Saturday, July 14, 2012

Diskriminasi di US

Laura and Hannan, two of my best buddies
JAKARTA-JAZZMUHAMMAD - Setelah aku pulang dari US, banyak yang bertanya bagaimana orang-orang US menganggapku. Seperti orang Black-kah? Atau apa? Atau ada yang tahu tentang Indonesia? Tapi jelasnya, pertanyaan pertama adalah yang paling banyak ditanyakan. Kau apa dikira orang African-American?

Baiklah, aku memang orang dengan kulit yang gelap. Aku orang Indonesia ber-ras Jawa, sehingga kukira it just makes sense if I have kinda dark skin. Jadi make sense juga kalau ada yang bertanya apa aku dianggap sebagai Black American.

Nah, mungkin semua orang sudah familiar dengan istilah rasisme. Sederhananya, rasisme adalah salah satu bentuk diskriminasi yang didasarkan atas ras. Masih banyak lagi bentuk diskriminasi: kekayaan, ukuran tubuh, warna kulit, tinggi-rendah badan, cacat tak cacat, dan masih banyak lagi.

Nah, menjawab pertanyaan itu, aku pun jelaskan bahwa di US diskriminasi yang ada adalah rasisme. Orang melihat orang lain berdasarkan ras-nya, bukan yang lain seperti warna kulit dan lainnya.

Jadi ketika aku di US, There was absolutely nobody asked me whether I am Black. Tak ada yang menganggapku sebagai Black American. Kebanyakan dari mereka bingung aku ini orang mana. Nah, akhir tebakan mereka berakhir pada orang India atau orang China.

Orang China? Kau pasti bilang, mana mungkin? Bahkan temanku yang orang China bilang bahwa aku punya darah China. Jadi, rasisme di US benar-benar berdasar ras yang bisa dilihat dari bentuk wajah bukan warna kulit.

Di US, banyak orang kulit putih atau Whites yang kulitnya juga cokelat. Tak semuanya benar-benar putih sekali. Orang china di US pun juga bermacam-macam. Begitu juga orang Black. Ada Black American yang benar-benar hitam, ada pula yang berkulit terang, lebih terang daripada aku.

Dan, apapun warna kulitnya, Blacks tetaplah Blacks, Whites tetaplah Whites dan Asians tetaplah Asians.

Namun demikian, diskriminasi yang kubicarakan di sini bukan berarti ada benar-benar pemisahan atau apartheid di sana, terutama di Fargo, tempat aku tinggal di US. Kehidupan di sana cukup nyaman dan orang tak begitu memedulikan ras dalam kehidupan mereka. Pertemanan pun tak terganggu dengan rasisme ini.

Jadi, diskriminasi yang aku maksud adalah hanyalah bagaimana orang membagi-bagi ras-nya. Kau tentu tahu bagaimanapun juga, kita ini berbeda-beda, maka diskriminasi adalah sesuatu yang sudah tentu terjadi. Bagaimanapun saya ini Jawa, dan saya juga Indonesia.

Kau apa? Batak, Madura, Papua, Chinese, atau apapun terima dan jalani saja hidup ini dengan bangga dan senang hati. Apa warna kulitmu? Hitam, cokelat, terang? Mau diapakan lagi. Lebih baik memedulikan apa yang bisa dikerjakan untuk masa depan dan orang-orang sekitar yang kita cintai.

Aku tak akan menyalahkan iklan-iklan, tayangan tv, dan media di Indonesia yang cenderung menunjukkan siapa yang berhak dianggap cantik dan ganteng. Yang berkulit putih, berambut lurus, berwajah indo kalau perlu.

Tapi kadang aku bingung juga kalau sudah ada teman yang mulai membanding-bandingkan warna kulit. What’s the point? I got no idea how people end up asking that ridiculously stupid question and how there are getting crazy and stupid because getting bombarded by lots of stupid commercials.

Kukira kau yang mengerti dan berpendidikan tahu bagaimana bersikap dan terus menghargai perbedaan yang kita punya di Indonesia ini.

10 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Setuju dengan pendapatmu:

    "Jadi, diskriminasi yang aku maksud adalah hanyalah bagaimana orang membagi-bagi ras-nya. Kau tentu tahu bagaimanapun juga, kita ini berbeda-beda, maka diskriminasi adalah sesuatu yang sudah tentu terjadi. Bagaimanapun saya ini Jawa, dan saya juga Indonesia.

    Kau apa? Batak, Madura, Papua, Chinese, atau apapun terima dan jalani saja hidup ini dengan bangga dan senang hati. Apa warna kulitmu? Hitam, cokelat, terang? Mau diapakan lagi. Lebih baik memedulikan apa yang bisa kerjakan untuk masa depan dan orang-orang sekitar yang kita cintai. "

    Mau bagaimana lagi, memang sudah berbeda. Juga bukan kita yang milih mau terlahir di ras apa.

    Suka baca blog ini! :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks Elizabeth! Hope it'll have something to do with peace we want!

      Delete
  3. Rasisme memang tidak bisa dihindari, tapi yang sangat disayangkan adalah banyak anggapan bahwa ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras lainya, padahal di mata Tuhan kita adalah sama.

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul sekali mas LZR. Di hadapan Tuhan kita semua hanya manusia yang sama!

      Delete
  4. syukurlah kalau bisa diterima dengan baik, tp dulu pernah denger sih memang kalau ras di US cukup tinggi tapi dengan pengertian yang bagaimana saya kurang paham ^ ^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di sana ras memang bermacam-macam. Apalagi dengan perkawinan antar ras, makin beragam saja sebenarnya orang AS. Tapi semua akan berjalan damai bila semua memandang diri mereka sama saja dengan yang lain, sama-sama manusia.

      Delete
  5. Saya sering dikira orang Filipina tuh, hehhe, katanya idungnya kaya orang sana. Trus kalo yang bagus sih dikira orang Spanyol, xixixi, kalo yang inih mah saya demen, hohoho..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha! Soalnya dulu AS jajah Filipina sih. Mungkin itu alasannya ya.

      Delete
  6. but sometimes people thought indonesians are look like latino

    ReplyDelete