Wednesday, April 28, 2010

Letupan Semangat dari Negeri Tulip




Perasaanku sedikit meringsut karena sejak tadi Ibu itu tak kunjung datang juga. Aku telah janjian tadi pagi kalau aku akan wawancara beliau soal pendidikan di Indonesia ini. Sudah jam 10, tapi Ibu itu tak datang juga. Aku tadi mampir di kelas beliau, tapi beliau sedang mengajar.

Sepuluh lebih lima. Aku ke ruangan beliau saja. Kalau sampai tak dapat informasi, bisa jadi masalah. Deadline tulisan buat mading (majalah dinding) kampus tinggal esok. Aku harus menulis tentang pendidikan tinggi di negeri ini. Maklum, inilah kebiasaan mahasiswa Indonesia, kalau dapat tugas, sistem SKS-lah yang jadi primary choice untuk dieksekusi. Kau tahu apa sistem SKS? Bukan sistem kredit semester, tapi itu ‘Sistem Kebut Semalaman’. Tapi, syukur, Ibu itu ada di ruangan.

Shiskha Prabawaningtyas, itu nama sang Ibu. Ia adalah dosen Jurursan Hubungan Internasional universitas tempatku belajar. Setahuku ia lulusan luar negeri. Aku segera hampiri beliau dan wawancarai. Aku buka pertemuan dengan perkenalan dan setelahnya meminta data diri ibu itu.

Syukur, Mbak Icha, begitu ia minta aku memanggilnya, tak memarahi aku ketika aku sampaikan bahwa deadline tulisan adalah esok harinya. Meski sedikit menyindir, aku tahu bahwa ia menyayangkan kelakuanku itu. Tapi di luar itu semua, beliau sangat kooperatif dalam menjawab pertanyaanku. Dan ternyata aku baru tahu, beliau lulusan Belanda, tepatnya Universitas Leiden. Beliau adalah lulusan Master of International Relations and Diplomacy dari Faculty of Social Behavioural (Facultiet Social Wattenschappen), Universiteit Leiden.

Sebuah Persinggungan Sejarah
Kau tentu tahu Universitas Leiden ‘kan? Universitas yang memiliki persinggungan sejarah dengan negeri nusantara ini. Ia juga merupakan universitas tertua di negeri Oranye itu. Di awal, beliau, Mbak Icha, membawaku pada sejarah Bumi Pertiwi ini. Leiden menjadi tempat belajar raja-raja Jawa. Ketika menjajah, Belanda memang membatasai pendidikan orang pribumi. Tapi, ada yang bisa bersekolah hingga tingkat tinggi yakni raja-raja itu atau yang sering disebut priyayi.

Sebagai contoh, KI Hajar Dewantara yang berhasil menjadi mahasiswa di sana pada 1908. Kemudian sang founding father Mochamad Hatta, juga Sutan Syahrir. Tokoh-tokoh itu merupakan nama-nama yang tentu tak akan mungkin kau lupakan. Menurut sejarah, bahkan nama Indonesia lahir di sana yakni ketika sekelompok mahasiswa Indonesia termasuk Bung Hatta membentuk Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia)

Terlepas dari itu semua, Belanda memiliki sistem pendidikan yang self-studies oriented. Mahasiswa diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi ide dan kemudian menyampaikannya. Porsi kontribusi dosen hanyalah sebagian kecil. Mahasiswa adalah pemain utama dalam permainan edukatif di kelas. Maka, membaca adalah kunci utama memenangkan permainan itu.

Ini baru namanya pendidikan yang inovatif. Artinya menempatkan mahasiswa menjadi benar-benar kreatif dan produktif. Inovasi itu tak harus yang muluk-muluk. Semua mulai dari hal kecil, yakni 'baca' dan 'baca'.

Sayang, di bagian ini, Mbak Icha menyelipkan sebuah sindiran. “Yang jelas pendidikan di Belanda tak ada budaya kebut semalaman. Semua well-prepared.” Kali ini aku kena pukulan telak. Aku hanya diam saja, sambil senyum-senyum sendiri.

Seorang intelektual bernama Nurcholish Madjid bahkan menyatakan bahwa sistem pendidikan Belanda inilah yang membuncahkan semangat nasionalisme kala itu. Orang-orang Indonesia seperti Bung Hatta dan Syahrir melakukan pemberontakan ideologi meski yang menjadi bekal semua itu adalah pendidikan Belanda sendiri. Kebebasan berpendapat yang diterapkan memupuk keinginan membentuk negara yang mandiri.


