Menuju Dufan dan Sea World dengan Danny (paling kiri) dan Deli (yang mengambil gambar) dan dua saudara keduanya (dok. Deli) |
Akhirnya, tahun 2008 lalu aku dapat kesempatan untuk mengunjungi Ancol setelah program beasiswa yang ku-dapat mengajak semua penerimanya untuk ke sana. Tepatnya, kami ke Dufan a.k.a Dunia Fantasi. Beberapa tahun setelahnya, aku juga dapat kesempatan untuk bermain ke SeaWorld ketika aku dan dua kawanku dapat undangan dari sebuah organisasi nirlaba untuk ke sana.
Nah, akhir tahun lalu, aku akhirnya berkunjung kembali ke dua tempat yang sama: Dufan dan SeaWorld. Kini, aku ke sana bersama dua remaja Indonesia yang kebetulan sedang pulang dari Amerika. Semasa belajar di AS, aku sangat dekat dengan mereka dan keluarganya. Nah, ketika mereka pulang, Dufan dan SeaWorld pun menjadi tujuan untuk berlibur.
Tapi sebenarnya apa yang membuat Ancol dan isinya macam Dufan dan SeaWorld ini menarik? Baiklah, aku akan membahasnya dari sisi fisik tempatnya dan juga dari nuansanya.
(google.com) |
Sejak dibangunnya, Taman Impian Jaya Ancol memang didisain untuk menjadi sebuah taman rekreasi atau theme park yang berkelas dunia, setidaknya itu yang kupahami ketika aku dulu ikut kegiatan company visit ke sana.
Dalam sejarahnya, Ancol sebeanrnya sudah menjadi kawasan elite sejak zaman Hindia Belanda. Maklum, pemandangan pantai dan laut adalah sesuatu yang tak mungkin bisa dilewatkan. Namun ketika pecah perang dunia II, daerah ini jadi sarang limbah, lumpur dan berakhir jadi penyakit malaria.
Setelah muncul ide bahwa kawasan ini akan dijadikan kawasn industri, Bung Karno menolaknya dan meminta Ancol supaya jadi tempat wisata. Adalah gubernut Ali Sadikin yang kemudian me-take over proyek besar itu yang kemudian dikerjakan oleh Ir. Ciputra.
Pembangunannya bertujuan untuk menarik wisatawan ke Jakarta dan menjadikan kota ini berkelas layaknya kota-kota besar lainnya. Kini, Ancol benar-benar telah berevolusi menjadi sebuah theme park berkelas dunia.
Ancol memang tempat yang bisa kubilang lengkap dan berkelas dunia. Keindahan suasana pantai dipadu dengan banyak wahana-wahana bermain dan belajar seperti di Dufan dan SeaWorld (Sebenarnya masih banyak tempat lainnya di sana, cuma karena aku hanya pernah ke dua tempat ini, maka akan aku ceritakan dua itu saja).
Dufan memberikan banyak hiburan bagi pengunjungnya dengan berbagai macam permainan (ride) yang menantang, katakanlah Tornado, Kora-Kora, dan Histeria, yang membuatku tinggal 'setengah nyawa' sehabis menaikinya kecuali kau memang penggemar tantangan. Kalau SeaWorld, penampakan ikan-ikan raksasa macam hiu dalam giant aquarium tentu selalu menjadi daya tarik. Selain itu, masih banyak biota-biota air lainnya yang mengagumkan. Sekaligus, kau bisa menambah ilmu pengetahuanmu tentang kehidupan air karena setiap organisme di sana memiliki tag atau papan informasi yang bisa kau baca sambil menikmati keindahannya. Menarik bukan?
Aku katakan bahwa Dufan dan SeaWorld itu berkelas dunia bukan tanpa alasan. Kalau kau bandingkan dengan Universal Studio atau Disney Land, tentu ini belum sepadan benar. Tapi aku pernah ke Nickelodeon Universe dan SeaLife yang ada di Mall of America (MoA) di Minneapolis, Minnesota, AS.
