JAKARTA-JAZZMUHAMMAD - Sepulang dari US, aku sering ditanya, apa perbedaan kuliah di Indo dan di sana? Susah-susah gampang menjawabnya. Banyak sekali berbedanya. Mulai dari pakaian, lingkungan, kegiatan after-school, student government, absensi dan masih banyak lagi.
Tapi sebenarnya yang paling teringat adalah bahwa kuliah undergraduate di sana tak ada skripsi! Titik! Anda senang? Tunggu dulu.
Bahwa fakta ini sangat menggembirakan adalah benar adanya. Skripsi adalah, kalau tak berlebihan, tugas paling tak disukai. Setidaknya Sembilan dari sepuluh mahasiswa akan mengatakan demikian. Yang satu? Mungkin maniak menulis. Siapa tahu?
Ketika fakta bahwa kuliah di US tanpa skripsi itu menyenangkan aku sampaikan pada kawanku di US, ia langsung bilang, “That’s not true. Not true. We’ve capstones.”
Kuliah tanpa skripsi kalau dibayangkan adalah seperti surga dunia. Bayangkan kalau kita di Indonesia kuliah tanpa harus menulisnya, Oh my God! That’s gonna be a lot of fun!
Tapi mengingat pengalamanku kuliah di NDSU atau North Dakota State University kemarin, capstones yang dibicarakan kawanku adalah super-benar adanya.
Meskipun tak ada skripsi, tugas-tugas atau aku sebut sebagai study-loads (plesetan dari work-loads) benar-benar segudang. Paper rupanya makanan wajib hampir ditiap kelas. Quiz-quiz dan ujian-ujian akan jadi mesin pemeras otak yang akan bekerja beberapa kali atau tepatnya berkali-kali.
Ketika di NDSU aku mengambil kelas marketing, aku dapati ternyata aku menulis sebanyak ENAM paper pemasaran. Di kelas bahasa Inggris LIMA paper, dan di kelas Sejarah Native Americans, aku me-review DUA PULUH ENAM bab bacaan dari dua buku. Dan, di kelas Introduction to Psychology (Intro to Psych), aku punya ENAM BELAS quiz dan EMPAT ujian.
Di NDSU, aku mengambil 4 kelas tiap semesternya. Tapi, rasanya seperti ambil 8 kelas di Indo. Tiap malam aku harus belajar dan special untuk kelas Intro to Psych, karena tiap minggu ada quiz, maka aku untuk pertama kalinya baca textbook berisi 16 bab dari awal hingga akhir!
“Beban” itu belum termasuk beberapa papers yang harus aku tulis dalam bahasa Inggris. Pertama kali aku menulis research paper-ku, aku harus bolak-balik ke Center of Writer, sebuah tempat untuk konsultasi soal penulisan, sebanyak tujuh kali lebih!
Sekarang mari sedikit membandikannya dengan apa yang ada di Indo. Jarang sekali ada quiz dan kalau pun ada ujian, itu biasanya hanya di akhir.
Jadi, apa dengan skripsi? Aku kira kini jadinya sebanding. Cuma di US tugas-tugas menulis tersebar sepanjang tahun. Sementara di Indonesia ditumpuk jadi satu di akhir kuliah.
Jadi, study-loads nya sama saja bukan? Ambil saja kesamaannya.
lulus nggak pake skripsi? di Indonesia para mahasiswa S1 bisa teriak-teriak histeris ala penonton konser K-Pop haha!
ReplyDeleteHahaha mungkin ki.
Deletewah.. :D lebih melelahkan daripada di indonesia yah?
ReplyDelete