Friday, June 18, 2010

Filosofi Berbagi ala B.A.B

tulisan ini aku re-post, buat inget-inget aja.......

Mau nymbang ngga?
Ah, ntar aja….
Ayo berbagi!
Ah ntar jadi kurang dunk duitku…..

Menysihkan harta untuk diberikan pada yang lain memang mulia. Yang kaya membantu yang miskin sehingga yang miskin pun terangkat derajatnya. Pada akhirnya tercipta keseimbangan dalam kehidupan. Tak ada ketimpangan. Tak ada diskriminasi antara di kaya dan si miskin.

Saya memberi judul tulisan ini mungkin agak jorok. Tapi saya yakin kebaikan itu berasal dari mana saja. Jadi jangan underestimate dulu ya..

BAB itu buang air besar (sudah tahu, Mas). Semua tentu tahu kalau kepanjangan dari buang air besar. BAB merupakan ritual yang bersifat natural buat manusia. Maksudnya baik ko’, yakni membuang kotoran yang ada di dalam tubuh. Ketika kotoran itu keluar maka tubuh pun semakin sehat. Mau?

Saya masih ingat apa yang diajarkan guru agama saya dulu. Saat masih di SMA, guru saya itu mengatakan bahwa berbagilah seperti kamu ingin buang air besar. BAB itu kegiatan yang paling ikhlas di dunia ini. Bahkan kalau tak dikeluarkan malah jadi penyakit.

Sang guru menjelaskan bahwa berbagi itu laksana BAB itu, adalah berbagi yang diladasi oleh rasa perlu. Perlu itu, bagi saya berbeda dengan harus. Perlu berarti berdasarkan rasa butuh, dan bila tidak dipenuhi kebutuhan itu, maka akan aada yang kurang. Kalau orang merasa perlu melakukan sesuatu, maka ketika ia telah memenuhinya, tak akan ada tasa dongkol atau kecewa. Kalau harus itu kan dasarnya desakan. Jadi sedikit tak ikhas. Terpaksa.

Itulah yang harus kita lakukan. Berbagi dengan landasan filosofi BAB. Kita perlu berbagi. Dalam agama, bahkan diajarkan bahwa harta kita itu ada bagian milik orang lain. Jadi kalau tak bagikan, berarti kita telah mencuri, bahasa kerennya korupsi. Bener ngga ya….

Kalau tidak berbagi, bahkan malah jadi sarang musibah. Tapi kalu dilaksanakan dengan baik akan menjadi lading kesuksesan, baik lahir dan batin.

Dalam buku Setengah Isi Setengah Kosong, saya membaca sebuah kisah sesorang yang memberikan susu pada seorang anak terlantar.

Anak tersebut datang ke sebuah rumah dengan keadaan kelaparan. Ia meminta minuman pada pemilik rumah. Pemilik rumah iu agak sedikit ragu. Tapi ia memberanikan diri untuk membagikan apa yang ia punya. Ketika diminta sekedar air minum, pemilik rumah memberinya susu segelas. Betapa girang anak tadi.

Lima belas tahun kemudian, sang pemilik rumah berada dalam kejatuhan. Ekonomi keluarganya menurun. Sang pemilik rumah sakit-sakitan. Bahkan, kondisi ekonominya tak mendukung ia untuk berobat ke rumah sakit. Tapi mau bagaimana lagi, penyakitnya sudah parah.

Akhinya pemilik rumah tadi memberanikan diri untuk ke rumah sakit. Masalah bayar nanti saja. Bisa ngutang. Ia lalu ke rumah sakit. Kemudian ia dirawat. Ketika ia sembuh, ia terkejut ternyat tagihan pembayarannya sudah dibayar. Yang membayar tak lain dan tak bukan adalah dokter yang merawat dia sendiri.

Ketika bertemu dengan sang dokter ia terkejut. Ternyata dokter itu adalah anak terlantar yang ia beri susu lima belas tahun yang lalu. Oh, segala puji bagi Tuhan, Subhanallah.

Betapa besar manfaat berbagi. Kalau kamu tahu sebuah pohon maka pohon itu akan tumbuh baik bila semak-semak di sampingnya dibuang. Semak-semak itulah harta kita yang harus di bagikan.

Berbagi bukan membuat makin tetapi malah berkecukupan. Tentu saja asal ikhlas melakuannya. (*)





*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambarnya.



12 comments:

  1. berbagi memang indah, apalagi jika bisa dengan tulus :)

    ReplyDelete
  2. Mari berbagi......meski bukan uang receh.
    salam kenal gan.

    ReplyDelete
  3. elok berbagi komen ^_________^

    mkashy buat postingan inspiratifnya, ngingetin elok yang kikir.. :D

    semoga berkah

    ReplyDelete
  4. Kemana ajah Syid baru nongol lagee? Kumaha hasil ujiannya, bagus2 kaga nilainya??

    Btw bener banget Syid, kita harus selalu ingat bahwa di dalam harta yang kita dapatkan ada juga hak orang lan 2,5 %.

    Yuks mari membiasakan diri berbagi dengan ikhlas :-)

    ReplyDelete
  5. buat teh Fanny:
    hehe me malam juga yah

    buat kang aulawi:
    iya itu indah dan tulus selalu menambah keindahannya

    buat yansDalamJeda:
    hehe salam kenal Bung..
    iya jangan uang receh

    buat NanLimo Bertuah:
    sip, thx buat apres na

    buat teh elok:
    oya makasih mau mampir, aku tak sempat main coz baru UAS nih

    buat teh susan:
    hehe UAS udah selese, nih bakal main2 lagi
    oya nilai alhamdulillah baik2...

    ReplyDelete
  6. saya suka filosofi-nya Kang... walopun berkesan "gimana" gitu... tapi itu bener... kayaknya ga ada tuh org yg ngga iklas BAB. Seperti telor ayam... walopun keluarnya dari an*s ayam... tetep aja disukai... (tentunya bagi yang suka)... Jadi walopun asosiasi-nya BAB, tapi itu OK.

    ReplyDelete
  7. heheh ya itu kayaknya meman tepat bang

    ReplyDelete
  8. Klo dipikir-pikir bener juga ya Sob.....kayanya ga ada orang yg BAB tapi ga ikhlas hha.......bener2 patut ditiru tuh BAB...eh maksudnya Filosofi Ikhlasnya.........

    slam knal dlu Sob....aku Follow sekalian(Dj Site).....D'tgu Follow'y klo berkenan......

    Semanagt!!!

    ReplyDelete
  9. buat ferdinand, makasih yah
    aku udah follow back

    ReplyDelete
  10. Hmm.. klo dipikir2, iya jg ya..
    knp dalam budaya infak atau sedekah seringkali kita (atau barangkali saya sendiri) lupa filosofi BAB ini ya??
    apa ada yang salah dengan pola pikir kita?
    budaya kita?
    ataukah ilmu ikhlas itu begitu tinggi tingkatannya dalam derajat ilmu yang pernah dipelajari manusia?

    sundul pake pertanyaan yg sdikit retoris aj gan.. cp tw bs dipake bahan renungan.. =P

    ReplyDelete