Friday, May 28, 2010
Berangkat dari Sebuah Kesederhanaan
Sebuah kota kecil berjuluk Bumi Bung Karno menjadi tempatku mulai menatap dunia. Di sana, ibuku melahirkanku sebagai seorang anak laki-laki. Tak ada yang istimewa dari keluargaku. Ayahku adalah seorang wirausahawan. Ia seorang tukang servis mesin jahit. Rendahan kedengarannya. Tapi kami mandiri. Itu yang membuatku bangga padanya hingga kini.
Ibuku adalah ibu rumah tangga. Seseorang yang menjadi manajer keluarga kami. Dan aku sendiri lahir di kota kecil ini, Blitar namanya, sebagai seorang anak yang bernama Muhamad Rosyid Jazuli.
Sedikit perkenalanku itu semoga memberi gambaran bahwa tak ada yang bisa aku sombongkan dari duniaku. Aku dibesarkan di suasana kesederhanaan keluarga. Bahkan, di kemudian hari, keluarga kami memiliki empat anak, dan akulah yang pertamanya. Aku akhirnya memiliki tiga adik. Inilah kehidupan keluargaku, enam orang yang selalu penuh semangat kemandirian megarungi samudera kehidupan.
Tentunya setiap orang punya jalan hidupnya masing-masing. Aku pun demikian. Aku menjalani waktu pendidikanku sebagian besar di kotaku. Ketika aku lulus dari TK al-Hidayah, aku melanjutkan proses belajarku di SD Islam Sukorejo. Kemudian aku memilih SMP Negeri dua Blitar untuk menempuh masa pendidikan menengahku yang pertama. Cukup baik hasil yang aku capai saat itu. Aku menjadi peraih NEM tertinggi se SMP.
Sentuh organisasi
Pendidikan menengah atasku aku tempuh di SMA Negeri 1 Blitar. Lokasinya cukup jauh, hampir dua kali lipat jarak rumahku ke SMP. Aku hanya memiliki sepeda butut bekas yang dibelikan ayah ketika aku kelas 4 SD. Dan itulah yang terus membantuku sampai di tempatku belajar, tempatku menyemai benih masa depanku.
Ketika aku SMA, aku mulai bersentuhan dengan dunia organisasi. Aku memutuskan untuk bergabung dengan IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama). Aku mulai karyaku di organisasi itu mulai dari ranting di kelurahan-ku, PR (Pengurus Ranting) IPNU Pakunden. Saat itu aku mejadi wakil ketua. Beberapa kali aku ikut serta dalam acara rutinan. Bagiku acara itu sederhana sekali. Akan tetapi, itulah basis peraudaraan yang nyata dan tentunya benar-benar menyatukan rasa kebersamaan antaranggota.
Satu periode berjalan, aku pindah ke pengurusan yang lebih tinggi tingkatannya, tingkat cabang. Usai konfercab (Konferensi Cabang), aku ditempatkan di posisi bendahara. Aku sungguh menikmati masa-masaku saat itu. Sayang, belum lengkap satu periode berjalan, aku harus meninggalkan organisasi itu karena sesuatu. Aku, kebetulan, dapat beasiswa untuk melanjutkan studi sarjanaku di Jakarta.
Di dalam SMA sendiri, aku pernah merasakan bagaimana menjadi pemimpin organisasi kesiswaan tertingggi. Aku perah menjadi ketua OSIS. Banyak hal tentunya aku dapat ketika itu: pengalaman memimpin, mengelola, dan berdinamika di dalam organisasi. Sungguh pengalaman yang tidak akan pernah aku lupakan. Sebuah pengalaman yang menjadi titik balik kehidupanku saat itu. Aku yang dahulunya penuh dengan rasa minder, berubah hampir seratus delapnpuluh derajat menjadi pribadi yang penuh rasa percaya diri menghadapi kehidupan.
Duta
Kini, aku telah berada di Jakarta, pusat atmosfer negeri ini. Aku menerima beasiswa Paramadina Fellowship 2008 seketika aku lulus dari SMA. Sekarang aku kuliah di Universitas pemberi beasiswa itu, Universitas Paramadina. Hanya syukur kepada Tuhan yang bisa aku sampaikan. Beasiswa itu telah membiayai seluruh kebutuhan kuliahku. Biaya kuliah selama empat tahun, biaya buku sudah menjadi tak menjadi beban pikiranku. Bahkan uang saku aku juga dapatkan.
Aku dapat kejutan di Jakarta. Karir oragnisasiku di IPNU ternyata juga masih berlanjut. Aku mendapat kesempatan untuk bergabung dengan kepengurusan Pimpinan Pusat (PP IPNU) untuk periode tiga tahun mendatang (2009-2012). Sementara, aku juga menjadi duta bagi universitasku. Layaknya duta pada umumnya, adalah tugasku menyampaian berita baik dari dan ke dalam universitas. Tapi tentunya, secara kultural, aku juga duta bagi organisasi tempatku bernaung, PP IPNU.