Keukenhof
Di luar pendidikannya yang bisa dibilang one step ahead, ternyata Belanda juga memiliki inovasi yang juga one step ahead. Mbak Icha membawaku masuk dalam imajinasinya pada masa ketika ia berkuliah. Adalah taman Keukenhof yang dikelola inovatif dan kreatif yang hingga kini masih menjadi magnet hidup penarik perhatian wisatwan dunia.

Keukenhof adalah taman bunga tulip yang ada di negeri kincir angin itu. Pengembangan ladang tulip begitu menjadi perhatian pemerintah. Setiap pemilik ladang diberi stimulus oleh pemerintah untuk berlomba. Kompetisi yang dibangun adalah kompetisi untuk terus berkreasi memunculkan varietas baru. Setiap petani diberikan kesempatan untuk menampilkan kemahirannya dalam memelihara bunga khas Belanda itu.

Meski asalnya bukan dari Belanda sendiri, yakni dari Turki, negeri dibawah permukaan air laut itu berhasil meyakinkan dunia bahwa itu adalah identitasnya. Penegasan itu dikonfirmasi dengan diadakannya Bloemencorso tiap April hingga Mei. Blomencorso adalah festival bunga tulip ketika bunga itu mengembang. Parade jalanan digelar. Berbagai bentuk rekaan dipamerkan bak karnaval. Yang menarik, tentu tulip-tulip indah yang menjadi penghias utamanya. Tak pelak, dalam periode itu, Belanda mendadak jadi gula wisata yang dikerumuni banyak semut-semut wisatawan.


Meski hanya bunga, tulip ternyata memang memiliki keunikan. Bukan dari strukturnya, tapi nilai yang ia berikan pada yang negara melambungkan namanya itu, yakni nilai pariwisata juga nilai eknomi. Datangnya wisatawan tak dipungkiri menambah pundi-pundi pendapatan negara tersebut. Dan yang paling membuat tulip ini unik adalah kreativitas petaninya juga perhatian pemerintah hingga orang-orang bilang, “Belanda itu tulip, tulip itu Belanda.”

Dalam analisis marketing, Belanda telah berhasil menjadikan dirinya top of mind publik dunia bahwa ia adalah Negeri Tulip. Bunga itu seakan menjadi lambang supremasi daya tarik negeri yang pernah bersentuhan dengan negeriku ini.

Sayang, Mbak Icha tak meneruskan kisahnya soal tulip. Ia berbalik arah kembali ke pendidikan. Kali ini ia tak beromantika pada masa lalu lagi. “Let bygones be bygones!” begitu katanya.

Belanda: homy
Ia mulai bercerita soal bagaimana belajar di Belanda itu. Negara asal VOC itu saat ini adalah negeri yang homy. Khusus bagi pelajar Indonesia, makanan bukan lagi masalah yang menakutkan. Banyak ditemukan tempat makan yang sesuai lidah orang Indonesia. Di sana ada nasi goreng, ada soto, ada rendang dan masih banyak lagi. Selain itu, sudah banyak pelajar Indonesia yang ada di sana dan bisa dimintai bantuan ketika ada kesulitan.

Saat ini, pelajar-pelajar Indonesia di Belanda diikat oleh sebuah organisasi bernama PPI atau Perhimpunan Pelajar Indonesia. Sebenarnya organisasi ini tidak baru. Ini adalah perkembangan dari Indische Vereeniging-nya Bung Hatta.

Dan yang unik, kadang ada orang-orang tua yang bisa berkomunikasi mengunakan bahwa Bumi Pertiwi ini. Kebanyakan mereka memiliki keluarga yang pernah di Indonesia semasa kemerdekaan atau juga bekas pegawai Shell, salah satu perusahaan migas Belanda, di Indonesia.

Tentu tak semua orang berbahasa Indonesia. Jadi masalah donk? Tenang saja. Meski Belanda punya bahasa sendiri, sebagain besar penduduknya bisa bahasa Inggris. Jadi tak ada maslah ‘kan?


Belajar di Belanda, bisa ngirit plus sehat. “Kok bisa?” aku sontak ingin mengonfirmasi pernyataan Mbak Icha itu. Ternyata di Belanda terdapat transportasi utama yang sangat digemari, yakni sepeda. Setiap jalan utama, di bagian pinggirnya disediakan space khusus buat sepeda. Harga sepeda pun juga cukup affordable. Alternatifnya bisa membeli yang bekas, berkisar antara 45 dan 140 euro. Dengan menggunakan sepeda sebagai alat transportasi, biaya yang dikeluarkan dari rumah atau kosan ke kampus tentu gratis. Plus, hidup pun jadi lebih sehat.

