sebenarnya kita. (BERSAMBUNG)

Tulisan Ini merupakan catatan pribadi. Tulisan ini akan disajikan dalam empat seri. Ini merupakan yang kedua. Semoga bermanfaat! Dan, tunggu seri-seri selanjutnya






1 comment: