Minggu kedua Juni, masih sama seperti sebelumnya. Beberapa teman add dan dikonfirm. Ada yang ingin daftar masuk regular, atau juga teman-teman yang deg-degan menunggu penyematan nama-nama penyandang beasiswa PF 2010(Paramadina Fellowship 2010—sekarang adalah angkatan ketiga, dan semoga Allah Swt akan memberi jalan untuk terus lanjut).
Saya berinisiatif menuliskan semacam motivasi di wall Paramadina. Alhamdulillah dapat sambutan baik, baik yang komen atau sekedar like. Beberapa kali aku chat dengan teman bicara soal paramadina. aku juga masih aktif di blog meski hari-hari ini off karena kemarin PLC (Paramadina Leaders Camp—semacam camp pelatihan kepemimpinan untuk setiap mahasiswa baru Paramadina, kalau di UI, zaman Hok-gie, dulu ada semacam kegiatan naik gunung). Berikut kutipannya
“Untuk seluruh Kawan-Kawan Budiman, sekiranya satu bulan lagi PF 2010 akan menyematkan nama-nama terbaiknya.
Yang tersemat, ribuan kata Selamat aku sampaikan dan sila dengan semangat penuh mimpi bergabung dengan kami...
Yang belum, sekiranya bijak untuk selalu berpikir positif... Paramadina bukanlah ukuran kesuksesan, karena mungkin Tuhan telah siapkan jalan kesuksesan lain untukmu sekalian...”
Dan akhirnya report ini pun telat juga.
Aku sempat berdiskusi dengan teman soal masa depanku dengan predikat mahasiswa universitas swasta. Di tengah paradigma yang begitu negeri-centered, sepertinya menjadi seakan-akan a big fault. Ini adalah salah jalan. Yang negeri adalah yang terbaik, whatever ratingnya, dan yang swasta is the one (and the only) which is necessary to be left behind.
Bagiku ini aneh. Di tengah arus informasi yang begitu luas, premis-premis yang tersedia tentu salah besar kalau berkonklusi pada paradigma tersebut. Aku ingat sekali statement Pak Anies kalau tujuan teman-teman bukanlah universitas yang kalian anggap “baik” itu. Tetapi tujuan yang hakiki adalah mimpi-mimpi teman-teman sendiri yang tentu harus kontributif, baik bagi diri sendiri, ataupun orang lain.
Seorang teman bilang kalau sekolah, dalam konteks keilmuan, sebenarnya “ngga penting”. Tapi karena itu adalah tempat orang bersosialisasi, berasimilasi, berjejaring, dan berinterasi, maka sekolah menjadi penting, namun tetap pada batasan itu, tak lebih. Dan kalau mau pintar, maka silakan “ngetem” di depan layar computer, dan sila berjelajah ria.
Aku kira itu paradigma yang harus direkonstruksi. Pondasi-pondasi pemikirannya perlu ditata ulang. Universitas hanya sebagai wadah pengelola diri, pemahat intelektual, dan penyunting tata-krama. Dan yang paling penting adalah yang menjadi aktor adala mahasiswa itu sendiri, dan sekali-kali bukan universitas itu sendiri.(*)
Jazz Muhammad
hehehe lagi puyeng ini....
ReplyDeletekemaren baru liburan,jadi efek males masih kuatttt
keren kutipannya
ReplyDeleteBaca Kak artikel ku, maaf Ghibah ;P http://derizal.blogspot.com/2010/07/mengatasi-kebosanan-rutinitas.html
ReplyDeletehe eh ya kadang sekolahan yang dianggap berpredikat bagus pun belum tentu menghasilkan siswa/mahasiswa yang bagus
ReplyDeletesemua itu kembali sama siswa/mahasiswanya
tujuan teman-teman bukanlah universitas yang kalian anggap “baik” itu. Tetapi tujuan yang hakiki adalah mimpi-mimpi teman-teman sendiri yang tentu harus kontributif, baik bagi diri sendiri, ataupun orang lain.
ReplyDeletesekali lagi saya jatuh cinta sama statement Pak Anies
bersyukurlah jazz mempunyai rektor yang selalu memberikan statement yang nge Doping semangat gituh :)
Setuju, tapi kualitas universitas juga salah satu hal yang sangat penting, kalau si mahasiswa punya talent yang keren tapi fasislitas engga memadai yah engga balance..
ReplyDelete:D
buat teh Fanny:
ReplyDeletemakasih teh.. bisa diliha di wall Paramadina
buat si Kasep:
ukeh2 makasih infonya
buat Agung:
iya semua tergantung yang belajar, kalau egla-egle yang keluarannya juga dipertanyakan
buat teh maiank:
hehehe jangan-jangan teh, nanti pacar teteh marah hehehehe
buat teh elok:
itu betul juga.. semua tak bisa dipandang dalam satu sudut pandang...
Wah lama ga keliatan Sob......smoga tetep sehat brow.....
ReplyDeleteAh kayanya ga ngaruh negri sama Swasta.....aku juga di Swasta koQ Sob....tapi buktinya dapet kerjaan juga hhe.......
tergantung individunya juga Sob....biarpun bener kata elok fasilitas juga penting.....
bener2 bener Kang Ferdinand
ReplyDeleteArtikel menarik!
ReplyDeleteSekedar tambahan; sekolah bagi saya tidak lebih dari sebagai tempat untuk menjadikan manusia lebih manusia. Ilmu, pengetahuan, karir, kerja, uang hanyalah dampak lain dari dari proses yang ada di sekolah (pendidikan).
Sebagian pengangguran dan lemahnya daya juang sebagian warga negeri ini adalah sudah keliru sejak awal melihat perspektif sekolah dan pendidikan.
kang Land of Oase, saya setuju banget sama akang
ReplyDeletesemua tergantung input
yes, a good university isn't only for knowledge/intellectual enhancement, but also university of life :)
ReplyDeleteMenurut gw, negeri ato swasta tidaklah penting. Point utamanya adalah bagaimana si mahasiswa/i dapat menimba ilmu yang bisa dijadikan bekal mereka untuk mengarungi 'kehidupan' yang sebenarnya. kalo dodol mah mo kuliah di tempat yang paling teope-begete teteup ajah dodol.
ReplyDeleteBtw gimana kabar Bokap lo? Dah sehat?