“Ini baru inovasi..!” begitu seru Mbak Icha. Bukan hanya ide, tapi eksekusinya juga ada dan nyata. Bukan hanya penduduknya tapi pemerintah juga mendukung. Kalau di Indonesia susah. Kampanye-kampanye bike to work, eh, pemerintahnya diam saja, “Kayak ngga denger aja..”

Sampai itu aku agak terkesima. Tapi tiba-tiba sebuah pertanyaan terbesit. Meski sebentar tapi mengganggu. “Bagaimana biayanya ya?” Ini masalah sensitif. Bukan bagiku saja. Bagi siapa saja, urusan uang itu bisa mengernyitkan dahi. Kadang mengecilkan nyali juga.

Tapi Mbak Icha meyakinkan bahwa biaya itu bukan masalah. Biaya kuliah di Belanda memiliki kisaran yang sangat beragam. Untuk tingkat S1 atau bachelor, besaran biaya kuliah antara 3.500 dan 7.000 euro per tahun atau Rp 50 juta sampai Rp 101 juta. Adapun untuk program S2 atau master, biaya yang diperlukan antara 4.000 dan 15.000 euro per tahun. Itu kalau biaya sendiri. Ada alternatif lain dan ini yang paling dicari. Ya, beasiswa. Mbak Icha sendiri adalah penerima beasiswa. “Wah, enaknya..” kataku dalam hati.

Mbak Icha adalah penerima beasiswa StuNed (Studeren in Nederland). Beasiswa ini untuk pegawai negeri, aktivis LSM dan juga wartawan. Tapi beasiswa bukan hanya StuNed saja. Banyak beasiswa yang bisa diraih untuk studi di Belanda.

Ada beragam beasiswa yang dapat diraih antara lain Huygens Scholarship Programme (HSP), Netherlands Fellowship Programme (NFP), The Indonesian Young Leaders Scholarship Programme, Amsterdam Merit Scholarships, Berlage Institute Scholarship, CHN-SGS Scholarship, Erasmus Mundus Scholarship programme.

Juga ada beasiswa dari pemerintah Indonesia sendiri melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) dan Departemen Komunikasi dan Informatika. Dan masih banyak lagi beasiswa yang bisa ditembus.

Informasi selengkapnya bisa didapatkan siapapun di Netherlands Education Support Office (Neso) Indonesia. Kumpulan informasi tentang Belanda ada di organisasi itu. Kalau ingin online saja, maka website www.grantfinder.nl bisa jadi alternatif.

Tapi ada satu yang selalu jadi masalah pelajar Indonesia. Mereka bisa berkomunikasi pakai bahasa Inggris. Was wes wos malahan. Tapi ketika kemampuannya diuji lewat tes TOEFL, baru klepek-klepek. Standar beasiswa ke luar negeri biasanya 550. Nah, ini yang harus menjadi tantangan dan harus segera diselesaikan. Tapi, tiba-tiba Mbak Icha melontarkan pertanyaan padaku, “Kamu berapa TOEFL-nya?”

“Hehe, 500 aja masih belum, Mbak…”

Aku dapat pukulan telak kedua. Tapi, cerita Mbak Icha sedikit menciptakan letupan semangatku untuk meraih kesempatan belajar di luar negeri, ya salah satunya di Belanda. Aku diam-diam berharap, semoga saja letupan itu bisa membakar sekam kenyataan bahwa aku benar-benar bisa belajar di negeri orang nantinya. Semoga!
****


*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya atau buka link-link berikut
* kompetiblog2010.studidibelanda.com
* majalah.ppibelanda.org
* wikimedia.org
* www.holland.com
* wikimedia.org

71 comments:

  1. tulisannya ka ochid bagussss
    kasi tipsnya dong ka!!
    xoxo

    ReplyDelete
  2. Aha...baru bertamu lagi nih, dah lama gak berselancar di dunia blog....
    hehe..suguhannya pasti masih banyak..

    Mas jazz, kalo bicara soal kualitas pendidikan di luar negeri terkadang seperti gak akan pernah terjangkau oleh langkah akang..hehe. Apalagi kalo bicara soal makro...birokrat, pejabat dll yang terkait dengan dunia pendidikan..aahh...samasekali buat akang gak tersentuh..

    Kenyataan di lapangan memang benar adanya. Untuk menghasilkan generasi yang unggul ataupun thumb generation...kuncinya semua di SDM dan etos kerja...aduuuuuuhhh rendah banget..kultur sangat berpengaruh banget.

