Niskanen Hall! |
Pada umumnya, asrama berupa gedung besar yang berisi kamar-kamar. Di dalamnya ada sebuah hall desk atau kantor dari asrama tersebut dan tentunya kamar-kamar mahasiswa. Biasanya berisi dua tempat tidur dan dua meja belajar. Jenis ini adalah yang paling umum. Mandinya juga bisa ditebak. Mandi di communal shower atau tempat mandi “umum”.
Nah, ada juga yang modelnya seperti apartment. Jenis memiliki, selain bedrooms, juga living room, kitchen dan juga shower room sendiri. Aku dulu sendiri tinggal di jenis yang kedua ini. Jenis umumnya di isi oleh mahasiswa tingkat II (sophomore) dan seterusnya (junior dan senior).
Asramaku bernama Niskanen atau yang biasa disebut Niskanen Hall. Aku tinggal bersama tiga roommates. Dua Americans satu English. Baiklah, apakah hidup di asrama di amerika sama dengan hidup di asrama Indonesia?
Bagiku sangat berbeda.
Tak boleh ganggu
Kehidupan di US sangat menghargai urusan pribadi masing-masing. Ini tercermin dari bagaimana mereka, menghormati urusan masing-masing di dalam asrama.
Ketika ada orang sedang tidur, maka tak akan ada yang berani mengganggu. Lampu akan dimatikan dan roommate akan memilih belajar di luar ruangan tidur. Dalam hal ini, aku sering bangun lebih pagi untuk shalat. Aku benar-benar berhati-hati untuk membuka pintu kamar mandi agar tak mengganggu roommate-ku.
Kadang, ketika aku sudah tidur terlebih dahulu, roommate-ku langsung pindah ke luar ruangan tidur untuk melanjutkan belajarnya. Begitu juga sebaliknya.
Ketika ada yang belajar. Tak ada yang boleh mengganggunya bagaimanapun juga. Kalau ada yang mau menonton TV, sudah semacam protocol untuk bertanya, “Would you mind if I turn the TV on?” Kalau ya, ya dinyalakan, kalau tidak yang tidak.
Berhubung aku muslim, saya sering shalat di ruangan tidur. Ketika shalat, roommates, bila mau masuk, menunggu aku selesai untuk masuk ke ruangan tidur. Atau kalau aku pas shalat di living room, mereka mematikan music atau apapun yang sedang mereka nyalakan.
Orang Amerika tak memiliki jadwal paten sehari-hari. Maksudnya, tak ada istilah bangun lebih pagi itu lebih baik. orang punya urusannya sendiri-sendiri dan mereka tahu semua konsekuensinya. Orang lain tak berhak ikut campur.
Nah, contoh kecilnya adalah ketika pagi, kalau pun ada yang belum bangun, maka lampu ruang tidur tak akan dinyalakan. Setiap orang tidak berhak mengarahkan orang ke “jalan yang dianggap baik.” Tiap orang sudah punya pilihannya sendiri-sendiri. Apalagi mahasiswa. Mereka sudah cukup tahu apa yang akan mereka perbuat dan capai.
There we go! My mess! |
Di keseluruhan asrama, terdapat beberapa resident assistant (RA), yang juga mahasiswa, yang tugasnya membantu setiap resident dalam hal apapun mengenai asrama. Mereka muter-muter asrama setiap malam. Mereka juga jaga di hall desk dengan office hour tertentu. Kalau di Niskanen, office hour RA adalah jam 6-9 malam.
Di akhir masa kuliah, asrama harus dikosongkan. Benar-benar kosong seperti ketika para mahasiswa pertama memasukinya. Di akhir periode ini, mereka akan memastikan semua fasilitas tak ada yang berubah. Kalau ada kotoran sedikit pun, konsekuensinya, harus dibersihkan.
Ketika masa tinggalku selesai, aku dan roommates “kerja bakti” bersih-bersih asrama. Nah, tak enaknya kalau ada sesuatu yang rusak. Konsekuensinya adalah terkena denda. Aku kemarin terkena denda $1.25 karena sebuah noda di kompor listrik.
Aku juga hampir kena denda $10 karena ketika kami check out, si RA melihat lantai kamar mandi tidak bersih. Akhirnya aku dan roommate-ku bergantian menggosok-gosok lantainya. Ding-ding! Akhirnya bersih juga. Selamat juga akhirnya dari denda.
Kembali ke soal RA, mereka punya bos yang namanya hall director. Setiap asrama atau hall memiliki satu hall director. Nah, mereka ini yang bertanggung jawab atas apapun yanag terjadi di asrama.
Kira-kira begitu kehidupan asrama di US. memang akan berbeda sekali dengan yang ada di Indo. Mana yang lebih baik, aku tak bisa memastikan. Tapi hidup di asrama di US menyenangkan bagiku.
No comments:
Post a Comment