doc. idris wahid |
Menghadapi perbedaan memang sesuatu hal yang seringkali menyebalkan. Sudah pasti kau tahu, dan kau baca di media-media negeri ini: Perbedaan keinginan akan menimbulkan kekecewaan, perbedaan pola pikir apalagi. Perbedaan yang kedua ini yang kemudian menimbulkan konflik di sana-sini, sejak zaman Adam dampai saat ini.
Namun, marilah kita sejenak menjenguk isi terdalam pikiran; bahwa perbedaan hadir bukan untuk dipermasalahkan. Ia hadir untuk meramaikan konstelasi ilmu pengetahuan di dunia ini. Ia menghasilkan khazanah dunia yang selalu cantik menghias lintasan sejarah.
Perbedaan, sesuai arahan Kitab Suci, merupakan ladang untuk saling mengenal (ta’aruf) satu sama lain. Perbedaan yang kemudian terbungkus dalam konsep keberagaman (diversity, plurality) menjadi modal manusia untuk saling-tahu dan kemudian berbagi.
Sering mengemuka adagium bahwa keragaman adalah rahmat. Entah kau percaya atau tidak, bahkan aku pun tak juga terlalu memercayai. Yang jelas seuatu yang baik selalu akan baik. Dan perbedaan adalah baik. Tetapi, maka keberagaman yang berlandas pada perbedaan adalah kenyataan dalam hidup yang harus dihadapi dengan senang hati dan yang pasti keterbukaan.
Lain lubuk lain ikan
Beberapa hari lalu, 11-14 Oktober, saat ikuti sebuah rangkaian kegiatan bertajuk Asia Pacific Interfaith Youth Summit 2010 dengan tema, ‘Unity in Diversity; Strengthening a Culture of Peace’. Sesuai namanya, beberapa delegasi dari negara-negara Asia Pacific datang meramaikannya.
Di acara ini, aku dan teman-teman peserta lainnya—selanjutnya akan kusebut ‘kami’—disibukkan dengan seminar dan diskusi mengenai keberagaman mulai dari adat, agama, hingga keberagaman pola pikir. Aku sedikit terkejut, karena ini baru pertama kalinya, sungguh, dan ku-langsung dihadapkan kenyataan yang selalu buat konflik ini: keberagaman.
Benar juga. Lain lubuk lain ikan, berbeda orang berbeda pemikiran, dan seribu orang seribu pemikiran. Aku temui bermacam-macam orang, dengan keunikannya masing-masing. Beberapa negara yang mengirimkan delegasinya antara lain Thailand, Singapura, Malaysia, Afrika Selatan, Somalia, Philipina, Timor Leste dan beberapa lainnya.
Di antara pesan yang kudapat dari kegiatan tersebut adalah bagaimana menciptakan perdamaian adalah bukan pekerjaan mudah. Terlalu banyak permasalahan yang menyumbang kompleksitas konflik di dunia ini. tapi, bukan berarti tak bisa diselesaikan. Di antara pembicara yang hadir antara lain: Emmanuel Bienvenindo Marquez (DonDon), Inayah Wulandari Wahid (Inai), Sir Prof. Azyumardi Azra, dan beberapa pembicara lain dari dalam dan luar negeri.
Untuk perdamaian
Beberapa hal yang kudapati dari kegiatan ini adalah pentingnya membangun perdamaian di muka bumi ini. Banyak hal yang sebenarnya bisa kita lakukan untuk mencapainya. Mulai dari pelayanan kepada komunitas, penghargaan terhadap perbedaan, dan membangun kepercayaan.
Seorang pembicara menjelaskan bahwa beraksi untuk membangun perdamaian di tengah-tengah keberagaman adalah bahwa kita harus keluar dari kenyamanan (comfort zone), kemudian memulainya dari diri sendiri, dan yang harus ditekankan adalah jangan sampai putus asa.
Tiga pillar yang harus diprioritaskan yakni membangun hubungan yang harmonis antar keyakinan, memberdayakan peran keluarga, dan meningkatkan intensitas pelayanan sosial yang bisa dilaukan (interfaith, family, and service).