    Masalah klasik..."terlambat" jadi hal yang biasa, minat baca rendah, semuanya serba dadakan dan gak well prepared...aah seabreg yang mesti dibenahi. Tapi...ya memang harus mulai dari diri sendiri, dari saat ini dan dari hal yang paling kecil aja dulu..itu yang bisa akang lakukan..

    Untuk merekrut SDM di dunia pendidikan aja sampe harus istikharah dulu lho...hehe....

    Bersyukur deh, kalo mas jazz sekarang punya kesempatan berhadapan dengan dosen-dosen yang mumpuni dan jadi "agent of change" buat calon pemimpin bangsa masa depan..

    Kalo di kuliahan sekarang dosennya gak bosenin kan??...mahasiswa gak cuman duduk, diam dan dengarkan aja kan? hehe..akang baca di salah satu majalah pendidikan, katanya di Perguruan Tinggi perkuliahannya udaah pake...PAKEM(Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan)?? bener yaaa??

    Halaah...jadi curhat nih..hehe...
    Semangat..semangat!! semoga kita bisa jadi "agent of change"...meskipun untuk hal2 kecil...

    ReplyDelete
  3. buat ema kemayu
    heheheh itu aku dapat wangsit dari Tuhan
    halah opo neh kuwi

    ya paling cuma sering baca cerpen2nya kompas aja ma, juga baca novel2..ntar trus dipraktekin sendiri..udah deh gitu doank

    ReplyDelete
  4. buat kang Ugi
    heheh ini komen atau nge-blog kang
    heheh

    ya, kang bener apa yang kang katakan. SDM adalah masalah di negeri ini.

    ya semoga dengan tulisan ini bisa ngasih engetahuan tentang etos belajar di luar negeri khususnya di belanda......

    oya yang PAKEM aku baru tahu..makasih infonya kang..
    sip2

    ReplyDelete
  5. maaf mas jazz...tulis commentnya kepanjangan, jadi malah posting dan curhat..hehe..

    ReplyDelete
  6. Dearest Jazz.

    aku udah baca habis postingan mu yang ini. menarik sekali menambah informasi mengenai Belanda.... terlepas one step ahead atau apapun itu yang jelas.. ambil positifnya aja dari negeri orang.. kemudian kembangkan di Indonesia.......

    Kamu kapan akan kelar study nya??

    regards
    Zulfadhli. HM

    ReplyDelete
  7. buat kang ugi
    ga papa kang, hehe lagi juga boleh kok

    buat tek susan
    hehe, pake dearest2 segala..
    makash banyak teh udah baca, makasih
    betul sekali, kembangkan di indonesia

    aku kelas nanti 2012 awal, mohon doanya teh..

    ReplyDelete
  8. cukup bagus tulisanna,
    semoga sukses dengan awal penjajakan karirmu, nak...!
    jika sudah pergi ke luar negeri 'Belanda', jangan lupa goreskan tinta hitam emas untuk negeri ini disana.
    hidup abol n potr0...

    kembangkan selalu karya tulisanmu, nak

    ReplyDelete
  9. wahahaha..
    bagi2 wangsit yo kak ocid yo..~~
    hahahaha..

    *makasi ya kak Ocid, infonya..
    :D
    kebetulan tidak jauh beda..
    mau melanjutkan ke belanda juga..
    :)

    yippi, aku sendiri diajar ama mbak icha,..
    jadi, cukup paham bagaimana belanda menempa mbak icha menjadi pribadi super disiplin yang well preared dan menghargai waktu..
    :)

    salut buat mbak icha ..[yeye, salut juga buat kak ocid..]

    ReplyDelete
  10. Syid, itu yang komen diatas yang pake dearest2 tuh bukan gw, tapi Abang. Liat deh ada signaturenya di bawah (Zulfadhli HM). kalo gw yang komen kan bahasanya kaga kaku gitcchhhuuuuu :-)

    Btw keren bo tulisannya. lo teh lagi ikutan lomba?

    Nyokap gw pernah ke Belanda tapi pas musim dingin, jadi kaga bisa banyak ber-JJS ria. Doakan yah tar gw sama Abang dan Zahia bisa ke Belanda juga :-)

    Oya, lo kuliahnya ngambil jurusan apa?

