Friday, January 29, 2010

Perihal Industri Telekomunikasi Selular di Indonesia

Salah satu modal pembangunan ekonomi masyarakat di suatu negara adalah infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang baik akan memberikan akses barang maupun informasi pada masyarakat secara luas. Salah satu infrastruktur yang perlu diperhatikan pembangunannya adalah infrastruktur di bidang telekomunikasi, tepatnya pada industri selular.

Di negara-negara maju, sumbangsih dunia telekomunikasi pada pendapatan negara telah mencapai 30% sementara di Indonesia, angkanya masih jauh lebih rendah yakni 2,8% (2007). Melihat pada data tersebut, indikasi yang muncul adalah perkembangan dunia telekomunikasi mendapat perhatian pening di negara-negara maju. Sepertinya, perkembangan teknologi informasi menjadi salah satu infrastruktur penopang keberhasilan negara-negara tersebut.


Dalam konteks pembangunan,secara sederhana, infrastruktur bisa dibagi menjadi tiga: infrastruktur yang bidang perhubungan, bidang telekomunikasi dan bidang regulasi. Seperti diungkapkan sebelumnya, infrastrutur-infrastruktur ini adalah penunjang pembangunan ekonomi negara yang berkelanjutan. Infrastruktur perhubungan bisa berupa jalan, jembatan, terminal, stasiun ataupun bandara tentu akan menunjang mobilitas manusia dan barang dalam pergerakan roda pembangunan nasional. Fasilitas-fasilitas ini akan menunjang distribusi barang maupun orang.

Sementara, Infrastruktur regulasi terdiri dari dua hal utama: kebijakan pemerintah sebagai penentu arah pembangunan dan nilai dan norma masyarakat yang mengendalikan dan juga membentuk mental dan budaya masyarakat sekitar. Pembanguan infrastruktur ini dianggap penting karena hal ini bertindak sebagai penjamin keberlangsungan pembangunan infrastruktur perhubungan dan sebagai penentu iklim ekonomi suatu negara.

Yang terakhir, dan yang terbaru, adalah infrastruktur telekomunikasi. Sebenarnya ini, bisa dikatakan, adalah subsidiary dari infrasruktur perhubungan. Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memaksa dunia perhubungan mengarah pada terma boarderless communication (komunikasi tanpa batas). Dengan demikian, pembangunan infrastruktur telekomunikasi adalah sebuah kebutuhan yang mendesak bagi suatu negara dewasa ini. Di era globalisasi ini, mengesampingkan pembangunan infrastruktur telekomnikasi adalah hal yang naïf. Akses komunikasi selular dan internet yang semakin luas telah menciptakan suasana yang serba cepat. Maka, ketersediaan infrastruktur telekomunikasi menjadi sebuah keharusan.

Bila dicermati lebih dalam, maka dalam konteks kekinian, di era perkembangan teknologi yang begitu cepat, maka penitikberataan perhatian pada perkembangan industri-industri telekomunikasi adalah sesuatu yang wajar. Hal ini berpijak pada tiga alasan penting yakni pertama, Kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika. Kedua, Globalisasi ekonomi yang menempatkan telekomunikasi sebagai jasa yang diperdagangkan dan sebagai sarana vital bagi sebagian besar jasa lainnya. Yang terakhir, datangnya masyarakat informasi yang menempatkan informasi menjadi faktor produksi yang amat strategis.

Salah satu industri telekomunikasi yang saat ini berkembang pesat adalah industri selular. Bila dibandingkan dengan sektor lain, maka industri selular ini yang paling mungkin mendapat jangkauan paling luas. Di Indonesia, angka penetrasi yang telah dilakukan juga merupakan yang paling besar yakni mencapai 28,6%, jauh mengungguli yang lain: internet (11,4%) atau broadband (0,2%)(2007). Akses layanan operator yang semakin mudah tentu menjadi faktor penyebabnya. Kebutuhan akan berkomunikasi yang semakin bertambah dari perkotaan, pedesaan, hingga pelosok merupakan sebuah kenyataan yang tak mungkin dipungkiri. Selain itu, kesederhanan atau simplicity dari layanan industri ini agakanya mendukung penuh perkembangannya.

Implikasi Ekonomi
Dalam laporan tahunan negara yang tercatat dalam nota keuangan RI 2010, sektor telekomunikasi, pada 2009, menempati urutan pertama sebagai sektor yang mengalami pertumbuhan signifikan. Tak tanggung-tanggung, angka pertumbuhannya mencapai 13,6%. Hal ini tak lepas dari peran sektor telekomunikasi dalam membantu proses pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Kenyataan-kenyataan di atas tentu sudah harus menjadi perhatian pada pemain indiustri selular untuk terus meningkatkan investasinya. Dalam ilmu ekonomi, keberhasilan atau kesuksesan akan diraih bila penjual bisa memenuhi kebutuhan pasar minimal pada harga ekuilibrium. Pendek kata, antara supplay dan demand harus di sesuaikan. Maka, bagi pemain industri selular, pangsa pasar yang terus bertumbuh juga harus disikapi dengan peningkatan investasi yang rasional demi menjaga supply yang dibutuhkan.. Hal ini tak hanya berimplikasi pada profit yang di raih, tetapi sumbangsih pada pembangunan nasional yang berkelanjutan pun juga bisa di-cover.

