Monday, May 17, 2010

Kritik dan Kripik

Kamu ini gimana sih…
Kerjaan Cuma gini-gini aja
Kamu itu bisa ngga sih
Ini tuh kurang bla.. bla.. bla..

Suatu saat saya mengikuti sebuah pelatihan jurnalistik. Saya dan teman lain diminta menulis sebuah artikel. Ya saya langsung saja mengerjakan artikel itu dengan sungguh-sungguh. Informasi saya kumpulkan, saya rasa, sudah cermat. Saya juga mewawancarai seorang ahli untuk menguatkan informasi yang saya dapat. Data yang sudah terkumpul saya susun dengan hati-hati. Saya yakin artikel yang saya tulis ini sudah “sangat baik” (he…he…) dan saya bayangkan dapat pujian dari si trainer.

Singkat cerita, bukan pujian yang saya dapat. Artikel saya ternyata “diberondong” dengan beberapa kalimat kritik yang “kurang sedap”. Spontan saya merasa marah. Ya iyalah, udah kerja keras, bukan pujian tapi malah cercaan yang kudapat.

Ya, itu cerita masa lalu. Bisa dikatakan saat itu saya belum dapat “pencerahan”. Pada akhirnya, saya baru sadar bahwa apa yang sampakan trainer itu ya memang kekurangan dari tulisan saya. Saya terlalu bangga oleh karya sendiri. Dan ketika rasa bangga itu disanggah mentah-mentah oleh orang lain, ya lumrah lah kalau marah, tapi saya pikir itu sia-sia saja.

Dalam mengerjakan sesuatu, ada satu hal yang saya takuti. Tapi kamu paling juga sama saja. Yup, saya (dan Kamu) takut untuk dikritik. Takut untuk mendapat koreksi dari orang lain. Tapi apa benar kalau takut sama kritik itu baik? Hmm…..

Jujur saja, saat mengerjakan sesuatu, entah itu tugas, karya ilmiah, makalah atau apapun, yang ada dibenak kita pasti nilai yang memuaskan. Kita ingin mendapatkan sesuatu itu pokoknya yang baik. Wajar saja, sifat dasar manusia itu kan ingin yang baik-baik saja. Mana ada orang di dunia yang mau dibilang jelek? Kayak gini, Elu ngga becus banget sih, kamu itu kurang ini, kuang itu…

Akan tetapi, kalu dipikir agak dalam (jangan dalem-dalem, ntar stress lho) sebenarnya kritik adalah sebuah wujud kekurangan yang ada pada diri kita. Memang cara penyampaiannya bermacam-macam. Ada yang super kasar dan sepertinya ngga punya perasaan. Tunjuk sana-tnjuk sini. Bicaranya thas-thes. Pokoknya kalau denger, langsung sakit hati gue…

Namun, ada juga yang moderat, ya biasa-biasa saja, sambil nyindir-nyindir gitu, tapi ada juga yang super halus, menggunakan perumpamaan dan sangat memerhatikan perasaan lawan bicara.

Dalam hal ini, Nabi Muhamad pernah meyampaikan kalau kita jangan melihat siapa yang berbicara, tapi apa yang dibicarakan. Ya, jadi ngga usah lihat orangnya, yang penting apa yang dia omongin. Walaupun kritik itu dari orang yang kita benci atau bahkan musuh bebuyutan (kayak perang aja), ya pikirin aja yang diomongin. Bahasa ilmiahnya itu objektif.

Meski demikian, tidak semua kritik harus kita pikirkan. Kita juga harus selektif dalam memilih kritik yang memang jadi kekurangan kita. Meski kritik itu menunjukkan apa yang menjadi kekurangan sesorang, ada juga orang yang menyampaikan kritik untuk menjatuhkan orang yang tidak disukainya. Kritik-kritik ini adalah kritik destruktif yang menjatuhkan. Ada orang sukses dibilang curang, ada orang dapat nulis dikira kurang kerjaan, ada yang baca dikatain ngga gaul.

Kritik-kritik yang itu ngga usah dipikirin. Buang-buang memori otak. Sayang banget kan kalau beberapa byte memori di otak kita hanya diisi omongan-omongan ngga jelas orang lain. Otak itu bak CD-R yang kalau sudah diisi, ngga bisa dihapus. Jadi jaga baik-baik memori kita.