    ReplyDelete
  11. Btw jadi pengen tes TOEFl lagi. Terakhir tes 560 hiks! tipiiisss banget yah bo sama batas minimal kalo mo belajar di LN :-(

    ReplyDelete
  12. buat yoga
    opo kwi maksudmu hahaha
    siplah mohon doanya

    buat fatma
    wah, beruntung sekali kau
    hehehe

    ya semoga kau bisa lanjutkan sekolah di sana..
    amin2

    ReplyDelete
  13. buat teh susan
    sori, g teliti bacanya..hehe lagipula emang teteh yang sering komen kan?

    iya nih teh ikutan lomba.... moga berhasil aja ya..hehe (kok doa sendiri..)

    wah itu mah gedhe banget skor Toefl-nya. 500 aja aku ngos-ngosan......

    hehe tapi aku akan terus berusaha..HARUS BISA!!!

    ReplyDelete
  14. moga berhasil ya

    nanti kalo menang kirim-kirim apa gituu buat aku...
    #dilempar sendal ama jazz...


    aku pengen kebelanda jadinya...
    tapi ntar aja aku ke afrika dulu baru keamerika baru keasia
    buat ngecek-ngecek keadaan
    *nggaya tenan, hahahahaa
    padahal nang mbantul wae jarang....

    ReplyDelete
  15. hahaha ngga pakai sandal kali, pakai sepatu sekalian.
    hahahahahahahaa...

    makasih doanya teh..

    ReplyDelete
  16. Rosyid,

    Tulisan mu menggunakan bahasa yang enteng dan mudah di mengerti...
    Menarik untuk di baca !!
    Lanjutkan talenta mu sebagai penulis brother....
    Sukses yah.....

    ReplyDelete
  17. siplah dit

    akan aku teruskan, dan semoga memang bisa terus..hehe

    makasih ya, maksih doanya...

    ReplyDelete
  18. waaahh jadi pengin ke belanda,, seruu deh kayaknya.. mungkin s2 kali ya cari beasiswa,, amien.. tulisannya bgus sangat informatif dan motivatif hhe :) terus berkarya ya... like this bgd dah buat jazuli :p

    kunjungi blog ku juga ya :
    http://cwonarsiz.blogdetik.com/2010/04/22/maia-estianty-my-inspiring-woman/

    ReplyDelete
  19. sip syid,, q jg pengen dpt beasiswa ke luar negri,,,,
    tp msh bingung carane gmn? nilaiku ae pas-pasan ndk SMA,,,
    ntar kalo da info beasiswa sms o q yo,,,
    hehehe,,,,

    about this articel: i like this lah pokoknya,,,,
    n makasih ats infone sblme,,,,

    ReplyDelete
  20. buat wewe
    waaah pingin ya...hehehee
    ya we mohon doanya ya
    wokeh, nanti aku komen

    ReplyDelete
  21. buat machbub
    sip juga
    kalao masalah luar negeri, pokoknya berusaha pasti bisa
    wokeh ntar aku sms deh

    ReplyDelete
  22. Gw bantu Up jazz...
    Jangan lupa makan2 kalo lombanya menang...
    coba nulis tentang perancis...
    ahahahaha....

    ReplyDelete
  23. hahaha sip buat up-nya
    ya nanti aku coba yam

    kalau makan2nya, ntar ya..

    ReplyDelete
  24. Semangat terus ya..
    menangkan kompetisinya..semoga bisa ke Belanda
    Titip keju dan bunga tulip

    ReplyDelete
  25. hehehe maap kang...aku minggu minggu ini sering keluar kota...jadi jarang bisa onlen, soalnya yg dikunjungi jauh dari peradaban...ini aja baru sampe kang...
    jadi maap belum bisa silaturahmi banyak nih....

    ReplyDelete
  26. aku pengen banget ke Belanda kang...tapi ke Mekkah dulu deh....baru negara lain...hehehehe

    ReplyDelete
  27. buat teh itik...
    sip lah nanti tak kirim ke bali ya kejunya.
    hehe

    maksih doanya

    ReplyDelete
  28. buat kang tariq
    ya kang semoga bisa segera ke tanah suci itu ya...

    n berbaur dengan umat muslim sedunia...

    ReplyDelete
  29. wah keren nih mungkin ada event lagi..hehehe

    ReplyDelete
  30. rosyid maaf ya baru aku komenin,,
    contentnya easing-reading hehehe
    terus kembangkan dan asah ya,,,,
    jangan lupa pula koment diblog dadakan aku
    hahaha

    ReplyDelete
  31. buat dekky:
    yah nanti aku kabarin deh...

    buat aan:
    sip, makasih

    ini aku akan segera menuju blog kmu

    ReplyDelete
  32. aku seneng baca postingannya...bagus...
    klo gitu gw jadi minat sekolah d belanda...kali aja sampai d taman keukenhof...
    Chinn..gw doakan berhasil yaaa....