Sementara, pembangunan nasoinal ini tentunya juga bergantung pada kesuksesan pembanguan ekonomi daerah-daerahnya. Kebijakan-kebijakan nasional akan dengan mudah dilimpahkan dengan komunikasi yang baik. Tentu industri selular dengan segala kemudahannya akan menunjangnya. Akses informasi yang luas juga menjadi implikasi pengembangan industri selular ini. Fleksibilitas dan simplisitas menjadi andalannya. Kenyataan ini berujung pada kemungkinan pemerataan ekonomi yang terbuka lebar, meski butuh proses yang panjang. Artinya, industri selular tak menjamin pemerataan itu terjadi, tetapi industri ini tetap memiliki peran vital dalam menyukseskannya.

Investasi di bidang telekomunikasi, terutama pada industri telekomunikasi selular akan menjamin ketersediaan akses informasi di daerah-daerah perkotan, pedesaan, hingga pelosok. Perkembangan industri ini akan mempermudah transaksi serta distrbusi karena komunkasi yang terbangun semakin mudah. Investasi yang tepat di bidang selular nantinya juga akan membentuk sebuah integrasi antar wilayah. Pada akhirnya upaya-upaya tersebut akan berimbas pada pengembangan potensi ekonomi di daerah-daerah. Upaya tersebut juga akan mendorong dengan terciptanya masyarakat informasi yang lebih luas. Selain itu, integrasi ekonomi antarwilayah akan mempermudah proses pembanguanan karena akses informasi terbuka seluas-luasnya. Indikator pamungkas yang diinginkan yakni jumlah produksi yang meningkat, tentunya, menjadi perihal yang tak sulit dicapai.

Peluang dan Tantangan
Dilihat dari kacamata ekonomi, maka jumlah penduduk Indonesia yang hampir mencapai 250 juta jiwa merupakan pasar yang sangat potensial. Jumlah ini bila digarap dengan baik tentu akan menjadi sumber pendapatan yang besar. Faktanya, penguna seuler di Indonesia terus menanjang, dari 2007 berjumlah 63 juta, 2008 berjumlah 70 juta dan 2009 mencapai hampir 90 juta pengguna.

Namun, tentu disadari bahwa saat ini adalah era globalisasi yang mengarah pada sistem market-driven. Sederhananya, operator selular tak boleh dan tak bisa mendikte pasar, yakni masyarakat. Pasar kini menetukan apa maunya dan yang terjadi adalah pasar balik mendikte operator. Selain, itu iklim kompetisi sudah pasti dihadapi. Tidak mungkin tidak. Pemain industri seuler harus bersiap kompetisi yang banyak memiliki kemungkinan.

Dalam kompetisi ini, tentu yang muncul pertama adalah perang tarif. Hal ini sudah pasti tak akan terlekkan. Meski demikian, Perang tarif yang dilakukan operator saat ini masih dianggap wajar, tidak akan merugikan operator itu sendiri, karena faktanya tarif terendah yang ditawarkan operator itu dibandingkan dengan operator di negara lain, Indonesia masih diatasnya. Selain itu, dilihat dari populasi penduduk Indonesia dewasa ini, kini ada sekitar delapan operator telekomunikasi dan jumlah ini dipandang masih belum jenuh.

Namun, pada tahap selanjutnya, fokus pada persaingan tarif juga akan membunuh diri sendri. Hal ini disebabkan perkembangan eknologi informai (IT) yang begit pesat, memaksa operator merubah paradigmanya, dari fokus pada tarif menjadi fokus pada layanan dan content. Kerena, yang dibutuhkan msayrakat sekarang bukan lagi hanya tarif yang kompetitif, tapi juga akses data-data dan informasi mengenai berbagai hal untuk mendukung aktivitasnya. Industry telekomunikasi yang dulu voice centric, kini telah beralik ke data centric.

Dengan tarif berkomunikasi (telepon, SMS, dan internet) murah, lalu dilengkapi fasilitas lebih, konsumen akan memiliki opsi dalam membelanjakan dananya. Kemajuan teknologi yang diimplementasikan oleh operator memang tidak akan membuat operator makin kaya, tetapi membuat mereka tetap kompetitif di masa sulit.

Dengan demikian, masyarakat sebagai konsumennya tentu juga akan dimudahkan dengan dua hal. Pertama tarif yang rasional. Artinya, masyarakat ditawari sebuah layanan yang terjangkau oleh kondisi ekonomi mereka. Tidak terlalu mahal yang tidak juga murah. Kedua, layanan, content yang didukung kualitas jaringan yang memadai. Pelayanan yang terbaik akan menciptakan desire masyarakat untuk terus menggunakan layanan selular, dan kualitas yang terjaga akan menjamin kontinuitas dan durabilitas penggunaan layanan yang berujung pada hubungan yang bersifat profitabel dan berkelanjutan (sustainably-profitable relationship). Dengan demikian, secara tidak langsung roda perekonomian daerah hingga nasional pun semakin lancar.


tulisan ini juga bisa dinikmati di kompasianaku

3 comments: