Siapa yang mau mimpin?
Dia, dia, dia Bu…
…..
Saya Bu!
Ha..ha..ha…
Pernahkah Kamu diminta untuk memimpin? Kalau jawabannya ya, maka baca lanjutan tulisan ini, tapi kalau tidak, ya juga lanjutkan. Loh? Tapi ngga maksa ko’..pis2
Tulisan saya kali ini dibuka dengan secuplik percakapan yang sering kita temui. Mungkin dulu saat SD. Seorang guru meminta salah seorang muridnya untuk memimpin doa atau salam atau membaca Pancasila. Tapi kemudian kelas bergemuruh oleh tindakan siswa-siswi yang saling tuding, menunjuki temannya. Dia bu..dia bu..!
Lalu ada salah seorang siswa yang berdiri lalu berkata, “Saya, Bu!” Dengan lantang ia mengucapkannya. Tapi bukan ungkapan bangga yang muncul dari teman-temannya kelas itu. Yang ada adalah tertawaan teman-teman. Tertawaan bernada meremehkan. Emang dia bisa?
Inilah masalah anak muda zaman ini. Ketika mereka diminta menjadi pimpinan, mereka bersembunyi di belakang dan menutupi ke-cemen-annya dengan saling tuding siapa yang pantas memimpin.
Tapi, ketika ada yang tampil menjadi pemimpin, semuanya geger. Mempermasalahkannya. Dilematis memang. Muda-mudi ini tak senang bila ada temannya yang tampil menjadi pemimpin mereka. Ko’ gitu ya? Ya gitu…
Memang ini yang perlu disadari oleh saya dan juga kamu. Sering kali kita malu dan takut untuk memimpin, tapi ketika kepemimpinan itu dibutuhkan, kita malah mencemooh teman kita yang tampil, seakan tak rela dia berada satu tingkat di atas kita.
Sekarang bahasannya adalah bagaimana menjadi pemimpin agar di cintai dan dihormati oleh yang dipimpin. Hal ini sangat penting karena realitanya, pemimpn dan yang dipimpin sama-sama manusia. Sama-sama makan nasi. Jadi lumrah kalau ada yang jealous kalau dipimpin sesamanya. Ya kayak anak SD tadi…
Setidaknya menarik untuk menilik pesan Bu Mega, Presden RI ke-5 yang memberi tips kepemimpinan (Media Indonesia, 8/2/10). Pertama, kejujuran. Menjadi pemimpin harus berani mengakui kekuarangan dan kelemahannya, bukan hanya kekuatannya. Kalau memang membutuhkan bantuan ya bilang. Jangan karena telah menjadi pemimpin, terus jaim bin gengsi. Ah emang gue siap, elo siapa?
Kedua, kerendahan hati. Pemimpin harus bisa merasa setara dengan yang dipimpin. Tak ada yang beda. Yang beda hanya posisi strukturalnya. Secara sosial, sama saja. Jadi kalau sudah jadi pemimpin, terus senaknya sendiri, wah ngga bener itu!
Ketiga, keteguhan. Pemimpin sudah seharusya memiliki sikap tegas terhadap keputusan yang diambil. Pemimpin juga harus seteguh dalam pendirian. Bahasa jawanya, Ojo mencla-mencle!
Keempat, kesabaran. Inilah yang membuat orang layak memimpin. Sabar dalam menghadapi masalah. Baik dari yang dipimpin ataupun dari lingkungan sekitarnya. Pasti ada saja masalah yang timbul dari hubungan kepemimpinan. Lebih-lebih terjadi salah paham atau perbedaan pendapat. Kalau berbeda itu wajar. Yang tak wajar kalau perbedaan itu disikapi dengan emosi dan lalu menimbulkan perpecahan.
Yang terkahir, pemimpin harus ikhlas. Pemimpin harsu dengan sukarela melaksakan tugas mulianya. Kesuksesan kerja tentu menjadi tujuannya. Ya-iyalah, mana ada yang mau gatot, alias gagal total.
Seorang pemimpin harus menjadi pribadi yang penuh rasa ikhlas dalam mengabdikan diri pada apa dan siap ayang ia pimpin. Ya namanya pemimpin itu kan sebenarnya pelayan. Karena, pemimpin itu adalah ssorang yang ditunjuk untuk megarahkan orang lain. Ya artinya melayani orang lain untuk bisa mencapai tujuan bersama.
Bagaimanapun orangnya, darimanapun asalnya, sudah seharusnya menyadari bahwa mereka adalah pemimpin. Lho ko’ bisa? At least mereka ataupun kita jadi pemimpin diri sendiri. Ya ngga? Ayo berani memimpin!(*)
(Tulisan ini di-post kembali untuk just remembering aja... buatku ya buatmu....)
*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambarnya
yang nulis artikel ini kayaknya udah siap jadi pemimpin.. aamin :D
ReplyDeletePertama hore
ReplyDeletewah.
ReplyDeleteentah kenapa saya terdorong untuk mengirim artikel ini ntuk 'pemimpin' di tempatku. Soalnya berasa Kaisar Cina banget yang semena-mena ngatur orang. Kita kan manusia juga padahal. Beuh.
aku masih ingat kang postingan ini :D
ReplyDelete;) .. tapi jangan lupa kalau sudah menjadi pemimpin tetep harus jadi pemimpin yang adil.. itu harga mati buat semua para pemimpin :)
ReplyDeleteKelihatannya mencerminkan pengalaman pribadi nih tahun 2006....
ReplyDeleteTerjebak karena nasi bungkus yang berlanjut ke pimpinan tertinggi OSIS.
Yup, bener banget. At least menjadi pemimpin untuk diri sendiri. Kalo buat diri sendiri ajah ga becus, kumaha mo mimpin orang banyak?
ReplyDeletejadi pemimpin itu butuh keberanian dan kepercayaan diri, nice post :D
ReplyDeletebuat teh elok:
ReplyDeletemakasih udah jadi pertama.. hehe.. mohon doanya
buat Freya:
hehe kalau sempat ya bawa aja... ajak sharing.. sip2
buat naicana:
iya dulu itu kamu yang komen duluan..
buat wawoetz:
bener banget itu, pemimpin adil adalah yang selalu diidam-idamkan
buat Bejo:
halah, kok ya masih ingat aja hehe
buat Jeng Soes:
memimpin diri sendiri? itu kuncinya teh...
buat septian:
makasih2, keberanian selalu menjadi pendamping seseorang yang jadi pemimpin...