    Belanda yaaaaaa...aku mau tulipnya....

    ReplyDelete
  33. makasih ko..
    ya semoga kita bisa ke luar negeri ko

    amin2 atas doanya

    ReplyDelete
  34. the benefit from you personalized your writing is that people can see you being passionate about something that you deliver! with personalized your writing, unconsciously, your personality already represented by what you wrote. it just same as that you give a chance to people the recognize some percentage of yourself.

    and i think you did a really good job for personalized your writing without put aside the quality of fact and opinion.

    good luck ya cid bt ke Belandanya...

    warmest regards



    hadi sadikin rachmat

    ReplyDelete
  35. Ok for you, hadi, many thankz
    it's really great comment I ever read

    thanks a lot Di

    we do hope for the best....

    ReplyDelete
  36. Hello Jez..

    Mantap sekali syd artikel'nya..
    memberi banyak wawasan...dan bisa membuat kita "open mind-ed"
    banyak pengetahuan baru...

    top..
    good luck y syd..

    yonat..

    ReplyDelete
  37. buat tejo:

    makasih yo..
    ya bgi2 ilmu sama wawasan
    sip2, doakan ya...

    sori kalao susah komen..emang klo di blogspot itu kudu punya akun google biar enak

    sip2

    ReplyDelete
  38. elok salah satu penganut SKS.. gyahhaaaa... ^_____^

    dan salah satu mahasiswa yang dapet TOEFL kcil hiks hiks.. T.T

    harus belajar lagiiiiiiiii...

    ReplyDelete
  39. lek wes nang londo ojo lali karo konco2ne yoo????hahahahaha....

    ReplyDelete
  40. info tentang belandanya yahud deh
    sayang aku ga ada niat ke belanda

    ReplyDelete
  41. buat teh elok:
    wah harus dibenahi itu teh..jangan sampai nular hehehe
    terus belajar toefl ya..

    ReplyDelete
  42. buat ircham:
    tenang ae, sing penting doa saiki.hee berharap lolos

    buat teh Clara:
    yahhh kenapa ngga suka belanda..
    yaudahlah, yang penting terus belajar dan belajar meski dari budaya orang

    ReplyDelete
  43. wah, ini mah keren bung, kesannya udah profesional deh.

    bagi tips and triks donk.

    informatif sekali he he he

    ReplyDelete
  44. sebenarmya kalau bahas ttg negeri belanda dilematis menurutku ya, karena "kenyamanan" "keteraturan" dan segala fasilitas yang menggiurkan disana tak bisa dipungkiri berkat hasil "menjajah" negeri kita yang tercinta ini :) tapi semua memang harus diambil sisi positipnya, semoga mahasiswa2 yg kuliah disana bisa menyerap segala ilmu dgn baik untuk diterapkan disini. mmm sekedar masukan "tema lomba ini kalau gak salah ttg opini kita terhadap inovasi belanda" kulihat judul dan isi masih belum mengena dgn tema tersebut... btw tq dah berbagi :)

    ReplyDelete
  45. semoga menang ya, sukses selalu buatmu :)

    ReplyDelete
  46. ulasannnya keren bro, siap2 menang aja :) semangat

    ReplyDelete
  47. buat edison:
    maksih son, yah ini mah iseng2 aja
    g tahu tuh bisa nulis sepanjang ini

    buat waroeng:
    iya sih temanya ttg inovasi, tapi ya kan g semua harus "plek", aku milih cara pembawaan seperi ini biar enak di baca lalu informasinya efektive deh

    makasih kripik, eh kritiknya ya....makasih2

    ReplyDelete
  48. buat kang aulawi:
    yah..semoga kang...

    buat kang richo:
    hahahahaha ada2 aja..makasih

    ReplyDelete
  49. dahsyat2

    good luck y cid
    inspiratif banget

    share ke bu devi juga donk
    beliau dari leiden juga lohh

    hehehe

    hope we can go to tulip.. hehehe

    study 2gether at there..
    amin ya robb

    ReplyDelete
  50. buat suhar:
    yeah we all do hope for succeeding to study abroad
    many thanks

    ReplyDelete
  51. rosyid,maaf baru sempat buka...
    ada kalimat yg menarik dari tulisanmu..
    "Mahasiswa adalah pemain utama dalam permainan edukatif di kelas. Maka, membaca adalah kunci utama memenangkan permainan itu."

    yup yup mahasiswa sudah seharusnya menjadi pemegang kunci dalam permainan di dunia pendidikan, harus bisa mengambil bagian dalam permainan itu, bukan sekedar penonton saja..

    info soal Belanda jadi menambah referensi negara untuk ditinggali (loh????) hahahaha...nice post chyd...