Kukira apa yang kuraih selama ini bisa aku anggap sebuah prestasi. Tapi, tak perlu dibangakan, tak perlu disombongkan. Masih banyak orang yang jauh memiliki prestasi di luar sana. Aku yakin kebanggaan diri dan kesombongan hanya menutup hati yang berujung pada ketinggian hati. Sebuah sikap yang sangat di benci masyarakat.
Terakhir, adalah sungguh menyenangkan bagiku untuk mengingat perkataan seorang dosenku, “Just keep highly motivated, you will see the world.” (*)
*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambarnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
wah, fotonya jelas nih.
ReplyDeleteiya nih teh..hehe sekalian eksis hehe
ReplyDeleteSip!...jangan sia-siakan "kesempatan emas" saat ini..
ReplyDeleteyou're lucky..
Btw...baru kali ini bisa liat dengan jelas seorang "jazz muhammad"..hehe..
buat kang aby:
ReplyDeleteoya makasih koreksinya. Itu biknnya lagi ngantuk, jadi ya gitu deh..
buat kang Ugi:
hehehe ya kang baru lihat ya..makasih2
Dari dulu sudah kelihatan dari tulisannya kalau seorang Jazz adalah org yang cerdas n sedikit idealis hehehe, moga sukses selalu bro :)
ReplyDelete^________^ uaah.. about kak jazz.. ^____^
ReplyDeleteSIP !!! semangaat!!
kesederhanan membawa kedamaian... salamin buat ade adeknyaa iaaah dari elok..
Wah... seru sob... seperti baca cerpen..., makasih sudah berbagi... jadi lebih dekat rasanya... sukses ya sob di Jakarta... salam...
ReplyDeleteehem ehem,
ReplyDeletekeanya aku tahu ni fotonya dimana!
kasi royalty tuh ke tante herna! hehe
buat kang aulawi:
ReplyDeleteya apa lah penilaian akang..hehe Amin3
buat elok:
iya deh nanti aku salamin, tapi g jamin yah
sip SEMANGATTTTT
buat bang Land:
wah sukses juga di Oz ya kang
buat kemayu alias ema
hehehe ya deh...
ehem2 juga
ceritanya bikin saya jadi semangat buat meraih mimpi saya,mimpi yang ingin saya capai tapi malas untuk saya lakukan.
ReplyDeletemendengar cerita di atas saya menadapat pemikiran bahwa tak ada hasil yg di peroleh dengan bermalas-malasan semua harus di capai dengan usaha keras
dan prestasi itu tak mengenal latar belakang asal kita mau berusaha pasti ia mau mampir dalam hidup kita
terima kasih kawan memberi angin segar buat saya
biografy singkat yang mengesankan ^^
ReplyDeletenever give up bro..
buat agung:
ReplyDeletewah g nyangka bisa kasih kontribusi buat yang lain. Alhamdulillah..
buat restry:
yah, never give up!
salam hangat!
ReplyDeleteberangkat dari nol adalah perjuangan
wah...hebatnya dikau...
ReplyDeleteijin baca2 dulu...
salam kenal :-))
buat kang sekerat:
ReplyDeletesalah hangat balik kang...
buat teh betea:
iya silakan.. salam kenal juga teh
Ceileee....
ReplyDeleteSedikit narsis nih ye....
hehehe ga papa kan Jo?...
ReplyDeleteTipe pemimpin neh..met berorganisasi ajalah^^
ReplyDeleteHebat euy Syid! Salute gw ama lo! Semoga apa yang lo raih selama ini bisa dipetik buahnya di masa mendatang (baca: lulus kuliah tepat waktu, dapet kerjaan yang ok di perusahaan yang ok, dapet istri yang sholehah, punya anak 6. tentu lo akan bahaga kan?? :-)
ReplyDeleteOya, pertanyaan lo mengenai kebersihan di M'sia, gw rasa orang2 disini lumayan sadar akan pentingnya kebersihan. Miri dan Bintulu termasuk kota yang bersih. Tapi ada juga loh yang jorok, kaya Sibu. Lepas dari itu semua, kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai / danau / taman kota, kemudian pemerintah yang tegas (karena kalo lo ketauan buang sampah sembarangan di tempat2 umum lo bisa kena denda banyak bangets bo), merupakan kombinasi dalam menciptakan lingkungan yang bersih.
Ojo sampe' luntur semangatmu iku yo le.....
ReplyDeleteaku iri lho ka sama salah satu prestasimu... :)
ReplyDeleteSebuah perjalanan yang menarik sahabat. Beasiswa Paramadina, PP IPNU, tak mudah orang meraihnya. Sukses dan jaga amanahnya.
ReplyDeleteapik apik apik....
ReplyDeletemas rosyid trimakasih buanyak....
trima kasih kakak
berkat kakak aku jadi termotifasi....
apik apik apik....
ReplyDeletemas rosyid trimakasih buanyak....
trima kasih kakak
berkat kakak aku jadi termotifasi....