Bagiku, Nickelodeon Universe tak jauh berbeda dengan Dufan. Semua ride-nya juga standar. Dufan mungkin lebih lengkap. Yang membedakan hanya tempatnya: Nickelodeon Universe adalah indoor dan Dufan adalah outdoor. Sementara soal SeaWorld, aku akan katakan kalau SeaWorld di Ancol jauh lebih besar dan lengkap bila dibanding Sea Life yang ada di MoA. Intinya adalah kita di Indonesia memiliki theme park yang tak kalah bersaing dengan yang ada di luar negeri sana.
(google.com) |
Nah, sekarang soal nuansa dari Ancol, atau tepatnya di Dufan dan SeaWorld. Pertama kali aku ke sana, seperti kukatakan tadi, aku bersama dengan segerombol anak muda yang juga penerima beasiswa Paramadina Fellowship. Kami menjadikan Dufan semacam tempat untuk melepas semua pikiran dan hanya bersenang-senang.
Aku juga mulai pertamanan dengan beberapa kawan di sana juga sekaligus berbagi cerita sehabis ‘nyawa’ serasa tinggal setengah setelah seharian bermain ride di sana. Rasanya Dufan cukup bisa menjadi media pertemanan dan memperkuatnya sekaligus.
Ketika aku berkunjung ke SeaWorld untuk pertama kalinya, beberapa tahun setelah aku ke Dufan, aku bersama dua kawan baikku lainnya. Itu pertama kalinya aku melihat giant aquarium dengan macam-macam ikan di dalamnya. Rasanya seperti menyusuri gua di dalam air karena ruangannya memang didesain gelap. Aquarium-aquarium Nampak cantik dengan efek penyinaran yang tepat.
Kali kedua aku ke dua tempat itu adalah dengan individu-individu yang special lainnya. Kali ini aku ke sana bersama Danny dan Deli. Dua orang ini adalah remaja Indonesia yang tinggal di AS yang kuceritakan di awal tadi. Mereka sedang pulang waktu itu. Aku bertemu mereka dan akhirnya dekat dengan keluarganya semenjak aku dapat kesempatan belajar di AS, tepatnya di North Dakota State University.
Kami ke Dufan dan Seaworld. Dua tempat ini nampak tak asing tentunya. Sama seperti sebagaimana yang aku kunjungi beberapa tahun sebelumnya. Tapi momen ketika aku ke sana menaiki ride-ride-nya dan menikmati beberapa giant aquarium selalu berbeda. Momen bersama orang-orang-orang terdekat-lah yang membuat tempat-tempat ini selalu berbeda dan menarik.
MoA (dok. pribadi) |
Baiklah, pada intinya, pertama, Ancol dan wahana-wahana di dalamnya (Aku harus jujur kalau aku hanya pernah ke dua tempat saja yakni Dufan dan Sea World, jadi referensiku hanya dua tempat itu) merupakan tempat rekreasi, bermain dan juga belajar yang tak kalah dengan apa yang ada di luar sana.
Kau tak perlu sibuk-sibuk untuk berlibur dan menghabiskan waktu dengan orang-orang terbaik terdekatmu. Kita di Indonesia sudah memilikinya di Ancol sana. Mungkin kau akan mendengar ini agak subjektif atau memang subjektif benar, tapi pengalamanku berkunjung ke MoA tepatnya di Nickelodeon Universe dan SeaLife membawaku pada kesimpulan bahwa kita pun punya tempat berkelas macam Dufan dan SeaWorld untuk dikunjungi.
Kedua, pengalamanku ke dua tempat tersebut menjadi lebih special karena dua kali aku ke sana adalah aku bersama orang-orang special, kawan-kawan terbaikku, dan mereka yang dekat yang paling tidak sudah seperti keluargaku sendiri. Aku tak tahu mengapa pada sering waktu kami selalu memilih Ancol untuk menghabiskan waktu luang dan sejenak menikmati nuansa dan suasana pertemanan sekaligus kekeluargaan.