    ReplyDelete
  52. salah satu impian saya neh bisa kuliah di luar negeri tapi masih terhalang sama bahasa mas

    ReplyDelete
  53. kepengen uyyy kuliah di luar negeri

    ReplyDelete
  54. buat riki:
    wah kemana aja rik..baru nongol.....

    hehe itu kalimat emang bagus..hehe (sombooooong)
    ya mahasiswa harus menegaskan perannya

    hahaha ya g ada salahnya kan kalau tinggal di belanda
    hehe tapi bahasa jawanya lucu lho.."walondo"

    sip2

    ReplyDelete
  55. buat agung:
    ayo terus belajar, masih ada waktu ko....tenang aja

    buat kang santet
    ayo berusahaaaaaaa...pasti bisalah ke luar negeri, lha wong masih di bumi aja..heheeee

    ReplyDelete
  56. hehehehe g papa kang, latihan trussss

    ReplyDelete
  57. Menarik bgt cid tulisannya! nih gw komen ya as ur request:p

    Klo menurut gw sistem pendidikan ga jauh beda sama jerman, yaitu dari segi self studiesnya sama well prepared-nya..sangat berat bgt (baca : impossible) untuk mengambil lebih dr 5 matkul,bayangin sama kita disini yg bs ngambil sampe 24(8matkul 3 sks)-walaupun gw jg keteteran sih tiap jum'at tdr siang k asrama..haha curcol gw- kenapa? krn sekali ketinggalan 1 bab, maka susah bgt ngejarnya..apalagi bahannya buku2 tebel, trus bukan dlm our mother tongue..so no wonder klo pas masa kuliah ( biasanya 3 bulan sama ky disini ) senin-jum'at para student belajar, belajar dan belajar..sabtu minggu buat main, party, malas2an (tidur) atau kerja part time..buat nambah2 jajan:p

    trus soal bebas berpendapat itu gw rasa terletak pada mentalitas org eropa yang mereka menghargai semua pendapat dan mendengarkan scr serius. bandingin sama klo kita di kelas salah dikit or lucu dikit di ketawain..hahhaa padahal gw juga ^^, but it fun u need it sometimes:p..or respon dosen yg agak gak suka dgn pendapat kita u know what i mean:p, disana lo bisa konsul ma professor sesering mungkin (vie email dll) asal ga tll annoying si profesornya aja, dgn pertanyaan yg sama...LOLZ

    Soal homy, gada negara lain di eropa yg se-homy holland buat org indo..waarom?? lo akan dgn mudahnya menemukan masakan indo (as u wrote) dan org2 indo (bkn hanya student tp jg keluarga2 indo). Disaat cuaca sangat tidak bersahabat (winter) dan kita merasa sangat2 homesick, semangkok soto pedas dan khas indonesia cukup lumayan untuk mengusir rasa itu. selain itu sangat mudah menemukan bumbu2 khas indonesia dimana biasanya student itu masak, coz klo beli mulu mahal cuy..haha..Trus bisa aja lo nemu rempah2 khas indo atau misalnya tembakau ada tulisan "made in Netherland",pdhl lo tau bgt itu cuma ada di negeri kita tercinta..ironic,,haha..thougt that's why holland colonized us..:D
    Gw rasa semua org belanda (99,99%) punya pengetahuan yg baik ttg indonesia dan lebih dr setengahnya cinta indonesia esp bali. selain itu byk sekali org belanda yg py family name ke jawa2an or ke ambon2an tp ga bisa bhs indo padahal muka n perawakannya mirip bgt ma kita. n bisanya cuma bhs jawa! or bhs daerah lainnya, hehehe..

    yup bnr bgt hampir semua org blanda bs bhs inggris,n sdikit2 indo:p, beda bgt ma jerman or prancis..ditanya pake inggris malah jwb pake bhs mrk..~~,
    soal transportasi sepeda emg sgt digemari.krn disana jln buat pedestrian n yg naik speda lebar bgt..trus yg pasti udaranya seger bgt lah ya.gada polusi yg berlebihan.

    Yang ga nahan di belanda itu adalah biaya kuliah (aje gile), bandingin sama jerman yg msh ada yg gratis (daerah jerman timur) atau 1500 paling mahal euro itu dah top university n top program study (1 option lg buat lo, negara tujuan buat kul di eropa nih:P haha promo gw) oh ya biasanya uang kul udah termasuk semester ticket. Artinya dengan nunjukin krtu mahasiswa semester yg lg berjalan, kita bisa naik semua moda transportasi umum secara gratis! 1 region atau kota bahkan buat 1 provinsi.