Sebenarnya masih banyak materi yang bisa kusampaikan, tetapi ini akan jadi makalah ilmiah yang sedikit membosankan bagiku. Ini, kukira cukup.
Di samping aku terpenuhi oleh materi-materi, pertemuanku dengan orang lain dengan berbeda kultur adalah yang paling berharga. Ini tak akan dapat kutemukan di kampus atau juga di kampung halaman. Macam-macam orang kulihat. Apalagi, bahasa yang mereka gunakan juga berbeda. Ini memunculkan permasalahan tentunya: bahasa penyambung.
Tapi, dengan bahasa Inggrisku yang so-so, akhirnya aku pun punya kesempatan untuk practice di sana. Banyak hal yang kudapat tentang negara tetangga. Cerita tentang kemajuan Singapura, konflik agama di Pattani, kisah Islam di tanah Malaysia, juga kehidupan agama di Afrika.
Bertemu teman-teman baru adalah paling menyenangkan. Ini akan terus berkesan. Tidak mungkin tidak. Betapa ini membuka pikiranku bahwa kenyataannya di luar sana terlalu banyak dan memang sungguh sangat banyak yang aku tak ketahui. Maka kembali ke awal, keterbukaan adalah suatu hal yang tak boleh lepas. Dengan terbuka, aku dapatkan pelajaran menarik dari ‘orang-orang lain’ itu.
Tapi ketika mengenal, aku merasa kami ini adalah sama. Kami sama-sama manusia yang inginkan satu hal di dunia ini, harmoni dalam perdamaian. Inilah kemanusiaan.
Pertemuan ini , Asia Pacific Interfaith Youth Summit 2010, akhirnya menelurkan sebuah deklarasi yang bisa bisa kuberikan sebentar lagi.
Dialog-dialog antarkeberagaman harus terus dibangun. Keterbukaan harus terus dikedepankan. Menutup diri adalah hal paling bodoh dalam hidup, dan akan terus menjadi hal bodoh yang selau ditertawakan oleh waktu.
Keberagaman yang terbangun harus menciptakan sebuah masyarakat berperadaban (civil society), yang tahu harus berbuat apa atas perubahan, bukan berdiam diri lalu mengecam ketertinggalan. Membangun perdamaian bukanlah take and give, tetapi give, first ,and if there any, you can take it, but if not, just leave and give again to another. Dan perdamaian bukan hanya tugas pemerintah, ini tuga kita semua umat manusia. Karena menungu pemerintah selalu lama dan birokratis, bukan?
Yap, kita sampai pada saat aku harus sampaikan deklarasi yang telah kami susun dengan sebaik-baiknya niat, untuk beride dan berimplementasi.
****
doc. idris wahid |
Asia Pacific Interfaith Youth Meeting DECLARATION
We, the active Youth participants of 2010 APYIM, Jakarta, Indonesia , firmly stand with our committent to strengthen respect,trust,tolerance, cooperation among the people of Asia Pacific and other countries with diverse culture and religions, strongly recommend to :
- Stop conflict in the name of religions
- Respect human right
- Uphold mutual Understanding and the dignity of nature
- Fight against corruption
- Strengthen Network with others.
****
tapi perbedaan itu indah lho. kalo seragam semua membosankan juga. hehe
ReplyDeleteiya Mbak, bosan bisa-bisa
ReplyDeleteMohon dukungannya di Acer Guraru Award. http://guraru.pestablogger.com. Terima kasih sebelum dan sesudahnya
ReplyDeleteHai Syid, apa kabar? Maap gw baru main kesini lagi. ABis mudik, nyampe Miri dah dari tanggal 28 Sept. Tapi berhubung gw kena penyakit males ngeblog baru beberapa hari belakangan inilah agak2 ilang malesnya (jadi mulai posting dan JS ke rumah tetangga).
ReplyDeleteWah acaranya pasti bagus banget yah, apalagi dihadiri delegasi2 dari negara lain. Gw suka banget sama berondong macem lo yang aktif dalam legiatan2 positif kaya gini
Kiss kiss dari Zahia buat Uncle Ocid. Katanya THR nya mana?? :-)
buat Teh Soesan:
ReplyDeleteKabarr baik aja.. hehe
Oke. kissnya aku terimaaa... salam ke Zahia juga