Aku tak tahu, tapi mungkin karena tempat ini memang berkelas dunia dan memberi apa yang kami inginkan seperti pertunjukan, tempat menarik dan permainan seru serta ilmu pengetahuan untuk kami mengisi waktu luang agar tak membosankan.
Yang perlu diperhatikan
Akan tetapi, bukan berarti tempat ini lepas dari kekurangan. Karena tempatnya outdoor, Ancol bukanlah tempat sejuk. Panas sekali di sana. Meski sudah banyak upaya dilakukan oleh pihak manajemen yakni dengan menambah area hijau dan kipas angina lengkap dengan water spray, tempat ini tetaplah panas.
Soal perawatan dan kebersihan setiap ride juga harus menjadi perhatian. Daerah tropis memang identing dengan debu yang banyak di udara. Namun, ini tentu bukan alasan untuk membiarkan setiap ride kotor.
Soal perawatan, ini sangatlah penting. Karena ride adalah permainan yang mengharuskannya punya standar keamanan yang tinggi, pengecekan fungsi ride-ride-nya perlu ditingkatkan. Aku menulis ini bukan karena alasan, sebab ketika seorang kawanku baru turun dari Halilintar, ia rasakan bahwa belt pelindung tak bekerja dengan baik. Aku pun alami demikian ketika pengaturan keamanan selalu saja kurasa ada yang kurang tepat. Teknis sekali memang, tapi seriously bukankah ini sangat penting untuk ditindaklanjuti.
Selain itu, Ancol bukanlah tempat gratis apalagi ketika masuk ke wahana-wahananya seperti Dufan dan SeaWorld, tiket masuk yang cukup, bagiku, mahal harus dibayar. Jujur saja, aku harus menabung barang sebentar untuk bisa ke sana. Aku pun melihat beberapa kawan yang ke sana kalau memang ada tawaran diskon dan semacamnya.
Namun, namanya bisnis, kau tak akan pernah mendapatkan apa yang kau inginkan tanpa pengorbanan. Aku, sebagai pelajar yang belajar bisnis di sekolah, paham bahwa tempat-tempat ini punya banyak karyawan yang harus dihidupi, jadi membayar tiket masuk adalah hal yang logis. Tapi tetap, aku harap akan banyak program promosi yang memberikan kesempatan bagi siapapun untuk bisa menikmati hiburan berkelas dunia ini.
Diskon bagi pelajar memang sudah ada, tapi semacam diskon untuk siswa dan mahasiswa berprestasi, bagiku, bisa diaplikasikan. Sewaktu-waktu Ancol bisa membangun kerjasama dengan organisasi nirlaba seperi panti asuhan dan sekolah untuk dapat memberikan free pass atau diskon khusus bagi mereka yang memang belum mampu membayar tiket yang, aku harus bilang, mahal untuk standar ekonomi kebanyakan orang Indonesia. Sejujurnya, meskipun didiskon, aku yakin masih banyak orang di Indonesia, baiklah katakanlah Jakarta, yang tak bisa membayarnya.
Lebih spesial lagi
Di luar semua itu, Dufan dan SeaWorld beserta Ancol-nya adalah tetap tempat menarik untuk dikunjungi. Aku telah mengalami momen-momen special di sana. Hanya satu saja yang kurang, aku belum sempat mengajak orang tuaku dan saudara-saudaraku ke sana. Itu saja. Alasannya memang klasik, soal tiket masuk lagi, dan memang Jakarta bukan tempat tinggal permanen kami. Aku di Jakarta karena sedang menempuh pendidikan tinggiku.
Tapi kelak aku pasti akan di sana bersama orang-orang paling terdekatku: ibu dan adik-adikku (bapak kami telah meninggal). Mungkin momennya akan jauh lebih spesial lagi.
wow ada fotoku di sini,,,
ReplyDeleteHahahah yoi rud!
ReplyDelete