Kata Aa Gym, kritik itu bagaikan kripik. Kripik itu renyah, demikian juga kritik. Kritik akan membuka kekurangan-kekurangan yang ada dalam diri. Orang yang alergi kritik akan terus menganggap dirinya paling baik. Terus menganggap orang lain lebih buruk dari pada dia. Kalau dipikir, orang yang seperti ini bikin jengkel kan? Jadi ya jangan saperti itu.

Oleh karena itu, biarkan orang lain mengkritik diri ini. Biarkan kekuarangan-kekurangan diri kita terkuak satu persatu. Terus ya diperbaiki, bukan diam dan malah mutung.

Untuk hidup yang lebih baik, ya kekurangan itu harus diperbaiki kan?(*)



*sumber gambar bisa diklik langsung pada gambanrnya

18 comments:

  1. Dulu kritikian terbesar saya ketika saya presentasi program kerja BEM.
    ada salah seorang anak dibelakang bilang
    "TOLONG SEMUA PROGRAM KERJA ANDA DIREVISI"

    sakit ati donk bok. ternyata ada masalah dia sama gue...
    katanya saya nggak musyawarah gitu buat prokernya. padahal JELAS-JELAS dia saya undang. lha wong dia aja nggak pernah dateng asal maen cablak aja.

    sebelum saya jawab, posisi saya diambil alih sama ketua BEM saya langsung. ternyata lagi emang dasarnya ada politik belakang. ini yang paling saya nggak suka banget sama politik. makanya ketua BEM yang ngeh dari awal mencoba memberi dia pengertian. selanjutnya baru saya ngomong baek-baek sama dia. ternyata NOTHING juga kerjanya...cuma omdo.

    curcol..habis kamu ngingetin saya waktu jaman masih muda jazz...

    ReplyDelete
  2. hehe..g ada maksud engembalikan ingatan buruk teteh yah..hehe

    ya itu teh, ada kritik yang harus diterima tapi juga ada yang sungguh ngga usah dipikirin..

    ReplyDelete
  3. ya, positif feeling aja..namanya juga lagi belajar..harusnya kritik jadi feedback buat kita melangkah lebih baik lagi...

    ReplyDelete
  4. yup, keritik sangat berguna, apalagi keripik
    hehe

    bener tu kata Aa Gym,,,,
    mantab sob entrynya

    ReplyDelete
  5. kritik merupakan suatu masukan untuk kita berubah menjadi lebih baik :)

    ReplyDelete
  6. kritik yang membangun tentu saja harus kita dengarkan untuk menjadi koreksi yg baik,...tapi kalo kritikan yg tidak pada tempatnya,bahkan cenderung pedas dan menghina..itu bukan kritikan namanya hehe....

    selamat malam sobat

    ReplyDelete
  7. kritik ataupun pujian selalu kita butuhkan...asal jangan berlebihan :)

    ReplyDelete
  8. buat teh health food (hehe g tau namanya)
    yap, buat melangkah lebih baik..gua suka itu

    buat aby
    hehe mau kripik kah?
    thx

    ReplyDelete
  9. buat teh fitri:
    hehe makasih udah mampir lho..
    sip, untuk teru s berubah lebih baik

    buat teh senja:
    selamat pagi..hehe jawabnya udah pagi nih
    ya, kita harus selektif atas kritik yang masuk

    buat kang aulawi
    yang penting g berlebihan yah? itu ide bagus

    ReplyDelete
  10. jadi laper
    hehehhe
    hidup kritiiiiiiik

    ReplyDelete
  11. dikritik gak apa2...asal ngomongnya yang sopan dan gak pake marah marah...hehehe...
    apa kabar mas?

    ReplyDelete
  12. baik kang...hehe
    bagus itu sarannya..jadi esensi kritik jadi tersampaikan dengan peacefull

    ReplyDelete
  13. elok engga suka kalau di kritik tapi mo gimana lagi, harus nerima kritikan itu jugaaaa... heheee...

    ReplyDelete
  14. iya teh elok, tapi tentu harus objektif

    ReplyDelete
  15. kadang saya merasa bt kalo yg ngasih kritik tu orang yang gak aku sukai... susah deh nerimanya^^

    ReplyDelete
  16. Kripik pisang coklat dari Lampung enak banget loh Syid hehehe

    Btw yup bener banget. Kadang kita suka ga terima kalo ada yang mengkritik, padahal kritik itu kan bagus untuk meningkatkan kualitas diri. Apalagi kita terkadang menilai diri kita secara berlebihan.

    Oya, sori Syid baru mampir lagi. Soalnya baru ada kunjungan mertua neh dari Pontianak. jadi yah seminggu absen ngenet booo

    ReplyDelete