    But there are so many fellowship programs..asal rajin nyari di internet n apply2, biasanya universitas jg memberi bantuan keuangan.dan jg kadang gereja2 dan foundation2


    well..segitu aja bro komen gw, dah panjang ngalahin blog lo nih, nulis tugas aja ga segini pnjang..hahaha
    keep writing bro n its really2 nice info...br tau gw klo tulip itu aslinta dr turki ^^

    see u on class


    Wassalam

    ReplyDelete
  58. wah, kalo baca postingan2nya Kang Rosid ni pasti ada bonus lebih deh, selain impo2 terbaru (yang sebenernya bukan hal baru, tapi ditulis sampean jadi krasa baru!) kali ini aq dapet bonusan link2 beasiswa n motivasi untuk m'perbaiki kehidupanQ dg meninggalkan sistem SKS (dungakno Kang!)

    what an inspiring writing it is!!! ^^d

    ReplyDelete
  59. buat 208000166:
    wah this is a very great comment i never imagine before
    thanks alot sir

    oya inforasinya banyak banget, maksih banget
    ya bagi aku komenmu juga begitu informatif...ternyata komen juga bisa jadi saingan tulisan yang dikomenin yah....

    sip, maksih2
    eh ketinggalan, emang kalau pernah di sana langsung ya begitu komennya, wah beruntung sekali kau ya...

    ya mohon doanya agar aku juga bisa melihat dunia sepertimu..
    banyak kesempatan, tinggal akunya mau ato tidak ambil tuh kesempatan...sip

    ReplyDelete
  60. buat hajibrebes:
    hehe g ada yang baru emang kang
    cuma cara penyampaiannya yang baru...ya ngga sih? heehe

    siplah aku juga seneng kalau bisa berbagi...
    makasih kang.

    ReplyDelete
  61. Hmmmm....bagus...menambah wawasan...ternyata masih banyak yg belum q ketahui dr negeri itu...bagus...informasi penting nih...

    ReplyDelete
  62. Thanks for article.
    Nice. Koreksi sedikit, aku lulus Master of International Relations and Diplomacy dari Faculty of Social Behavioural (Facultiet Social Wattenschappen), Universiteit Leiden.

    ReplyDelete
  63. hehe makasih bu udah mampir
    maaf kalao ada yang beda..ini improvisasi aja bu

    maksih2

    ReplyDelete
  64. Icha...kenapa ya doi ga nerusin S3 di sini lagi? Doi dulu aktivis PPI dan kayanya di zamannya doi terkenal banget di kalangan mahasiswa Indonesia se-Belanda. Kayanya asyik ya ikut kuliahnya Icha di Paramadina. Eh, betul Paramadina kan? ;-)

    ReplyDelete
  65. Yaa.. semoga letupannya membawa inspirasi bagi semua yang baca juga.. bisa juga tuh minta tolong Mba Icha-nya buat bagi2 tips dan trik, hehe.. Thanks ya udah maen ke tulisanku, baca juga yang ini:

    Di Masa Lalu Belanda yang Belajar dari Indonesia
    http://architecture-files.blogspot.com/2010/04/di-masa-lalu-belanda-yang-belajar-dari.html

    ReplyDelete
  66. wah gambar gambar nya mendamaikan, dan artikel ini juga menyinggung perihal rembetan pemikiran dari Belanda sehingga dapat meletupkan semangat baru bernama kemerdekaan.
    Letupan kemerdekaan jauh sebelumnya telah ada, namun lokalitas saja tidak berskala nasional. Politik etis Belanda makin terasa dan dimanfaatkan dgn baik oleh pemuda-pemuda kita sebuaty saja Bung Hatta dsb.
    kalau sudah begini jadi kepengen juga mendapat rembetan ilmu dari Belanda, karena ini tulisan anda, bersiap-siaplah untuk menyambangi Belanda..he2..
    cek my article dech klo mau :
    http://maharlintang.wordpress.com/2010/04/29/leiden-dan-snouck/

    ReplyDelete
  67. wah maksih ang udah mampir

    aku segera meluncur..

    ReplyDelete
  68. Assalamu'alaykum...
    Wah subhanallah, letupan semangat itu pun mengudara di hatiku! Thank's..
    Sampai ketemu di belanda bro!

    ReplyDelete