I just call him Dennis, not Pak Dennis |
Nah, di dalam kelas itu, aku mendapatkan sebuah istilah language determinism. Dalam buku text yang kami mahasiswa pelajari, language determinism adalah a hypothesis saying that language determines the way we think. Jadi, bahasa dapat menentukan bagaimana cara kita berpikir.
Jauh lebih dari itu, aku mengartikannya bahwa imbas dari situasi itu adalah bahasa menentukan bagaimana pergaulan, budaya dan juga peradaban terbentuk dimana cara berpikir manusianya menjadi landasan paling mendasarnya.
Pada awalnya aku tak terlalu memikirkan istilah ini. Namun, ketika aku lihat perbedaan budaya yang ada antara Indonesia dan USA, aku sadar bahwa apa yang dikatakan oleh definisi istilah tersebut benar adanya.
Begini, dalam bahasa Inggris, tak ada tingkatan-tingkatan yang seperti terjadi di bahasa kita. Baiklah mungkin kita bisa katakan kalau bahasa Indonesia itu egaliter. Tapi pada kenyataannya, penggunaannya tetap terpengaruh oleh bahasa daerah yang bertingkat-tingkat.
Orang akan cenderung memakai “saya” daripada “aku” ketika bicara dengan orang yang lebih tua atau lebih dihormati. Ada juga kata beliau yang untuk orang seperti itu.